Selasa, 15 Desember 2009 2 Comments

Garda Depan


Sekitar dua minggu ini cukup banyak mesej di hape, email, facebook, yang hampir kesemuanya menanyakan
" kerja apa sih di Jakarta ?"


Divisi Sales dan Marketing (S&M) saya garansi sudah familiar dikenal oleh khalayak ramai. Bahkan jika dirunut hingga ribuan tahun ke belakang setahu saya Nabi Muhammad juga merupakan seorang salesman handal (baca:Fathonah alias Yang dapat Dipercaya). Dalam struktur besar sebuah Industri Manufaktur maupun Consumer Goods, maka divisi Sales dan marketing adalah jembatan antara Pabrik dengan Konsumen. Para pekerja di divisi Sales dan Marketinglah yang membuat fruitella bisa diemut anak-anak SD selagi istirahat di kantin, Happydent bisa memutihkan gigi para supir taksi yang gak semept gosok gigi, dan Chox yang turut andil menyelamatkan nyawa seorang Ibu Muda yang mual terus gak bisa kemasukan makanan selain coklat dan Mentos Xtra-energy ada disaku eksekutif-eksekutif muda di kantor-kantor bertingkat tujuh belas.

Begitu vitalnya peranan seorang Sales sampai-sampai ketika aku mendapat kesempatan berkunjung ke Pabrik di daerah Cibinong, kami ( anak-anak S&M) disambut bak sekumpulan prajurit habis pulang bertempur minus taburan bunga dan tarian hula-hula. Dengan penuh berapi-api bos divisi produksi menjelaskan detail pemrosesan dan bagaimana alur sebuah permen bisa jadi manis asem asin (ehhh kompetitor neh haha), divisi Logistik menyakinkan siap mem-back-up segala permintaan kami di lapang baik kiriman laut maupun darat. Dan terakhir sebelum kami balik ke Jakarta, kepala Quality Control menjabat erat tangan kami satu-persatu sambil berucap

" Jualan yang kenceng ya Pak, Semakin banyak Bapak jualan biar ampe kami harus lembur juga kami malah senang "


Jujur saja kata-kata ini begitu membuat saya tersentak, saya bertanya-tanya apa sih yang mereka lihat dari kami tim S&M? Pertanyaan ini kemudian terjawa ketika saya memiliki kesempatan bertanya kepada Sales Director di Jakarta.

" Jelas saja mereka begitu mengapresiasi Bapak-Bapak sekaliyan. Bagaimana tidak ?! Sadarkah Bapak di tangan kita para Sales-lah roda pabrik dapat terus berputar, ditangan kita inilah para karyawan Pabrik menggantungkan cita-cita anak-anaknya, dengan perjuangan kita para Akunting bisa menikmati cashflow, apalah artinya perusahaan excellent di produksi tanpa ditunjang penetrasi prima dari S&M-nya ? paling-paling barang cuma numpuk di gudang. Kita ini garda depan perusahaan, hidup-matinya karyawan dan perusahaan ada ditangan Bapak-Bapak Sekaliyan !!"


Kata-kata ini begitu menyentak dan mencubit alam bawah sadarku saat itu, anganku melayang kepada kebangkrutan Fuji Film yang berujung pada pemecatan 3000-an karyawannya, British American Tobacco Indonesia yang dari Manager ke bawahan dibabat abis (beberapa area sales-nya jadi satu angkatan denganku di PVMI). Aku yang awalnya masih belum begitu termotivasi dan under-estimated dengan pekerjaan ini tiba-tiba merasakan gelora semangat yang membuncah.
Setiap bangun pagi dan mulai mengawali hari aku mulai dengan doa kecilku kepada Sang Khalik.

" Ya Alloh, aku pasrahkan penjualan hari ini kepadaMu, di penjualan inilah urat nadi dan denyut perusahaan, di ujung-ujungnya mungkin bergantung harapan anak yang menginginkan sepeda baru, pelajar yang masih menuntut ilmu, dan mahasiswa yang berharap kelulusan dan Ibu yang ingin membeli bayinya susu"


Sebagai seorang Sales Supervisor (SS), oleh superiorku (ASS), aku diberi kewajiban melakukan pemantauan distribusi, pencapaian omzet dan memimpin team salesman. Prinispnya "dimana ada 10 permen di sebuah toko maka 7 macamnya adalah produk PVMI". kegiatan rutin yang aku lakukan adalah melakukan kontrol terhadap stok digudang (jangan sampai d bawa buffer), kontrol penjualan oleh saesman, kontrol ketersediaan dan ketersebaran produk, Seorang SS juga dituntut siap ditempatkan disegala macam area maupun wilayah. Jika harus mengunjungi suatu wilayah atau area maka ASS cuma akan memberikan alamat maupun area tujuan, SS-lah yang harus membuka peta, mencari info jalan tercepat, terus langsung turun ke area tersebut. Tidak boleh SS mengatakan tidak tahu, prinsipnya mending kesasar dijalan 1000 kali daripada tanya ke bos 1 kali. Oya, Bos juga gak ambil pusing kamu orang daerah situ apaorang luar daerah, makanya itu peta Jakarta buat aku mutlak perlu. Biarpun baru 2 minggu aku di jakarta tapi insyaAllah rute-rute jalan di Jakarta sudah 50% paham.

Oya satu lagi, Sales Supervisor itu ngantornya di kolong langit, bisa di warnet, bisa di area wi-fi bisa juga di masjid.
Keluar masuk pasar, toko-toko kelontong pinggir jalan, ampek kantor distributor adalah tempat-tempat yang sering dikunjungi. Bukan jenis pekerjaan kerah putih berdasi yang adem dibawah terpaan AC dan pancaran radiasi komputer, tapi bergumul dengan copet dan preman brengsek pasar Kramat Djati, senggol-senggolan dengan pedagang Ikan Teri yang sudah lama lupa mandi.

Jadi ingat kembali cita-cita jadi orang kantoran, berdasi, hem lengan panjang dan sepatu pantopel semir tebal, haha :)

Tapi aku suka sales, selain dikasi motor buat operasional, semua pengeluaran yang terkait deal-deal dan urusan kantor semua bisa diklaim ke kantor (include: makan, komunikasi, bensin, internet, parkir, servis motor dan stationery). Denger-denger kalo diangkat jad Area Sales Supervisor (ASS) dapat mobil,,wahh semangat..semangat :D Jangan risau ama target deh, menurutku secara default manusia semua sudah terbiasa dengan target koq, malah itulah yang bikin hidup lebih hidup.

Okay, thats for today,folks

Semuga hari-harimu kedepan sesegar Mentos, selembut Fruitella, semanis Alpenliebe, sesejuk Golia dan Warna-warni seindah Marbels (^^)v


Senin, 14 Desember 2009 0 Comments

Kalibata


Sejujurnya tak pernah sekalipun aku berharap mengadu nasib di Jakrta. Hanya saja, kawan, kau tahu sendirilah di Malang tak banyak instansi maupun perusahaan yang membutuhkan gelar sarjanaku. pernah di penghabisan Oktober waktu itu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang departement store menawari-ku posisi sebagai supervisor. Bukan hanya gaji yang ditawarkan begutu murahnya namun juga risih sekali rasanya setiap hari harus melihat anak buah memakai rokmini dan stoking hitam. Sudah digaji kecil takcukup pula untuk sekedar menyambung hidup pun harus menanggung dosa mata sehari-hari.
Di kereta Argo Anggrek jurusan Jakarta aku menerawang memikirkan cita-cita 1 istri 3 anak-ku, di kerta sebelah Pak Tua Eksekutif hatiku menggigil memikirkan hiruk pikuk kota Jakarta.

Selepas Gambir, mataku tak henti-hentinya terbelalak melihat taxi Blue Bird tumpanganku membelah segitiga emas Jakarta. Hatiku berdesir ketika melewati Semanggi yang kondang di layar televisi itu, Gedung, Mal, Plaza yang menjulang tinggi membuatku merasa begitu kecil. Ada rasa haru ada rasa bangga ada rasa bingung, sedih dan gundah menyergap ke dalam dada, apa nasib orang daerah sepertiku di kota megapolitan yang trantibnya terkenal galak bukan buatan ini.
Hari Sabtu, 28 November 2009 nasibku ditentukan, ini adalah hari dimana bosa dari segala bos sales dan marketing atau biasa disebut sales director mengumumkan lokasi penempatan bagi kami sales supervisor baru. Asal kalian tahu kawan, 1 jam sebelum ini kami harus menandatangani surat bersedia di tempat kan diseluruh Indonesia. Doaku hanya satu jangan atambua ya Alloh! Satu persau nama kami di sebut, ada yang ditempatkan di Medan, Samarinda, Balikpapan, Yogya, Bandung dan Cirebon.. MasyaAlloh aku ditempatkan di Jakarta.

Malam harinya aku berembug dengan keluarga Tanteku di Cibinong tentang lokasi kost.
"Coba tanya Aya Ida, siapa tahu ada kenalan yang pernah nge-kost di daerah tebet !" kata Tante Tanti padaku.

"Aku coba hubungi kawanku dulu ya siapa tahu ada tempat kost di daerah MT. Haryono" kata Aya Ida (Aya-panggilan tante dalam bahasa Sumbawa).

"Kau jangan kost didaerah Tebet atau Cawang terlalu berbahaya" sambung Aya Ida.

" Aku coba lihatkan di daera Kalibata, disana tempatnya jauh lebih aman ".

Kalibata terkenal dengan keberadaan taman makam pahlawannya. Daerah Kalibat dekat dengan Pasar Minggu, jika jam berangkat dan pulang kantor ruwetnya lalu lintas daerah ini tak beda jauh kusutnya dengan rambut paman Einstein. Tapi jujur saja, Aya Ida tepat memberiku kost di daerah ini, kalibat strategis bukan main, ke warnet dari kost-an jalan sambil merem juga sampe', ke ATM BRI cuma sepelemparan batu sejauh 500 meter saja, warung makan juga tersebar siap membelaiperut-perut pekerja yang kelaperan, dan yang fantastis dari Psr. Minggu metromini bisa kemana saja dan murah meriah.
Jika aku menuju Kalibata Timur, aku jumpai waung nasi uduk yang nasi dan penjualnya sama-sama gurihnya. harga seporsi ayam goreng dan nasi uduk juga gak bikin kantong bolong, cuma kempes ajah, hehe.. Jika jemu dengan per-uduk-an, aku cukup banting setir ke arah barat, nasi goreng Walisongo siap menggoyang lidah kita, kawan. Cukup berbekal tujuh ribu US rupiah maka para wali dengan sepenuh hai menggorengkan untuk kita.
Jika Pagi menjelang (saat belum dikasih motor), aku berjalan kurang lebih 50 meter menuju halte empang tiga. halte empang tiga berdiri diatas jalan raya pasar minggu, sekitar 2 kilometer dari tugu pancoran arah selatan. Di jalan ini setiap pagi menjelma menjadi lautan segala kendaraan mulai gerobak bubur ayam, kendaraan roda dua, tiga, empat, enam, bahkan delapan!
Salah satu ikan yang paling agresif yang hidup di lautan ini adalah spesies berwarna orange dan biru dengan plang "metromini". Makhluk ini jika sudah macet parah bisa melakukan manuver slalom putar kiri, banting kanan, sedikit saja meleng (lengah) ketika berkendara bisa disruduk keganasan biota satu ini. Aku beritahu,kawan, hidup di Jakarta sebenarnya aman dan nyaman asalkan jangan berurusan dengan salah satu dari dua jenis makhluk yakni supir metromini dan supir bajaj.
Metromini adalah kendaraan yang seharusnya masuk musim transportasi Indonesia (bukannya masih beroperasi seperti saat ini). kalau dilihat dari kebulan asap pekat hitam beracun dan bodinya yang jauh dari kata mulus maka sudah barang tentu kalian sepakat denganku bahwa metromini bukan moda transportasi kelahiran tahun 1990 (dia eksis sudah lebih lama dari itu). Metromini berisiknya bukan main, jika melalui jalan yang tidak rata, maka kac-kacanya semua bergeletak seperti mau lompat dari lis-nya. Dari kolong tempat kita duduk jika beruntung kita bisa melihat badan jalan yang sedang kita lewati (baca : lubang). Dan yang sebenarnya kurang disadari para penumpangnya, atau mungkin mereka tahu tapi tidak mau tahu, adalah ancaman tetanus dari besi-besi berkarat yang mendominasi sebagian besar badan metromini. Meskipun keadaan sudah jauh dari sekedar baik, namun pengguna jasa metromini cukup bervariasi, mulai dari eksekutif muda yang bersetelan rapi menenteng tas laptop hingga pembantu rumah angga menor yang baru saja belanja untuk kebutuhan majikannya.
Setiap pagi tua dan muda membanjiri, menyemut diantara ruas-ruas jalan ibukota, terhisap ke dalam busway, berjejal di dalam metromini. Begitu seterusnya setiap hari demi sesuap nasi. Di jalan di Jakartajarak lima kilometer seperti ditempuh setengah hari di jam sibuk. Tidak heran muncul idiom "Orang Jakarta Tua Di Jalan" menuai pembenaran. Oh Jakarta Oh Jakarta....


Jumat, 20 November 2009 1 Comments

Kerja -->0 km, Nikah -->1000km, Nyium Hajjar Aswad --> 10000000km




Bahkan sebuah perjalanan 1000 km jauhnya selalu diawali dengan langkah pertama yang kecil dan langkah itu dilakukan sekarang..saat ini ! (Malang, 20 November 2009)

Belum pernah aku lama-lama memandang lekat-lekat sawah yang terhampar luas di depan jendela kamarku, aku juga tertegun lama ketika memandangi pasar Dinoyo, pasar kumuh bau dan kuno yang biasa aku jadikan patokan buat teman-teman yang kebingungan mencari arah untuk menuju ke rumahku, rasa-rasanya beru kemarin Pak Turi, tukang becak langgananku, mengantarkupulang pergi ke TK Dewi Sartika lewat jalan depan Pasar Dinoyo ini. Lebih gila lagi kamar tempat aku rebah mendengkur, tempat aku mengistirahatkan badan setelah babak belur dihajar kehidupan, Masya Alloh gamang betul meninggalkan semua ini.


Kota kecil yang berjarak sekitar 100-an kilometer dari Surabaya ini begitu istimewa bagi diriku. Dikota ini aku menghabiskan nyaris seumur hidupku. Dikota ini aku belajar naik sepeda roda dua, pergi ke surau belajar mengaji, memiliki kawan-kawan sejati, menghirup pagi di hutan pinus, menjadi bagian garda depan siswa SMU ternama, jatuh ke sungai, menembus Fruit tea Funky Color tahun 1999, hampir mati diserempet truk gula, terjatuh di persimpangan ITN (belum ada traffic light),mengalami patah tulang tangan kiri, dilempari batu anak kampung Ambarawa, naik angkot bayar dua ratus rupiah, menjadi ace striker siji pitu, dimarahin orang tua pacar, nembak cewek pake seragam paskibra, nyuri singkongnya Mbah, jadi pengawas ujian SMP, nyari duit dari jual teh botol pas wisudaan, membersihkan counter MCD Mitra 1, mergokin maling, ngilangin sepeda motor temen, patah hati berkali-kali, dan adu jotos di lapangan bola.

Selama ini aku selalu merasa kuat cukup kuat kalau sekedar menghadapi preman-preman terminal Ubung Bali, namun malam ini ternyata aku baru menyadari aku masih gamang pergi jauh dari Malang. Malam setelah aku menandatangani kontrak kerja, aku menyusuri jalanan kota Malang. Sepanjang jalan aku mengenang kembali setipa sudut kota yang mungkin sudah ribuan kali aku lalui. Namun malam itu kota ini terasa berbeda, ketika melalui jalan pasar belimbing menuju terminal Arjosari, anganku melayang pada tahun 2008, nyaris hampir empat bulan lebih aku riwa-riwi mengejar Bus Tentrem jurusan Pasuruan. Dan malamnya menapaki jalan ini untuk pulang kerumah sekedar merebahkan badan.
Belum lagi kawasan tugu tepat aku menghabiskan masa-masa remajaku, SMA garda depan Malang terlihat tetap angker seperti pertama kali aku menginjakkan kaki. Di SMA garda depan malang raya ini banyak kenangan manis dan pahit menyertai selama tiga tahun bersekolah disana. Dulu aku cukup berandal ketika masih disana, entah sudah berapa kali aku harus berurusan dengan Guru Tatib gara-gara terlambat atau pelanggaran-pelanggaran khas remaja yang semaunya sendiri. Tentu Top of the Top pelanggaran yang aku buat saat itu adalah dihukum seharian sekolah tanpa alas kaki. Sungguh malu bukan buatan, Guru Tatib pada masa itu adalah persis seperti penggabungan dari anggota dewan dan polisi, timpang, kritis namun tidak cermat, dan yang pasti tanpa ampun!

Meskipun aku berkulit sawo matang dan berambut gelombang bukan berarti aku tidak bisa mendapatkan gadis yang aku mau, kawan. Di masa itu, aku termasuk bilangan segelintir pejantan yang sanggup menaklukan bunga-bunga kelas. Tapi jangan dulu kamu menilaiku seberandal itu, tentu saja gadis-gadis itu tidak serta-merta menerima sembarang laki-laki, bukan? Jabatan sebagai Ketua Bidang Olah Raga jelas merupakan jabatan penuh prestise yang dengan menyandangnya tiba-tiba serasa lebih kuat untuk sujud 23 rakaat, lari keliling tugu lima kali, dan lihai memainkan berbagai macam olahraga ketangkasan. Karena secara tampang aku tidak bisa terlalu berbangga,kawan. Di SMA garda depan itu banyak sekali pejantan yang punya rupa lebih manis, lebih tampan dan lebih klimis seribu kali daripadaku. Untuk menutup kelemahanku itu, terkadang setiap pagi aku dan Hakim menghambur mencari kaca besar dahulu sebelum masuk kelas. Kami selalu membawa Gatsby Hard yang khusus untuk memoles rambut agar tampil trendi. Masa itu potongan rambut ala Tintin sedang in! apalagi kami menjabat posisi terpandang di kelas dua-satu yakni Hakim sebagai ketua kelas dan aku sebagai wakilnya. Jabatan penting harus ditunjang dengan penampilan prima, kira-kira demikian motto kami waktu itu. Memang benar kata Bang Haji Rhoma jauh-jauh sebelum kami lahir ke bumi. Kurang lebihnya begini "darah muda, darahnya para remaja". Dan aku beritahu kawan, di SMA garda depan ini tidak ada yang lain yang lebih mengenal Bang Haji selain kawanku, Akhmad. Meskipun saat ini dia sudah menjadi akuntan di perusahaan minyak milik bangsa penjajah Indonesia, namun melalui status Facebooknya dia masih suka mendendangkan lagu-lagu milik Bang Haji. Aku rasa Akhmad tentu senang dengan kehadiran anak Bang Haji yang nampak siap menggantikan peran Bapaknya di kancah perdangdutan Indonesia.
Akibat terlalu banyak bersenang-senang ketimbang belajar pada akhirnya Tuhan Yang Maha Adil tidak tinggal diam, nanti aku sambung lagi masalah ini dilain cerita, kawan.


Selepas Magrib aku rebahkan diriku di dalam kamar mengenang lingkungan RW 08 tempat aku tinggal. RW 08 ini memang istimewa, jika pagi segarnya udara seribu kali lebih murni daripada Jakarta yang makin hari makin kotor, jika panas terik maka di dalam rumah masih terasa angin sepoi-sepoi, jika tidur maka seakan tidak ingin bangkit kembali, dan yang sampai saat ini mengherankan banyak kawan yang pulang kampung adalah gerak jam disini serasa begitu lambat, kehidupan juga mengalir begitu tenang, tidak terburu-buru semua bergerak tenang setenang ayunan daun-daun pohon mangga depan rumah. Di Karang Taruna RW 08 aku, Hazim , dan Tufail adalah 3 pilar pemerintahan, jika aku sebagai pengambil kebijakan dan penentu arah kemudi, maka Hazim ahli memprovokasi massa dan cermat dalam memegang bidang keuangan, sementara Tufail adalah penyeimbang diantara aku dan Hazim, tak jarang jika terjadi perbedaan pendapat maupun cekcok antara aku dan Hazim yang sama-sama punya watak keras kepala maka Tufail-lah yang jadi penengahnya. Pemerintahan kami menjadi tinta emas di era karang taruna RW 08.


"Kita harus merantau, Bang! "

Kata rantau ini masih asing bagi telingaku, terlalu nyaman aku berdiam di Malang sehingga kata-kata ini sangat jarang aku dengar. Namun mau tidak mau suka tidak suka di jaman serba susah seperti ini hidup merantau sudah amat tidak terelakkan lagi. Akhmad dan Hakim sudah lebih dulu jauh merantau di Ibukota yang aku dengar dinominasikan menjadi Kota dengan penduduk yang hanya beberapa strip kepadatannya di bawah New York.

Gambaran keluarga kecil masa depan, satu istri tiga anak, semua berada di balik bayang-bayang merantau. Sepertinya dengan merantaulah, aku dikemudian hari bisa mewujudkan gambaran keluarga masa depanku itu. Pagi ini air mata yang menetes justru dari adikku, bukan dari gadis-gadis seperti Fahimah, Khansa' ataupun Tsana, dia Yunita Adyari Mirastuti. Jikalau senang aku cubitin pipi adikku, di kala sebal kadang aku tarik-tarik jilbabnya. Gadis kecil ini akan jadi anak tunggal kandung yang akan menemani Ayah dan Ibuku di Malang. Sambil bercucuran air mata kami saling mengucap doa, tak kusangka Dia yang biasanya begitu benci terhadapku berurai air mata mengetahui aku hari ini akan pergi untuk waktu yang lama. Mungkin inilah yang dimaksud benci tapi rindu.

Doakan aku Yah, Doakan aku Bu, anakmu merantau..


Footnote :
1). Merantau ke Jakarta, semuga saja ketika penempatan masih dapet di Jawa
2). Tulisan asli di http://andikababulu.blogspot.com/2009/11/kerja-0-km-nikah-1000km-nyium-hajjar.html
Minggu, 15 November 2009 1 Comments

Kisah Sepasang Sandal


Aku dibeli dari sebuah pasar rakyat yang jalan-jalannya becek dan disudut-sudutnya dipenuhi tumpukan sampah. Saking kumuhnya pasar ini, bau busuk seperti menyeruak dari segala penjuru pasar ini. Dari selokannya yang buntu, dari tumpukan sampah yang mulai membusuk dan dari air cucian pedagang semuanya berbau busuk. Nampaknya aku harus bersabar dalam penantian panjangku di sudut pasar ini. Menanti pembeli sandal yang rela menyibak kumuhnya pasar ini hanya demi membeli sandal.

Betapa girang hatiku setelah sekian lama aku harus berjejalan di rak yang lusuh menanti dibeli seseorang. Semenjak aku dibuat, pengrajin sandal sudah mematri ingatan ku kuat-kuat sebuah keinginan untuk mengabdikan sepenuh jiwaku untuk Tuanku nantinya. Tugasku sebenarnya cukup sederhana; menjaga kaki Tuanku tetap bersih dari debu dan tidak lecet karena bergesekan dengan tanah.


Dan Tuanku yang baru sangat suka berlari. Kemanapun dia pergi dia selalu berlari, tentunya dengan memakaiku, si sandal baru. Aku berupaya menguatkan sendi-sendiku agar tetap kokoh melapisi kaki Tuanku. Aku relakan bagian diriku harus memuai akibat panasnya jalan, meringis menahan perih karena tergesek kerikil. Tuanku mengajakku berlari menyusuri pematang sawah, menemui safana, berendam di sungai berair jernih, ataupun mengaji di surau. Aku begitu bahagia menemani kemanapun Tuanku pergi. Hingga setiap hari baru menjelang, aku selalu sambut dengan sebuah tanya "kemana kiranya hari ini Tuanku akan membawaku?"

Tidak ada yang dapat mengalahkanku kekagumanku pada Tuanku. Meskipun aku hanya sebuah sandal jepit biasa namun Tuanku memperlakukanku dengan istimewa. Setiap minggu aku dibersihkannya, Tuanku membersihkanku dari debu, menyabuniku hingga wujudku selalu nampak baru. Aku bisa merasakan perhatian istimewa dari Tuanku ini kepadaku. Hingga suatu ketika Tuanku memahatkan inisial namanya di badanku sebagai tanda Dia tidak ingin aku tertukar dengan yang lain. Inilah yang membuat semakin hari aku semakin menyayangi Tuanku.

Hingga di suatu sore aku menemani Tuanku bermain dengan kawan-kawannya. Untuk pertama kalinya aku terkejut dengan keberadaan sandal-sandal lain yang menyelip di kaki kawan-kawan Tuanku. Sandal-sandal ini begitu cantik, begitu unik dan begitu serasi dengan kaki Tuannya. Sandal berwarna-warni itu keluaran pabrik sandal model terbaru. Penampilannya yang begitu menawan membuat dalam beberapa bulan sejak peluncurannya, sandal model terbaru ini laris manis di serbu pembeli. Tuanku diejek oleh kawan-kawannya karena masih menggunakan model sandal yang lama.


Malam pun menjelang, disudut rak sepatu aku termenung memikirkan peristiwa tadi sore yang menimpa Tuanku. Aku tentu merasakan tidak enak hati karena akibat keberadaanku, Tuanku dianggap ketinggalan jaman. Jujur saja keadaanku saat ini sudah tidak sebaik ketika saat pertama aku dibeli. Karet bagian bawah sudah mulai tipis akibat kerasnya gesekan medan bumi yang dilalui Tuanku, warnaku pun sudah mulai memudar karena terpapar terik yang matahari, belum lagi bagian karet yang memeluk bagian jari sudah mulai koyak dimakan usia. Tak terasa air mataku pun meleleh, aku tahu kebersamaanku dengan Tuanku tidak akan lama lagi. Cepat atau lambat Tuanku akan berhenti memakaiku dan menggunakan sandal model terbaru. Tentu saja Tuanku tidak ingin menjadi bahan olok-olok kawan-kawannya hanya karena keberadaanku. Aku jelas akan sangat merindukan bermain-main lagi bersama Tuanku.

Pagi ini aku masih teronggok di rak sepatu Tuanku, biasanya selepas beduk Tuanku pulang dari sekolah dan kemudian pergi bermain ke empang. Aku kuatkan diri untuk tetap bersabar menanti kepulangan Tuanku tersayang. Aku sudah rindu ingin memeluk kakinya lagi. Lama aku menanti Tuanku tak kunjung kembali, perasaanku mulai gelisah, apakah ada sesuatu hal buruk yang menimpanya di jalan?
Tak terasa dari ufuk barat sinar matahari mulai temaram. Tuanku belum juga pulang. Hatiku semakin gelisah tak karuan. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu terbuka, Tuanku datang namun apa yang aku lihat! Tuanku datang dengan mengenakan sepasang sandal baru warna jingga. Bagian karetnya masih tebal dan nampaknya cukup nyaman untuk melandasi kaki Tuanku. Selain tulisan Made in Italy aku melihat penampilan sandal itu begitu cantik menggeliat manja di kaki tuanku. Sama sekali tidak ada kesempatan bagiku untuk bersaing dengan sandal baru itu.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali Tuanku memasukkanku kedalam tas plastik kecil. Di kepalaku ada sejuta prasangka menyergap benakku, hatiku bertanya-tanya hendak dibawa kemana diriku pagi-pagi buta begini? Apakah Tuanku hendak membuangku? Aku bingung dengan sikap Tuanku ini. Dengan langkah cepat Tuanku berjalan menuju suatu tempat yang nampaknya telah direncanakan sebelumnya. Sepanjang perjalanan tak henti aku mengutuki kehadiran sandal baru dari Italy itu, tentu saja karena kehadirannyalah aku jadi tersingkir seperti sekarang ini. Aku mengiba dalam hati semoga Tuanku berubah pikiran dan tidak meninggalkanku sendiri.


Aku merasakan Tuanku telah sampai pada tempat tujuannya, dia letakkan aku yang masih dalam keadaan terbungkus tas plastik. Aku tidak mampu melihat dengan jelas dimana saat ini Aku dan Tuanku berada. Yang jelas aku tidak mencium bau busuk sampah yang berarti aku bukan di tempat pembuangan sampah pun aku juga tidak sedang akan dihanyutkan disungai karena aku tidak mendengar suara aliran air sungai didekat kami. Sayup-sayup aku mendengar suara orang mengaji dan terdengar pula suara Tuanku sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Sekonyong-konyong aku diambil oleh Tuanku dan diletakkannya dipelataran. Ternyata Tuanku membawaku ke surau tempat dia biasa mengaji. Berdasarkan apa yang aku dengar dari percakapan Tuanku, nampaknya Tuanku telah memberikanku kepada Takmir surau ini agar dapat digunakan jamaah maupun santri yang akan mengambil wudhu. Aku menghela nafas panjang ketika aku melihat Tuanku membalikkan badan dan beranjak pulang. Aku sadar Tuanku lah yang Maha berkehendak terhadap aku, tiada daya yang bisa aku lakukan untuk menghalangi kehendak Tuanku.

Saat ini aku menjalani kehidupan baruku sebagai sandal WC surau Tuanku. Setiap orang bebas menggunakanku lebih-lebih ketika mereka harus buang hajat. Meskipun demikian kadang aku masih dapat bertemu dengan Tuanku disini. Aku masih bisa menggenggam kulit kakinya dan memberikan pelayanan terbaikku melindungi dirinya. Semua ku jalani dengan sepenuh hati, toh esensi pengabdianku tetap sama sebagai sepasang sandal.

footnote:
1). Saya kira saya pernah membaca sebuah tulisan mengenai sandal-sandal tapi untuk tulisan ini saya garansi 100% hasil karya pribadi (bukan bajakan)

2). Terimakasih kepada http://www.nafed.go.id/images/igds/D1_Sandal%20Weidenmann%20.jpg dan http://anakjenius.files.wordpress.com/2009/06/sandal-jepit.jpg atas gambar sandal-sandalnya.

3). Tulisan asli dapat dilihat pada alamat berikut : http://andikababulu.blogspot.com/2009/11/kisah-sepasang-sandal.html

Rabu, 30 September 2009 0 Comments

Mamali (Mari Memaknai Kembali)


Sebagaimana menanam keburukan maka akan menuai keburukan, sedangkan jika kita menanam kebaikan pun akan sering berbuah kebaikan pula. Dan satu kebaikan kecil akan memberikan perubahan yang luar biasa besar [sang pemimpi, hal. 184]


Seberapa banyak dari kita yang telah mulai kehilangan makna dalam menjalani hidup di dunia ini? Alih-alih berbuat yang terbaik justru malah larut dalam rutinitas tanpa makna.

Betapa banyak dari kita mulai dengan ringan mengucap kata "Miss You" atau "Aku Sayang Kamu" kepada pasangan kita dalam kondisi sekedar membuat pasangan kita tidak jadi cemberut. Kata yang diucapkan begitu enteng, saking entengnya tidak sampai semenit sudah menguap bak tetesan alkhohol pada kulit manusia.

Atau betapa banyak Istri-istri jaman sinetron "Isabella" mulai lupa bagaimana menyambut suaminya pulang dari kerja. Ada yang dengan santainya berkata "Kopi-nya bikin sendiri deh , Pa!" sambil meneruskan menonton televisi. Pun demikian sang Suami, himpitan deadline kerjaan lebih penting ketimbang melihat perkembangan si kecil yang mulai belajar mengeja.

Apa jadinya Dunia ini jika kemudian Pak Tani sudah kehilangan makna bercocok tanam? Ketika yang dipikirkan hanya meraup keuntungan besar tanpa memikirkan kualitas dari bulir-bulir padi yang dihasilkan, tingkat penggunaan pestisida, maupun dalam pengolahan lahan pertanian itu sendiri.

Apa yang kemudian akan terjadi jika penarik gerobak sampah tidak lagi punya makna dalam menjalani tugas-tugas mengangkut sampahnya? Disela peluhnya yang bercucuran maka sambil menggerutu dia sekadar memindahkan sampah dari tong ke gerobak. Dia tidak berusaha memaknai bahwa tanpa kehadiran mereka Dunia sudah tertutup sampah saat ini.



Lalu apa jadinya ketika Guru-guru dan Dosen kemudian rame-rame melamar jadi pegawai perusahaan minyak atas dasar perbaikan kesejahteraan. Yang terjadi adalah kekosongan garda depan pembebas bangsa dari buta aksara, the lost generation bahkan mungkin sikap kebinatangan merajalela di segala penjuru bumi tanpa sentuhan pelajaran budi pekerti.

Saudara-saudaraku yang sedang berjubel dalam bis kota demi sesuap nasi di Ibu kota, kawan-kawan buruh yang menjadi roda perekonomian negara dan pemimpin-pemimpin bangsa yang sedang merumuskan strategi memakmurkan negeri. Mari kita rehat sejenak dari kesibukan yang kita lakukan saat ini dan bertafakur sejenak. Apakah tanda-tanda kehilangan makna sudah mulai menodai aktifitas anda sehari-hari?apakah yang anda kerjakan saat ini hanyalah semata demi gajian esok nanti? Apakah anda sering mengeluh dengan keadaan yang anda alami saat ini?


Mari kita rubah dunia ini dengan satu langkah kecil, kawan. Memaknai kembali segala aktifitas yang sekarang kita lakukan. Dengan kesadaran penuh tentang pentingnya peran-peran anda dalam menjaga kehidupan ini tetap balance, maka tidak perlu risau jika saat ini anda adalah seorang penjual sayur, berangkatlah dengan ikhlas setiap shubuh menjelang, memutari blok demi blok perumahan mejajakan sayur-mayurmu, karena disetipa rumah ada anak-anak yang membutuhkan gizi dari sayurmu itu. Bagi penjual gado-gado diseputaran kampus, ikhlaskan setiap cucuran keringat yang jatuh ke bumi setiap kali engkau menghaluskan bumbu kacang, karena mahasiswa-mahasiswa calon penerus bangsa membutuhkan nutrisi untuk berpikir mengerjakan tesis mereka tentang persoalan bangsa. Terakhir namun tak kalah penting, bagi para pelajar di seantero nusantara, dibahu-bahumu ini kemudi bangsa nantinya disandarkan, maju atau hancurnya bangsa ini terletak pada derap langkahmu menuntut ilmu 6 hari seminggu.

Tidak satu tetes pun keringat jatuh ke bumi tanpa sepengetahuan-Mu, tidak satu ujung daun pun jatuh ke bumi tanpa kehendak-Mu. Maka hebatkanlah kami dalam mengejar ridho-Mu. Ilhamkan lah keikhlasan yang luhur dalam setiap detak jantung kami. Dan jika kami tidak Engkau beri peran besar di bumi ini maka cukup Engkau lipat gandakan peran-peran kecil di setiap langkah kami. Amin


Footnote :
[original post in http://andikababulu.blogspot.com/2009/09/mamali-mari-memaknai-kembali.html]
[terinspirasi oleh Cahaya yang Baik]

Selasa, 29 September 2009 0 Comments

UKIR (Untuk Kita Renungkan)


Suara tarkhim dari speaker masjid Al-Ghozali Tlogomas mengumandang membahana membelah suasana subuh. Menandai sekitar 10 menit lagi akan masuk waktu sholat subuh.

Sholatuwassalamualaih..lailahi nabi mujahidddiiiin..Ya Rosullaaahh…Sholatuwassalamualaih..Ya shiratul huda..Ya qoiroqoitillaaaah..( Syaik Mahmud Al-Husari) Tarkhim.mp3>>free download


Langit Tlogomas begitu cerah, secerah dini hari di Madinah Al-Munawwarah waktu itu. Para sahabat berkumpul di masjidmu. Angin sahara membekukan setiap jamaah yang hadir, gigi mereka bergemeretak dan kaki berguncang.

Tiba-tiba pintu hujrah terbuka dan Rasulullah pun datang. Sahabat-sahabat kemudian memandang engkau ya Rasul, "Assalamu'alaika ayyuhan nabi warahmatullahi wabarraktuh" terdengar suara sahabat memberikan salam secara bertaut-tautan. Kau pun tersenyum ya Rasul, Sahara pun mendadak berubah menjadi hangat. Kau pun bersabda "adakah air pada kalian?"

Seketika para sahabat sibuk memeriksa kantong-kantong mereka. "Berikan padaku wadah yang basah" sabda Mu. Sketika ratusan sahabat berebut mendekat dan masing-masing ingin mempersembahkan wadahnya kepada Nabiyullah. Nabi kemudian memilih satu wadah kosong, kemudian Subhanallah, dari sela-sela jarimu yang mulia mengalir air. Sahabat pun berdesak-desakan ingin berwudhu dari pancuran air suci Mu. Air tersebut begitu sejuk, begitu harum, begitu lezat. Abdullah bin Mas'ud pun mereguk dengan sepuas-puasnya.

Qad Qamatishalah..Qad Qamatishalah..para sahabatpun kemudian shalat bersama di belakang Nabi. Ayat-ayat suci terlantun begitu indah. Dada-dada pun berdesir mendengar lafadz-lafadz suci dariMu ya Nabi.
Seusai shalat dengan senyuman, Nabi bertanya "Siapakah makhluk yang paling menakjubkan imannya?"
Sahabat pun serempak menjawab "Malaikat ya Rasullulah"
Nabi menjawab " Bagaimana mereka tidak beriman sementara mereka berada di samping Tuhan mereka"
Sahabat lanjut menjawab "kalau begitu Nabi ya Rasul"
Nabi menjawab "bagaimana mereka tidak beriman sementara wahyu turun melalui mereka"
"kalau begitu kami ya Rasul, para sahabat Mu" jawab Sahabat kembali.
"Bagaimana kalian tak beriman padaku padahal aku berada di tengah-tengah kalian? Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman? Mereka menyaksikan apa yang mereka
saksikan." jawab Rasullullah.


Sahabat berkata " Aku tahu, ya Rasulallah, kami telah saksikan mukjizatmu. Kulihat wajahmu yang bersinar, kulihat air telah mengalir dari sela jemarimu, bagaimana mungkin kami tak beriman kepadamu. Lalu siapa sebenarnya yang paling menakjubkan imannya?"






Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. sahabat termangu. Ah, gerangan siapa mereka itu? Siapa yang kaupuji itu, ya Rasulallah? Sahabat menahan napas, mencurahkan segenap perhatiannya. Dan bibirmu yang mulia mulai bergerak, "Orang yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang datang sesudahku. Yang beriman kepadaku, padahal mereka tak pernah melihat dan berjumpa denganku. Yang paling menakjubkan imannya adalah orang yang datang setelah aku tiada. Yang membenarkan aku padahal mereka tak pernah melihatku. Mereka adalah saudara-saudaraku."

Sahabat terkejut " Ya Rasul, bukankah kami saudaramu juga?"

Nabi menjawab, "Benar, kalian adalah para sahabatku. Adapun saudaraku adalah mereka yang hidup setelah aku. Yang beriman kepadaku padahal mereka tak pernah melihatku. Merekalah yang beriman kepada yang gaib, yang menunaikan salat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka...(QS. Al-Baqarah; 3)"

Kau diam sejenak ya Rasulallah. Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. Kemudian kau berkata, "Alangkah rindunya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku. Alangkah beruntungnya bila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku."
Suaramu parau dan butiran air mata tergenang di sudut matamu. Kau ingin berjumpa dengan mereka, ya Rasulallah. Kau rindukan mereka, ya Nabiyallah. Kau dambakan mereka, ya Habiballah....

Sahabat pun iri kepada kita umat Nabi Muhammad. Mereka iri pada umat yang menatap wajah Nabi saja belum pernah, berjamaah dengan Nabi pun tak kan pernah. Pada Umat ini diberilah ganjaran yang lebih tinggi karena mereka beriman tanpa pernah melihat mukjizat Rasulullah, tidak pernah kering bershalawat walau tanpa pernah duduk berdampingan dengan Rasulullah.

Umat yang hidup dijaman Miyabi, Umat yang hidup hanya untuk makan sehari-hari
Umat yang dibuai harta, digelayuti dunia

Semuga kita tidak patah arang, tetap istiqamah di jaman yang serba susah..amin




Dimodifikasi dari tulisan KH. Jalaluddin Rakhmat dengan judul "Subuh yang Indah bersamamu, Ya Rasul"

Jumat, 11 September 2009 0 Comments

Woman!


Woman/`wuman/kb. (j.women) wanita, perempuan. [kamus inggris-indonesia, Echols, M. John. 1987]


Tidak akan pernah cukup waktu untuk membahas makhluk ciptaan Allah yang satu ini, Tidak juga Sigmund Freud sang pemikir itu. Setelah puluhan tahun melakukan riset tentang wanita, dia tetap saja tidak mengerti dan memahami wanita. Kesimpulan sang pemikir hanya bahwa wanita itu sulit dipahami karena wanita kadang tak tahu apa sebenarnya yang dia inginkan. Aku juga jelas tidak dalam posisi berhasil memahami wanita, karena tentu saja jika aku berhasil memahami wanita, mungkin keadaanku tidak akan sendiri seperti sekarang ini.


Dalam sejarah juga telah tertulis bahwa rasulullah bukannya tanpa kesulitan untuk memahami Aisyah, wanita yang menjadi istrinya. Diriwayatkan bahwa selain memiliki paras yang cantik, kecerdasan dan iman yang luar biasa Aisyah adalah seorang pencemburu berat, posesif bahkan cepat sekali meradang. Pernah suatu ketika ketika Nabi sedang shalat malam setelah mengunjungi istrinya (yang lain) dengan penuh selidik Aisyah kemudian mendekat dan meneliti helai rambut Rasul hanya untuk mengetahui apakah bekas-bekas mandi. Aisyah juga pernah membanting nampan berisi makanan di depan tamu Rasul hanya karena terbakar cemburu akibat makanan yang di buatkan oleh istri Rasul yang lain. Namun riwayat juga menjelaskan betapa sabarnya Nabi memperlakukan istrinya yang satu ini. Beliau begitu memahami kegejolak muda Sang istri, maklum saja jarak usia antar keduanya juga cukup jauh. Aisyah adalah istri Nabi satu-satunya yang dinikahi ketika masih perawan. Bersama Asiyah, Nabi merasakan kegejolak asmara, bahkan Nabi pernah makan dalam satu piring dan minum dari gelas bekas Aisyah. Nabi bahkan minum dengan posisi bibir yang sengaja dipaskan pada posisi bekas bibir Aisyah, Subhanallah bikin ngiri saja kisah ini :)

Ibu pun sosok istimewa di rumah, meskipun bukan sebagai kepala keluarga namun tidak ada urusan di rumah ini yang tidak melewati ACC Beliau. Jika Ibu sudah bilang okey, maka Bapak tidak mungkin berkata tidak, namun jika Bapak berkata okey belum tentu Ibu akan setuju!

Pada suatu kisah diriwayatkan sahabat nabi, Ali, memiliki perasaan suka terhadap Fatimah, putri Nabi Muhammad. Ali ini merupakan pemuda yang luar biasa, selalu setia berjihad bersama Rasulullah dan bahkan dia adalah orang yang berbaring di ranjang Nabi, ketika Nabi melakukan hijrah ke Madinah, ketika itu ribuan kaum Quraisy sedang mengepung rumah Nabi. Ali mempertaruhkan diri dengan berpura-pura menggantikan Nabi dan tidur di ranjangnya. Hanya saja keinginan memperistri Fatimah mendapatkan tantangan luar biasa. Di saat yang bersamaan muncul kabar bahwa Abu Bakar Ash-shidiq juga menaruh hati pada Fatimah. Jika dibandingkan dengan Abu Bakar tentu saja Ali bukan apa-apa. Abu Bakar adalah orang terdekat Rasullullah, dimanapun Rasul berada maka Abu Bakar selalu setia disisinya. Namun lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah.

Setelah Abu Bakar gagal muncullah kandidat lain yakni Umar bin Khatab,Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan. Umar juga bukan sosok yang biasa beliau adalah muslim pemberani. Meskipun masuk Islam belumlah lama namun sejarah mencatat begitu hebatnya kontribusi Umar terhadap kemajuan islam. Sampai sampai Nabi bersabda " Ketika aku akan masuk masjid maka aku bersama Umar, ketika aku akan keluar masjid maka aku akan bersama Umar". Jelas sekali keutamaan Umar di mata Rasullullah. Namun lamaran Umar pun ditolak Fatimah.


Utsman bin Affan adalah pejuang cinta berikutnya yang berkeinginan melamar Fatimah. Utsman adalah miliardernya umat muslim saat itu. Kekayaan yang dimilikinya luar biasa. Utsman jelas bukan tandingan bagi Ali yang miskin. Ali begitu miskin sehingga tidak memiliki pakaian yang layak. Utsman juga merupakan sahabat Nabi yang berperan penting dalam dakwah Islam, karena pengaruh Utsman banyak saudagar-saudagar Arab kemudian masuk Islam. Jika dilihat dengan kondisi ini tentu saja tidak mungkin Fatimah menolak pinangan Utsman. Namun ternyata Fatimah pun tidak menerima lamaran Utsman.

Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!

Kini tibalah giliran Ali memantapkan hati untuk maju dan meminang Fatimah. Ali meminang dengan keadaan seadanya (baju besi dan tepung). Bahkan untuk rumah saja, teman-temannya kemudian berame-rame menyumbangkan uangnya (namun kemudian ditolak oleh Nabi). Sekali lagi wanita memang misterius, justru dengan ke-papa-an Ali, Fatimah jatuh hati. Maka Ali dan Fatimah menikah dengan rumah yang harus di cicil pembayarannya oleh Ali.

Dalam diri wanita masa depan sebuah bangsa. Dari wanita shalih lahirlah qari, alim, cendekiawan, pemimpin, dan generasi pemuda harapan bangsa. Pada diri wanitalah nasib sebuah bangsa ditentukan, apakah menjadi bangsa yang unggul atau malah menjadi bangsa yang melarat. Itulah sebabnya posisi wanita oleh Islam dihormati 3 kali lebih tinggi daripada posisi seorang pria.

Tidak ada yang lebih indah selain wanita berjilbab. Jilbabnya seorang wanita merupakan piagam kemenangan. Kemenangan atas diri, kemenangan atas Islam dan kemenangan atas dunia.

Tuhan begitu berrahasia pada tiga hal yakni rejeki, jodoh dan usia. Pada ketiganya tidak akan ditemukan jawaban meskipun pada Mama Laurent sekalipun. Titik poin tulisanku adalah perihal jodoh. Jodohku bisa jadi masih dalam lingkar pertemananku, atau mungkin sama sekali orang baru dalam kehidupanku.


Maka malam ini selain meminta pekerjaan, aku juga meminta diberikan wanita yang baik. Wanita yang mampu membuat rumahku berbinar terang di bumi. Wanita yang membahagiakan suaminya dan wanita yang akan memberikan anak, anak yang akan menjadi sumber pahala tak terputus meski aku telah tiada.

Footnote :
1) Terinspirasi dari Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
2) Sedikit Hirata tentunya :)


Selasa, 25 Agustus 2009 0 Comments

Untuk Ayahku Supriyono, Ayah Juara Satu seluruh dunia




Selepas masa SMA, ayah tidak pernah berpikir untuk berkuliah. Setiap hari Ayah memikul padi, kayu apa saja untuk membantu Mbah Sastro. Hidup dari keluarga petani yang sederhana, Ayah meretas mimpi merajut asa. Karena keadaan ekonomi yang lemah Ayah dan sebagian besar saudara-saudaranya memilih untuk berkerja serabutan pada Mbah Sastro. Pada tahun 1970-1990, Sastrodinomo adalah keluarga terpandang, memiliki usaha pande besi, usaha angkutan bis antar propinsi belum lagi tanahnya yang berhektar-hektar. Sebelum kemudian ditinggal wafat oleh sang pemilik (Mbah Sastro kakung) bisnis keluarga ini menggurita di desa Kajar 40 km selatan Yogyakarta. Pakde pernah cerita bahwa dimasa jayanya, Pande Besi pernah memenangkan tender pemerintah untuk membuat 10.000 pacul (cangkul), 5.000 sabit, belum lagi pesanan seperti gamelan. Saat ini trah bisnis Sastrodinomo sudah porak poranda, diwarnai perebutan harta benda diantara para ahli warisnya.

Ayahku tidak pernah banyak bicara. Ayah hanya bicara jika memang ada hal penting yang harus disampaikan. Setiap jam 4 pagi Ayah sudah bangun dan mengambil handuk untuk kemudian mandi. Entah mengapa Ayah begitu suka dengan mandi pagi. Mungkin karena di desa Ayah dulu, air adalah lebih berharga daripada uang. Demi mendapatkan air, warga desa harus menempuh perjalanan 30 km menuju mata air dan kemudian "menyunggi" air kembali ke rumah. Kabupaten asal Ayah sering sekali masuk teve lebih-lebih di masa-masa kemarau. Nama Kabupaten itu adalah Gunung Kidul.

Ayah tidak lebih pintar dari Ibuku. Ayah baru bisa membaca Al-Qur'an pada tahun 2004, yaitu saat Ayah akan pergi Haji dengan Ibu sedangkan Ibu sudah fasih membaca Al-Qur'an sejak Ibu masih remaja. Ibu memang dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang jauh lebih baik daripada Ayah. Namun setelah belasan tahun kemudian, aku tahu Ayah adalah pribadi yang ulet dan berketetapan hati. Meskipun kadang dalam me-lafadz masih terdengar kaku, namun Ayah cuma butuh kurang dari setahun untuk menguasai baca Qur'an, padahal usia Ayah sudah tidak lagi muda.



Saat Ayah memutuskan untuk pergi haji, Ayah tidak berangkat hanya berdua dengan Ibu saja. Ayah memboyong serta Mbah Sastro Putri (Budenya Ayah) dan Mbah Darso Putri (Ibunya Ibu). Mbah-mbah yang sebenarnya sudah berusia lanjut ini awalnya ragu dapat menginjakkan kaki di Tanah Haram, namun Ayah dengan segala upaya meyakinkan beliau-beliau untuk ikut serta Haji bersamanya. Ayah tahu menjadi Haji adalah penyempurna iman seorang muslim, Mbah sebenarnya telah terpanggil secara finansial, namun fisik yang menua diyakini dapat menjadi penghalang.
Mbah Darso kemudian bercerita pernah suatu ketika saat Haji, Mbah tidak mampu lagi membawa kopernya sendiri. Padahal koper Haji berisi 5 liter air zam-zam, belum lagi barang bawaan lain. Ayah dengan sepenuh hati membawakan empat koper sekaligus (Aku sampai sekrang masih tidak bisa membayangkan hal itu bisa terjadi). Ayah juga harus selalu menjaga Mbah-Mbah dan juga Ibu selama ibadah haji berlangsung. Subhanallah..


Ayah adalah model orang desa yang sukses di kota. Setiap kali lebaran, Ayah selalu berkunjung ke tanah kelahiran. Setiap tahun tidak pernah terlewatkan, alhasil belum pernah sekalipun seumur hidupku aku shalat ied di Malang.
Setiap kali Ayah sampai di desa Kajar, teman-teman lama menyalami sambil tersenyum kagum. Setiap kali Ayah sampai di desa Kajar, Ayah bagaikan pahlawan pulang dari medan perang! Maklum jaman Ayah masih muda dulu, kebanyakan remaja seusia Ayah hanya jadi kuli angkut, supir bus Wonosari-Yogya, peladang, ataupun pekerja serabutan.

Profesi Account officer mungkin tidak pernah eksis di benak para pemuda-pemuda Kajar semasa itu. Sebenarnya Ayah juga demikian, hanya nasib, kerja keras dan doa Orang Tua yang mendasari kesuksesannya.

Ayah saat ini yatim-piatu, namun Ayah telah mampu membanggakan Orang tuanya, Kakek- Nenek Pawirodinomo di surga. Ayah bermimpi dan Tuhan memeluk mimpi-mimpi Ayah sehingga terwujud saat ini. Aku sangat bangga pada Ayahku ini, sewaktu sahur aku sampaikan ucapan selamat ulang tahun padanya. Aku kecup lembut tangan dan gurat-gurat kasar di wajahnya. Selamat Ulang Tahun aku ucapkan pada Ayahku, Ayah Juara satu.
Jumat, 21 Agustus 2009 3 Comments

Amul Huzni



Sudah 7 bulan ini semua aku serahkan demi titel Sarjana Teknologi Pertanian disematkan dibelakang namaku. 7 bulan aku menyerahkan diriku demi skripsi. Sepanjang waktu itu pula diam-diam aku mencoba mencari pekerjaan dengan satu tujuan, memperbaiki semua sehingga kembali sedia kala. Aku merahasiakan ini semua karena belum tentu daya dan upaya ini bisa berhasil, bukankah terlalu beresiko melalui jembatan jika pondasi saja masih belum kering. Siapa tahu ini akan menjadi kejutan yang manis tak berperi?!

10 Januari 2009,
Dia adalah wanita yang pendiam, dan aku belajar bahwa wanita pendiam sesungguhnya memiliki rasa kasih sayang yang jauh lebih besar daripada wanita yang cerewet. Daun-daun berguguran ketika kami bertemu siang itu, tak banyak kata yang terungkap tapi aku tahu dia sedang memanggul beban yang berat. Wajahnya tak lagi berbinar. Aku tahu situasi kami sedang tidak bagus, aku tahu dia juga dalam posisi yang serba salah. Mungkin dia sudah muak dengan ketidakpastian dan cobaan yang datang seperti tak pernah putus. Maka aku tidak akan pernah menyalahkan dia. Aku selalu berjanji untuk mewujudkan semua impian yang pernah kita miliki, tapi hari itu bibirnya bergetar, mukanya pucat, aku sadar ada beban berat jika kami terus bersama. Air mata menepi di pelupuk matanya. Aku tiada lagi sanggup menahan diri jika dia kemudian menangis. Mungkin dia meratapi betapa berlikunya jalan yang harus kami lalui jika kami terus bersama. Aku tidak ingin melihat dia tidak bahagia, dan sampai detik ini aku mungkin menjadi beban bagi dirinya. Aku tidak sampai hati melihat dia hidup begitu terbebani. Hatinya yang lunak dan putih, mungkin akan terus terluka jika aku memaksakan untuk teru bersama. Aku dekatkan diriku padanya. Aku mengiyakan apa yang menjadi permintaannya. Aku tersedu sedan tanpa air mata. Anganku menembus cakrawala membawaku kembali pada sore itu...

Un Sol Em Noite (matahari dikala malam)
Aku masih terbayang-bayang perkataan Ibu waktu itu, "Jangan bersedih, apa tidak ada anak SMA3 di jurusanmu?". Ternyata langit menyimpan perkataan Ibu dan menjadikannya mozaik dalam kehidupanku. Sore itu penerimaan mahasiswa baru dijurusan, berderet-deret mahasiswa baru melakukan pendaftaran ulang dan harus melakukan interview dengan para seniornya. Aku lelah dan sama sekali tidak menarik apa yang terjadi saat itu di himpunan. Seketika itu juga aku berniat untuk secepatnya meninggalkan tempat. Ketika aku hendak keluar dari pintu Himpunan, sesosok wanita yang familiar mendadak muncul dihadapanku.
Juwita Malam Siapa Gerangan puan
Juwita Malam dari bulankah puan..

Dia tersenyum. Aku tahu aku juga mengenalnya. Diam-diam setelah dia pergi, aku kembali masuk ke Himpunan. Posisiku sebagai Ketua Pelaksana OPJ membuatku dengan mudah dapat mengakses semua data-data Maba 2004. Setelah melihat foto dan data diri, aku langsung mengetahui nama dan alamatnya. Rizki Fadila.Mataku berbinar, aku yakin aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

Di Dasar Jurang
Kamu adalah teristimewa
Kamu telah memberi banyak kekuatan untukku selama ini
Tapi tidak berarti kita harus bersama
Tidak perlu ada yang harus disesali, aku harap kamu juga demikian
Tidak ada cara yang mudah untuk mengatakan ini semua. Tapi aku yakin kamu mengerti.
Di satu titik perasaan itu mengkristal dan biarkan aku menyimpannya.
selamanya.
Ijinkan aku kembali berjalan di setapak kecilku.

Tuhan Tahu Aku Hanya Ingin Melihatnya Bahagia
Maka malam itu aku menelponnya, mungkin malam itu pula kami resmi berpisah. Malam 20 Agustus 2009, mata kami berkaca-kaca, aku yakin dia juga merasakan kepedihan mendalam seperti juga yang aku rasakan. Ingin rasanya aku memeluknya dan mendekapnya erat. Aku bangga dengan empat tahun kebersamaan dengannya. Perpisahan ini tidak ada apa-apanya. Aku sangat kehilangan karena kita selalu bersama. Dengan terbata dia berkata " Semuga kamu menemukan kebahagiaanmu Mas", aku hanya bisa diam, aku mengerti maksudnya. Hatiku menjadi dingin, pipi kami menjadi basah, betapa aku akan sangat kehilangannya. Malam itu bintang membawa pergi bulan pergi, keduanya tak kuasa menjadi saksi bisu kesediahan yang tumpah ketika kami berpisah. Semua ada disitu: kenanganku, cintaku, hatiku, kebahagiaanku, cita-citaku, jati diriku, tangisku, pacarku, adikku, kekasihku, garis nasibku dan semua perasaan sayangku.
Maka Jangan pernah kau samakan lada dengan pala
Berbeda rupa, tak padan rasa
Rela Kanda menginjak Bara
Demi cinta suci Adinda


Selamat Ulang Tahun ke 24, kabul kajate!
Selamat Ulang Tahun Mas Andik, 24 Tahun telah berlalu begitu banyak tentunya yang telah kamu alami. Begitu banyak pelajaran yang sudah kamu petik. Ini semua tentu sulit namun bukankah kesulitan adalah bagian dari tatanan hidup maha sempurna milik Sang pencipta? Lihat bagaimana Nabi Muhammad menjadi makin bertakwa setelah tahun kesedihan yang dia alami? Sosok Khadijah merupakan nikmat Allah yang paling agung bagi Rasulullah. Selama seperempat abad hidup bersamanya, dia senantiasa menghibur disaat beliau cemas, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalahnya, ikut serta bersama beliau dalam rintangan yang menghadang jihad dan selalu membela beliau baik dengan jiwa maupun hartanya. Tidak kah penderitaan mu ini hanya seujung kuku saja? renungkanlah..
Senin, 20 Juli 2009 4 Comments

Kembali lagi ke bumi

Selama beberapa bulan aku mulai merajut asa kembali, selama beberapa bulan aku diliputi mimpi-mimpi kembali. Sayap yang luka mulai sembuh, aku sudah mulai terbang lagi menatap masa depan. Aku bermandikan semangat!

Meski situasi tiada lagi sama, tapi aku yakin i can fix this. Tapi 20 Juli ini aku merasa kembali lagi ke bumi..

Jika dunia adalah hanya seujung kukunya surga, maka menyapamu adalah oase telaga bagi dahaga rinduku. Bertemu denganmu kenikmatan bagiku. Surgaku ada di dalam dirimu, tapi sebuah comment di FB membawaku jatuh ke bumi.


Mungkin aku salah persepsi, mungkin ini cuma dugaanku yang bisa salah sama sekali, tapi kamu terlihat so excited..What else can i say? Jealous yang jelas gak bisa dibenarkan sama sekali. Malam ini jadi malam yang panjang bagiku.

Maka kemudian malam ini dalam hening aku berdoa,


Tuhan kuatkanlah aku, berikan kehebatan dalam segala hal yang aku perbuat. Inspirasikan energi romantis dalam diriku sehingga membutuhkan orang yang benar-benar spesial untuk mengalahkanku. Sehingga jika memang aku kemudian kalah, aku tahu dia telah bersama-sama seorang lelaki yang lebih hebat dariku. Dan jika Engkau menggariskan ini semua untuk terjadi, maka ilhamkan pada hamba mu ini hati yang tahan terhadap kegagalan, badan yang tidak pernah mengeluh karena perih.

Minggu, 19 Juli 2009 0 Comments

We've only just begun

Tahun 2009 bener-bener tahun penentuan, semua mimpi semua khayalan dan masa depan dimulai saat ini. Begitu pentingnya hari dan bulan di tahun 2009, aku sampai harus men-capturenya dalam day-to-day agenda, set achievement setiap bulan dan bikin weekly review. Semua ini agar aku tidak sampai terlewatkan, semua agar aku bener-bener bisa graduate semester ini.
Selain berupaya untuk segera keluar dari Brawijaya, aku juga mulai menata karirku ke depan. Seorang teman di Jakarta, Dina, yang sudah lebih dulu mengecap pahit-manis menjadi jobseeker membuka wawasanku ketika kami chatting lewat yahoo. Percakapan yang merubah mindset dan memberikan oase buatku yang saat ini ibarat sedang mengarungi gurun pasir tak berujung.
Dina mengatakan bahwa mencari pekerjaan saat ini memang tak mudah. Ilustrasi yang dia berikan kurang lebih begini, saat ini jumlah produk sarjana S1 begitu melimpah, sehingga database perusahaan juga penuh dijejali para pencari kerja. Begitu berjubelnya antrian para pencari kerja membuat perusahaan dalam posisi tidak mudah melakukan perekrutan. Perusahaan jelas ingin mencari SDM yang cocok dengan apa yang dibutuhkannya. Dina menggunakan kata-kata "cocok" alih-alih kata "terbaik", Dina beragumen bahwa yang dibutuhkan perusahaan tidak melulu paling pintar, atau dengan IPK terbaik di angkatannya tapi lebih kepada kebutuhan SDM pada posisi yang lowong. Perusahaan telah memiliki deskripsi yang jelas terhadap kandidat seperti rjiwa apa yang dibutuhkan. Bisa saja mereka tidak membutuhkan orang pintar tapi orang yang dapat menajdi leader, atau juga yang dibutuhkan orang yang loyal pada perusahaan. Menurut Dina selain doa dan usaha faktor yang dipaparkan diatas ini sebenarnya juga mempengaruhi apakah seseorang cepat kerja atau lama menganggur.
Baru-baru ini sebagai langkah awal dalam mencari kerja, aku mengikuti seminar tentang job preparation di suatu sudut gedung Politeknik Negeri Malang. Pembicara dalam seminar kali ini adalah Bapak Poedyo Oetomo (23 tahun mengabdi pada Chevron ) dan Mbak Dian Arumsari (marketing Holtitex), kedua pembicara ini menguak sisi lain dalam proses rekrutmen kerja yang menurutku cukup informatif dan encourage kita untuk memasuki dunia kerja.

Pak Poedyo memperkenalkan diri sebagai salah seorang karyawan Chevron yang beruntung, bagaimana tidak beliau awalnya hanya seorang instruktur Bahasa Inggris ketika pertama kali masuk Chevron. Beliau bukan dari sisi engineering namun pernah menjabat sebagai Public Relation Manager. Pengalaman beliau dirumuskan dalam 6 tips bagi para pencari kerja agar lebih sukses dalam mencari kerja, yaitu :

1. Saat ini perusahaan sangat membutuhkan tenaga dengan keahlian khusus, pengetahuan tentang quality management dll akan menjadi pembeda antara diterima atau ditolak kerja.

2. Penguasaan Bhs. Inggris maupun bahasa asing lain mutlak perlu

3. Perusahaan multinasional sangat concern terhadap kesehatan, lingkungan dan keselamatan. Bekali diri sehingga bisa menjadi nilai plus ketika interview.

4. Public speaking a.k.a kemampuan berbicara di depan publik, kemampuan mempertahankan argumentasi dan pendirian, debat lebih diutamakan in English.

5. Memahami perbedaan (diversity) jika ingin bergabung perusahaan multinasional

6. Tahu apa yang anda "jual".

Sebelum beliau meninggalkan ruang seminar, aku melemparkan pertanyaan dengan tujuan berusaha menguak lebih jauh apa yang sebenarnya menyebabkan beliau bisa melakukan "quantum leap" dalam karirnya (yang aku rasa pasti ada sesuatu penyebab kesuksesan beliau).

Kalau berbicara tentang karir, saya mungkin adalah orang yang beruntung, start sebagai instruktur bahasa Inggris namun akhirnya punya jabatan cukup strategis di perusahaan. Saya enjoy melakukan apapun tanggung jawab yang diberikan perusahaan, tapi saya juga masih terus aktif dalam kegiatan-kegiatan perusahaan diluar jam kantor. Saya dihafal kawan-kawan karena sikap saya yang mau menerima tanggung jawab diluar pekerjaan rutin yang saya lakukan. Saya mengerjakan sesuatu yang mungkin orang lain hindari karena menuntut waktu dan konsentrasi diluar tugas utama. Tapi saya memang senang melakukannya. Sedikit pengorbanan kemudian terbayar ketika Head Manager memanggil saya untuk mengisi posisi lowong di bagian Manager PR.
Saat itu saya terus terang tidak memiliki pengalaman maupun skill, namun Head Manager begitu yakin, salah satu pertimbangan beliau adalah banyak kawan-kawan merekomendasikan saya dan saya juga tidak buruk dalam melakukan pekerjaan inti saya.Intinya adalah aktiflah dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun organisasi. Berikan pengorbanan sehingga orang-orang akan respect dan menyebut-nyebut nama anda, sehingga peluang makin terbuka. Mungkin ini yang Mas (merujuk pada pertanyaanku) maksud "lucky break" yang saya alami.

Kata-kata ini benar-benar menancap betul dalam memoriku. So we've only just begun :)
Rabu, 15 Juli 2009 0 Comments

Diplokotho(dibodohi,red) Hape !!


“Rapatkan dan luruskan shaf. Matikan HP, sekarang!!!” seruan yang mungkin tidak lazim terdengar pada sebuah jamaah shalat. Seruan mematikan HP ternyata sudah menjadi bagian tidak terpisahkan yang disampaikan oleh Imam sesaat sebelum takbiratul ikram selain merapatkan dan meluruskan shaf. Seruan ini muncul akibat keliwat seringnya suara HP mendadak bak tamu tak diundang berdering ditengah-tengah kekusyukan kita sedang melakukan shalat. HP yang pada jaman Rasulullah belum eksis, mendadak menjadi makhluk superpower yang membuat manusia, notabene penciptanya, malah menjadi budaknya.
HP memiliki daya pikat kuat yang membuatnya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Dari 24 jam dan 7 hari yang dimiliki manusia, bisa saya pastikan HP anda on terus, mungkin hanya tersisa sekitar 1-3 jam seminggu HP anda off untuk sekedar di-charge. HP menjelma menjadi tangan ketiga manusia, ditenteng ketika berbelanja, di-keloni saat kita tidur, menyelinap di saku kemeja ketika rapat dengan bos, mungkin juga menggigil saat menemani kita mandi. Begitu luarbiasa HP ini menembus setiap sudut manusia, bahkan bagian paling sakral sekalipun yakni saat menghadap Allah.

HP memang didesain untuk memudahkan kehidupan manusia (pada awalnya), namun saat ini yang terjadi justru HP membuat kualitas kita sebagai manusia, makhluk berakal menurun. HP sebagai sebuah bentuk kemajuan jaman memang menawarkan keuntungan bagi pemakainya, namun juga ada ongkos yang harus dibayar. Rekreasi dengan keluarga menjadi tidak nikmat, akibat ayah sibuk menerima panggilan lewat HP. Tidak muncul suasana harmonis di rumah akibat masing-masing anggota keluarga asik bermain HP. Sedang bercengkrama dengan kawan mendadak diganggu HP berteriak-teriak memanggil. Bahkan ketika dilapangan tenes hendak servis mendadak HP berdering dan menghentikan permainan.
Saya tidak menyuruh anda untuk berhenti memakai HP lho! tapi alangkah baiknya jika kemajuan teknologi ini kita sikapi dengan bijak. Andalah yang memegang kendali! bukan HP anda. Maka jika memang ada momen-momen penting dimana anda tidak ingin mengangkat HP janganlah kemudian di-silent, matikan saja sekalian, lebih-lebih ketika menghadap Allah.
Senin, 13 Juli 2009 0 Comments

I'd Rather write to you than talk with



Menulis membantuku dalam berlatih mengingat, menganalisa, maupun menarik kesimpulan dari kehidupan sehari-hari yang terfragmentasi secara berpola, hanya saja kepingannya kadang terlalu banyak dan berserakan sehingga pola yang terbentuk menjadi samar. Dengan menulis, aku mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah aku jalani dan jika beruntung maka aku akan dapat melihat semacam benang merah antara satu kejadian dengan kejadian yang lainnya.

Menulis membuat pikiran kita bisa melintasi ruang waktu, kita bisa tiba-tiba berada kembali di masa-masa anak-anak, dan dalam hitungan detik pikiran kita melakukan runut maju menelaah mimpi-mimpi di masa yang bahkan sampai saat ini belum eksis sementara fisik kita tetap di masa sekarang. Kemampuan melakukan evaluasi dan perenungan diri alias merefleksi khas makhluk terbaik ciptaan Allah. Semua kehebatan alam pikiran manusia ini tidak dimiliki oleh makhluk lain ciptaan-Nya, mekanisme seperti ini diulas Stephen R. Covey dalam bukunya yang best seller yaitu 7 habits of highly effective people.

Tiga bulan terakhir adalah masa-masa menulis paling indah yang pernahku rasakan selama hampir seperempat abad eksis di muka bumi. Skripsilah yang membuatku intensif menulis. Aku bisa menulis sambil tiduran, menulis sambil menyilangkan kaki dimeja, menulis sambil membaca, menulis sambil mendengarkan musik, menulis sambil mengudap bahkan menulis sambil melihat orang lalu-lalang di jalan. Semakin beragam gaya dalam menulis maka inspirasi maupun tulisan yang dihasilkan makin beragam pula. Kalau aku mau menulis serius maka posisi tempat duduk aku setel tinggi dan duduk merapat ke meja cara ini membuatku merasa fokus pada tulisan yang akanku buat, biasanya cara semacam ini untuk menulis penelitian atau membuat jurnal. Kalau mau menulis blog, biasanya aku colokin dulu headphone dan scrap semua playlist di winamp, ganti dengan lagu-lagu dengan tempo sedang, macam King of convenience atau Barry Manilow.



Ada saat di mana inspirasi mengalir begitu sempurna, setiap frasa dan kata bisa berkaitan dan semacam menari-nari membimbing gerakan tangan menekan keyboard, keadaan seperti ini very rare dan kalau udah under this circumstances saran saya push aja terus jangan disela bikin kopi atau kesibukan lain. Ini adalah peak performance! Hehe..
Namun yang mungkin sering terjadi adalah keadaan stuck, mau nulis apa, alias tidak tahu bagaimana harus memulai. Keadaan seperti ini jelas akan menyulitkan kita dalam menulis. Prinsipnya adalah otak itu seperti mesin mobil, jadi butuh di starter dulu jangan langsung jalan. Panasi dulu mesin otak anda dengan membaca buku favorit anda, membaca tulisan orang lain yang menginspirasi, kemudian start menulis. Inspirasi bukan ditunggu tapi diraih.
Ada semacam perasaan lega, puas dan segar ketika berhasil menyelesaikan sebuah tulisan. Perasaan ini ibarat candu bagiku agar setiap kondisi memungkinkan maka sebisa mungkin aku menulis. Sungguh mengasyikkan jika tulisan kita diapresiasi oleh orang lain, namun bagiku semua itu adalah bonus sampingan, yang penting tulisan kita bisa memberi warna syukur-syukur menginspirasi itu saja sudah cukup :)
Selamat menulis..



Kamis, 09 Juli 2009 3 Comments

B.I.D (Blessing in Disguised)

Saya mungkin salah satu dari sedikit manusia yang percaya bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang misterius dan rumit. Tuhan tidak selalu sejalan dengan manusia bahkan seringkali apa yang terjadi justru berlawanan dengan apa yang dikehendaki manusia. Tapi yang menjadi luarbiasa adalah apapun ketentuan Tuhan yang kemudian terjadi, manusia tetap mampu menerima dan menjalani baik dengan pahit (bitterly), manis (sweetly), getir (or painfully).
Dan begitulah cara Tuhan bekerja dalam kehidupanku..


Setelah graduate dari SMA, Ibu cuma ingin melihat anaknya kuliah di Brawijaya.
" Di Brawijayakan jurusannya ada banyak! kan kamu bisa pilih mana yang sesuai, ndak perlu kuliah jauh-jauh di ITS!" kata Ibu.

Impianku sebenarnya ingin kuliah di jurusan Teknik Industri ITS Surabaya, tempat favorit lulusan SMA yang tertarik dengan ilmu-ilmu keindustrian. Apalagi dengan embel-embel teknik, wah idola kaum hawa pastinya!
Berjuta anganku melayang membayangkan berkuliah di kota episentrum perekonomian Jawa Timur. Menginjakkan kaki di kampus idaman, yang mungkin untuk mendapatkan satu kursinya maka harus mampu mengalahkan 100 orang dengan keinginan yang sama. Sangat menantang bukan?! tapi semua angan-angan itu musnah, Brawijaya adalah satu-satunya tempat dimana aku akan meneruskan Studi.

Akhirnya setelah melihat-lihat sekian banyak daftar jurusan yang tersedia di Brawijaya, mataku tertuju pada jurusan dengan nama Teknologi Industri Pertanian. Kontan aku langsung mengaitkannya dengan Teknik Industri impianku. Jurusan yang tersedia di Brawijaya yang mengandung kata industri, saat tahun 2003, hanya Teknologi Industri Pertanian, ahh hanya karena ada kata industri hati ini rasanya begitu kepincut. Rasa-rasanya Ibu juga tidak akan keberatan aku kuliah di Teknologi Industri Pertanian Brawijaya.

Ibu, Bapak, Bule' Tanti, Om Tikno, adalah sebagian dari kultur jurusan Sosial (IPS) di keluarga Harjodarsono. Apakah kemudian aku harus menambah lagi dengan berkuliah di jurusan IPS? inilah sebabnya sebisa mungkin aku kuliah di jurusan IPA, meskipun dengannya aku betul-betul struggle. Kalau boleh jujur sebenarnya nilai-nilai mata pelajaran IPS ku jauh lebih baik daripada IPA. Bakat IPS sudah muncul semenjak aku duduk di Sekolah Dasar. Jaman itu, aku lebih suka membaca RPUL (Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap) daripada berlatih aljabar. Aku juga hafal Ibu kota sebagian besar negara di Dunia ini daripada rumus Sin, Cos, Tangen.
Tapi akhirnya aku ketahui setelah 6 tahun berkuliah, bahwa lebih baik menambah jumlah sarjana IPS di keluargaku daripada harus bersusah-susah menguasai pelajaran eksak.
Kesimpulan memang selalu datang terlambat, itulah sebabnya dalam skripsi Bab Kesimpulan ada dibagian akhir sebelum Daftar Pustaka.


Pengumuman SPMB

Berjuta-juta kata-kata tak mampu aku keluarkan ketika aku dinyatakan diterima kuliah di Brawijaya. Bersyukur karena saat itu tidak sedikit kawan-kawan seperjuangan yang gagal. Rasio kursi di Teknologi Industri Pertanian saat itu 1:15, artinya saat aku merayakan euforia malam itu dengan bersujud syukur di depan kantor rektorat Brawijaya, ada sekitar 15 anak yang mungkin mogok makan dan mengurung diri di kamar. Girang bukan mainan, sampai-sampai senter yang aku pakai buat melihat pengumuman penerimaan mahasiswa baru raib, aku tak peduli!

Potret Sudut TIP sebelum pindah

Tahun pertama di Teknologi Industri Pertanian tak seindah bayangan. Aku menjumpai mata kuliah yang juga sempat menjadi momok bagiku di masa SMA dulu. Tahun pertama aku harus mengikuti praktikum MIPA dasar antara lain: Biologi, Kimia dan Fisika Dasar. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan, aku kira akan belajar pengelolaan industri, dasar-dasar mikroekonomi dan semacamnya. Sekitar pertengahan tahun 2007, mata kuliah dasar semacam ini sudah banyak yang dihapus dari kurikullum jurusan. Terlambat! nilaiku sudah terlanjur gawat!

Teknologi Industri Pertanian saat aku masuk masih berumur 5 tahun! pecahan dari Fakutas Pertanian yang kemudian bersama dengan Teknologi Hasil Pertanian dan Teknik Pertanian mendirikan Fakultas Teknologi Pertanian. Hingga saat ini aku masih sulit menjelaskan keorang-orang bahwa aku bukan Mahasiswa Pertanian. Dari segi fasilitas tidak bisa banyak berharap, selain kuliah tidak dalam satu kompleks fakultas, kebanyakan gedung yang digunakan adalah pinjaman dari Fakultas lain. Ironis, padahal Fakultas Teknologi Pertanian rajin menjuarai PIMNAS.

FTP Voteball Club

Aku sempat merasakan tidak nyaman waktu itu, ini jelas bukan kampus yang aku idam-idamkan. Fasilitas yang minim, Dosen S3 tidak banyak, makin suram saja masa depan kurasakan. Sementara aku memilih bertahan, satu demi satu teman-teman angkatanku memutuskan pindah setelah satu tahun kuliah di Teknologi Industri Pertanian. Who can blame them?

Daripada mengutuk kesalahan yang aku perbuat maka aku sibukkan dengan mengikuti berbagai macam kegiatan intrakampus. Ditahun pertama aku sudah bergabung dengan Unit Aktivitas Pers Mahasiswa Brawijaya. Aku juga intens terlibat dengan Program Pengenalan Kehidupan Kampus (Ospek). Karir organisasi aku bangun dengan menjadi staf bawahan alias kacung Ospek tahun 2004. Pada Ospek itu aku menjadi staf Perlengkapan, kerja paling pagi pulangnya paling malam. Mungkin bisa dikatakan kerjaku mirip OB, hehe..suka disuruh-suruh ini dan itu. Aku jalani saja, namanya juga merintis karir. Tahun 2005 aku naik kelas jadi Ketua Seksi Perlengkapan PK2 (Ospek), jabatan ini jelas lebih menantang daripada OB. Aku belajar tentang bagaimana tender berlangsung bahkan memanajemen konflik.

The HamsyonkBand in Memoriam

Setelah cukup bekal pengalaman aku mencoba mendaftar menjadi Ketua Pelaksana pada tahun 2006. Kepemimpinanku kali ini menuai prestasi, MABA FTP juara 2 lomba antar Fakultas Se-Brawijaya, Alhamdulillah, dan gara-gara sering terlibat organisasi ini pula aku punya hubungan cukup baik dengan Bapak-bapak pejabat FTP. Sesuatu yang aku syukuri manfaatnya ketika akan lulus seperti saat ini.
Pengalaman beberapa kali menjadi Ketua Pelaksana dan terlibat dalam Organisasi yang aktif dan enerjik membuat aku ingin menularkan kultur yang sama kepada kawan-kawan seperumahan.
Aku merasa diberi banyak kesempatan oleh Fakultas kecilku ini untuk berkembang menjadi manusia yang lebih baik,merasakan organisasi dilevel-level yang berbeda yang mungkin kalau aku bergabung dengan ITS aku belum tentu punya peluang yang sama mengingat SDM di ITS tentu banyak yang lebih baik.

Meramaikan Gerak Jalan Kelurahan

Selepas aktif di kampus aku terlibat inisiasi Eight Community RW 08, aku dipercaya menjadi ketua periode 2006-2008, organisasi ini meskipun mikro tapi cukup Fun. Banyak kegiatan gila, kreatif dan breakthrough yang ditelorkan oleh Eight Community.
Kolaborasi paling menyenangkan selama di Eight Community dengan Sani, Cico, Heppi dan arek-arek Eight yang lain antara lain adalah Pertunjukkan Live "Delapan Mata" , Buletin "Eight Post", Pembuatan Blog Eight Community, dan Syuting Film Ayat-ayat Cinta Tlogomas", semua proyek ini origin dan belum pernah dilakukan sebelumnya.

Delapan Mata Sebelum Show

Aku bersyukur punya kawan-kawan kreatif, cerdas dan pemimpi macam mereka, segala hal menjadi mungkin. Kalau saja aku bergabung dengan ITS mungkin aku tidak akan memiliki kesempatan bersama mereka.

Eight-ers Wedding Crasher

Suatu ketika aku memohon pada Tuhan agar mengubahku menjadi seekor burung, agar aku bisa terbang menjauh dari kekacauan hidup. Tapi Tuhan tidak merubahku, Dia tidak mengabulkan doaku, justru Tuhan menunjukkan padaku a wonderful world..

Bersama dengan kawan-kawan TIP, aku untuk pertama kali dalam hidupku menginjakkan kaki di Pulau Dewata, hal ini terjadi pada tahun 2007. Demi mengisi waktu liburan yang cukup panjang Aku, Hisep, Budi dan Berizka memutuskan untuk melancong ke Pulau Bali.
Bali here we Come

Semenjak Bali ditetapkan menjadi 10 pulau terindah didunia membuat kami menggebu ingin menjadi saksi keindahan tersebut. Apalagi mungkin setelah tahun 2007, masing-masing dari kami akan disibukkan dengan berbagai macam aktifitas akademik menuju kelulusan.

Sensualitas Pulau Dewata

Berbekal 500 ribu rupiah kami menghabiskan 4 hari 3 malam di Pulau Bikini. Aku awalnya tidak terlalu yakin bisa survive, namun kawan-kawan yang mendampingiku saat ini adalah orang-orang ahli survival alias ahli bertahan hidup. Bagaimana tidak, ketika menjadi Maba mereka sudah tidur beralaskan rumput basah dengan suhu 17 derajat celcius di perbukitan Coban Talun selama 2 hari. Fisiknya ditempa jurit malam 2km menerobos flora hutan di kawasan utara Malang itu. Selepas Maba mereka membantuku melaksanakan Ospek jurusan ditempat yang sama. Bedanya mereka kali ini harus mensurvei medan dengan kemping 3 hari sebelum hari H. Setiap malam-malam yang mereka lewati disana tanpa dikover sinyal handphone, musik yang mereka dengar adalah suara-suara lolongan binatang, dan pada hari kedua mereka kehabisan makanan dan bertahan dengan memakan ubi tersisa.

kika: Hisep, Pak Djoger, Andik, Budi

Dengan mereka aku berfoto bersama owner Djoger Bali, dengan mereka aku tinggal di penginapan 20 rb semalam dibagi dua, dengan mereka aku merasakan mabuk laut pertamaku di penyebrangan muncar-gilimanuk.Mungkin jika aku jadi bergabung dengan ITS, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di Pulau Bali.


Thanks Nestle Indonesia

Aku juga diberi kesempatan mencicipi magang kerja di PT. Nestle Indonesia Kejayan Factory. Kebetulan saat aku melamar, perusahaan sedang membutuhkan mahasiswa dengan background industri pertanian. Sungguh pengalaman dan kesempatan luar biasa bisa merasakan menjadi bagian dari PT. Nestle Indonesia selama 4 bulan. Aku memiliki networking baru, wawasan baru dan melihat langsung pembuatan susu Dancow. Susu yang merupakan favorit aku sewaktu kecil dulu.
Di Teknologi Industri Pertanian pula cintaku bersemi pada suatu sore, kisah ini mungkin akan aku ceritakan pada kesempatan yang lain.

Terimakasih ya Allah, tidak semua keinginanku Kau kabulkan, Kau yang lebih mengerti apa yang sebenarnya baik bagiku, entah kuliah di Harvard atau TIP esensi kuliah tetap sama, mungkin aku tidak terlalu pandai dalam mensyukuri kehidupan yang Kau beri, tapi tulisan ini adalah salah satu bentuk how gratefull i am ;)

Jumat, 29 Mei 2009 2 Comments

Cucu Pertama


Pagi masih menyelimuti dinginnya hari itu, entah mengapa matahari nampaknya masih enggan menyinari dunia. Suhu di kota Malang di pagi hari bisa mencapai dibawah 20 derajat celcius. Meskipun cuaca begitu dingin namun tidak menyurutkan langkah seorang nenek tua mendorong kereta bayi melintasi jalanan berbatu. Nampaknya Sang Nenek tidak begitu peduli dengan cuaca pagi itu, keinginan untuk mengajak Cucu laki-lakinya untuk menikmati udara pagi jauh lebih kuat dan mampu mengalahkan rasa dingin. Selalu seperti itu setiap pagi, Nenek tidak pernah absen melakukan rutinitas jalan-jalan bersama cucu. Kasih sayang Nenek terhadap cucunya begitu terlihat ketika bayi laki-laki itu dengan hanya mengarahkan tangan kemana dia suka maka Nenek dengan senang hati mendorong kereta kearah tersebut.
"Kamu dulu juga gitu!" kata Ibu membuyarkan observasiku.
"Apa iya Bu?" sahutku.
"Iya donk, Mbah Kakung sayang banget sama kamu, kan kamu cucu pertama!" kata Ibu.
Kata-kata cucu pertama ini seperti menyeruak kedalam hati memenuhi pikiran dan mengajakku membuka kembali memori masa kecilku.

Aku memang cucu pertama dari keluarga Ibu, dari 8 bersaudara Ibu adalah anak pertama. Seingatku Ibu juga pernah bercerita kalau nama yang saat ini aku sandang juga ada urun rembug Mbah Kakung. Kelahiranku disambut suka cita keluarga besar Harjodarsono, sesuai adat jawa memiliki keturunan adalah salah satu rukun sah jadi orang jawa. Tentu saja ini belum termasuk memiliki keris atau memelihara perkutut . Kelahiranku adalah simbol kesuburan, penerus generasi dan kelangsungan eksistensi Trah keluarga besar Eyang Kartojiwo. Luar biasa bukan sosok kehadiran cucu pertama!Apalagi cucu pertamanya seorang laki-laki tentu saja makin besar harapan yang disandarkan.
Setiap kali pulang kampung maka Mbah Kakung selalu mengajakku pergi ke pantai. Mbah kakung memiliki obsesi sendiri terhadap pantai, sesuatu yang aku sendiri belum jelas sebab-musababnya tapi yang jelas Mbah kakung hafal betul pantai-pantai yang ada dipesisir selatan Yogyakarta. Mulai dari deretan pantai-pantai top 40 macam Pantai Parang tritis, Baron, Kukup, dan Krakal, bahkan hingga yang belum terdaftar di Dinas Pariwisata macam Pantai Sepanjang dan Pantai Siung. Padahal selain jarak tempuh berpuluh-puluh kilo, di usia yang sudah mencapai 75 tahun, Mbah Kakung masih hafal jalan-jalan menuju pantai-pantai tersebut.
Adik Mbah kakung juga sayang betul denganku, ketika usiaku menginjak 7 tahun, beliau yang ahli pertukangan, membuatkanku mainan kuda-kudaan dari kayu jati. Aku berani jamin di tahun 80-an hanya ada 1 dari 10 anak yang punya mainan kuda-kudaan dirumahnya. Kuda mainan itu menemaniku hingga masuk kelas 5 SD dan saat ini telah lenyap bersama puing-puing rumah lamaku.
Dalam hal pendidikan pun sebisa mungkin cucu pertama ini bersekolah selalu di sekolah unggulan. Setelah berhasil menempuh studi di SMP 1 Malang, aku juga berhasil menjadi salah satu murid SMA 3 Malang, sekolahnya anak-anak garda depan kota Malang. Dan kalaupun aku tidak terlalu pintar berhitung ataupun bermain logika namun aku memiliki toefl 550 tertinggi di Fakultasku.
Namun keadaan tidak selamanya berjalan mulus.
Saat kekuatan alam meminta aku bertransformasi dan bersikap selayaknya orang dewasa. Aku dipaksa harus bisa bertanggung jawab atas diriku sendiri. Sebuah proses yang begitu panjang dan berliku. Dan aku juga merasakan bagaimana manusia tumbuh dan berembang dari satu situasi moral ke situasi moral lainnya. Perlahan dunia menunjukkan wajah aslinya padaku, seiring berjalannya waktu aku peroleh kenyataan bahwa hidup semakin tidak mudah.

Setelah beberapa kali berhasil membanggakan orang tua dan keluarga besar, kini ujian bukannya semakin mudah justru semakin susah. 6 tahun telah berlalu dari pertama kali aku masuk kuliah. Dan sampai hari ini sang cucu tertua belum juga sarjana. Kenyataan yang mengelisahkan Ayah dan Ibu ku, menggetirkan Kakekku dan Segenap keluarga besarku. Akankah cucu pertama berhasil menjadi orang sukses atau justru berakhir menjadi tukang mie ayam?
Aku terlalu larut dalam kegiatan diluar akademis sehingga menuai kemelut di saat semester sudah tidak lagi muda. Keadaan ini membuat terkadang aku merasa malas, merasa kalah. Saat berjalan tak lagi cepat, berangkat dan pulang kuliah tanpa ada ilmu yang merasuk dalam hati. Aura positif, semangat dan keinginan mendadak sirna. Rasa-rasanya keadaan sudah demikian parah sampai-sampai sudah tidak tersisa harapan lagi bagiku. Tidak ada lagi mimpi-mimpi mengisi hari-hariku lagi.
Disudut kamar aku menangis sejadi-jadinya, cucu pertama yang meregang dicambuk kehidupan. Hanya tinggal 1 tahun lagi maka aku akan drop-out! Memalukan sungguh memalukan!

Durhaka bukan buatan rasanya diriku ini, setiap malam Ibu menyempatkan diri untuk berdoa buat anaknya dan selalu menguatkan diri berpuasa juga demi anaknya. Ayah juga tidak kurang perhatiannya padaku. Dia selalu berusaha memenuhi kebutuhan anaknya.
Ayah bukan dari keluarga berada, keluarga Ayah di desa tidak pernah memasak dengan minyak tanah. Hanya hidup mengandalkan hasil berladang kacang tanah yang kadang tidak menentu pendapatannya. Namun ditengah keterbatasan tersebut justru Ayah berhasil menjadi salah satu pemuda yang sukses di kampungnya. Alih-alih menjadi petani seperti umumnya pemuda di kampung, Ayah berhasil merantau dan menamatkan kuliah sembari bekerja. Sebuah perjuangan hidup luar biasa yang belum tentu bisa dilakukan olehku.
Aku terharu melihat kenyataan-kenyataan yang aku alami, mataku berkaca-kaca. Aku telah sia-siakan kehormatan bergabung menjadi garda depan di SMA favorit yang tidak semua orang mampu mendaftar disana. Tragedi terbesar dalam kehidupan adalah ketika aku mulai berhenti bercita-cita. Kata-kata ini begitu tepat menusuk hatiku, ngilu aku dibuatnya.
Aku membayangkan perasaan Ayah sekarang, setiap kali beliau ditanya orang mengenai anak lakinya ini. Sudah luluskah? Kerja dimana?
Aku merasa kecewa, aku merasa telah mengkhianati harapan mereka.
Anak yang tidak mampu memenuhi harapan orang tua! Meskipun Ayah tidak pernah berlebihan memberikan selamat ketika aku berprestasi, namun aku tau dari Ibu kalau Ayah selalu menceritakan hal itu kepada rekan-rekan kerjanya. Namun sekarang apalagi yang bisa Ayah ceritakan?

Aku menciut, lututku lemas ditikam rasa malu dan bersalah.
Malam begitu sunyi menyapa diriku, rasa-rasanya kepedihan itu begitu dalam menyayat hati hingga air membasahi kedua mataku. Aku terpuruk dalam sekali. Aku mengalami malam terburuk dalam hidupku.
Pagi kembali menyapa, tidak ada yang berubah, Ayah selalu bangun pagi lalu mandi dengan air hangat sebelum kemudian berangkat menuju masjid, Ayah juara satu di dunia. Ibu juga sudah terjaga beranjak mengambil air wudhu. Aku juga tidak mau kalah, dengan sarung dan baju koko lebaran kemarin aku juga mengikuti Ayah menuju ke masjid. Meskipun aku sudah banyak melakukan kesalahan dan mungkin mempermalukannya, kasih sayang mereka tidak luntur sedikitpun. Aku tetap cucu pertama kesayangan keluargaku. Aku tertunduk diam.
Maka aku bersumpah tidak akan mendahului nasib. Entah sukses atau gagal yang penting aku tak surut langkah! Aku mulai bermimpi lagi, karena Cuma mimpi yang akan memberi aku semangat untuk kembali bertempur di pentas kehidupan. Setiap malam teriring doa setiap pagi berkobar semangat, diamku adalah nyanyian sunyi rasa sayangku untuk Ayah dan Keluarga Besarku.

 
;