Minggu, 26 Desember 2010 0 Comments

Euforia Timnas Garuda di ajang AFF 2010

Rasa-rasanya sudah lama tidak terlihat suasana antusias dan penuh semangat dari para penggila bola tanah air seheboh dan segila euforia gelaran AFF 2010.
AFF 2010 ini agak berbeda dibandingkan gelaran pada tahun-tahun sebelumnya. Setelah wajah persepakbolaan Indonesia sempat tercoreng karena ulah "sepakbola gajah"-nya, kali ini Indonesia patut berbangga karena timnas garuda mampu mencapai final AFF 2010 dan akan menghadapi Malaysia.
Kesuksesan timnas kali ini tidak bisa dipisahkan dari 2 faktor utama yaitu Alfred Riedl (pelatih) dan bergabungnya pemain-pemain naturalisasi (Irfan dan Gonzales) . Alfred Riedl boleh dibilang adalah pelatih bertangan dingin, dengan jelinya dia menggunakan formasi 4-4-2 dan berani merevolusi wajah-wajah lama di skuad garuda untuk kemudian di gantikan oleh nama-nama baru macam Bustomi, Okto, Suyono. Bahkan pemain sekelas Bambang Pamungkas pun harus rela start beberapa kali dari bangku cadangan.
Selain kinerja moncer dan revolusi ditubuh skuad Garuda, ada satu lagi fenomena yang muncul yakni fanatisme dan militansi luar biasa walau sempat menjurus anarkis dari penggila bola tanah air. AFF 2010 benar-benar menjadi saksi betapa masyarakat haus kemenangan, haus kebanggaan, setelah hampir beberapa tahun terakhir sama sekali tidak membanggakan menjadi warga negara Indonesia. Kalau anda sempat berkeliling ke daerah GBK, anda akan melihat antrian panjang, sangat panjang, berjubel, padat, tidak bergerak, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka sudah sempat bermalam sembari menunggu loket penjualan tiket AFF 2010 putaran final dijual.
Memang luar biasa gairah dan antusiasme para suporter timnas tahun ini, namun hal ini juga menimbulkan kerawanan tersendiri. Kerumunan orang yang antri demikian lama, tentu sudah berada pada level psikologis dan emosional terendah, rawan ribut dan rawan ricuh. Di beberapa liputan televisi telah terjadi para pengantri tiket ini berbuat anarki dengan meluapkan kemarahan pada kantor PSSI, dan melakukan penghajaran terhadap calo maupun petugas tiket. Sesungguhnya pemerintah, Panpel AFF maupun PSSI adalah pihak-pihak paling bertanggungjawab jika kemudian para suporter bola ini ricuh. Meskipun Indonesia adalah bangsa yang "gila bola" dengan basis suporter paling fanatik se Asia Tenggara namun cara-cara penanganan tiket masih seperti negara terbelakang.
Saya hanya berharap timnas Garuda menang, namun apabila ternyata dewi fortuna tidak berpihak kepada Indonesia, semoga saja kekecewaan para suporter tidak sampai berlaku anarkis yang berujung huru-hara. Semoga.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Minggu, 19 Desember 2010 2 Comments

Bogor - Jakarta (suatu ketika didekat jendela bis antarkota)


"Tissue,permen,tolak angin-tolak angin-tolak angin", kata seorang asongan membuyarkan konsentrasiku. It's 8:30 dan aku membisu dalam bus trayek bogor-jakarta. Tidak terasa sudah satu tahun dua bulan aku merantau keluar dari zona nyaman kota Malang,dimana aku mengeram lebih dari 20 tahun lamanya. Semua aku lakukan, demi Tuhan, bukan atas nama ambisi pribadi. Semata-mata aku ingin memprovide yang terbaik bagi anak dan istriku kelak. Mungkin sementara hanya ini yang bisa aku lakukan, mempersiapkan kemapanan finansial. "Lalu bagaimana dengan aspek rohani? Apakah aku sudah siap menjadi imam bagi istriku kelak? Bukankah menjadi suami itu pertanggungan jawabnya dunia-akhirat?"

Bukannya diri ini tidak mempersiapkan kematangan secara rohani,kematangan secara agama, tapi memang terusterang saja untuk persiapan aspek rohani menyisakan Pe-er yang cukup banyak. Logikanya sebelum aku ngopyak-ngopyak istriku baca qur'an,seyogyanya aku sudah rutin baca qur'an terlebih dahulu. Sebelum aku membangunkan sholat malam istriku, semestinya sholat malam sudah ibarat sego-jangan bagiku. Dan aku sampai saat ini belum bisa melakukan semua itu, hanya karir saja yang aku sudah bikin pathnya, yang lain masih kabur! Kedonyan mungkin ini kata yang pas. Bukannya tidak berpikir kearah sana, tapi maksud aku biar aku persiapkan secara berurutan tidak sekaligus. Bukan mengabaikan, aspek itu sangat penting, aku sepakat mutlak, namun kapasitasku masih belum mampu untuk mempersiapkan keduanya secara bersamaan. I'm not seeking for excuses. Kalau karena hal ini kemudian aku dianggap belum siap, that's not fair. Aku jadi teringat diskusi ringanku dengan Dimas waktu itu di sisi lapangan sebelum pertandingan Indonesia vs Vietnam, dia berujar "bro, ketika aku memilih seseorang untuk menjadi istriku, yang aku timbang-timbang adalah apakah dia bisa aku rubah agar sesuai dengan apa yang aku inginkan? Kalaupun aku harus menerima dia dengan kondisinya, sampai sejauh mana aku mampu mentolerir kelemahan-kelemahan/kekurangan dia" "no bodys perfect my friend" sambungnya. Kita bicara potensi seseorang, kita bicara possibility, bukan kondisi saat ini, masa kini. Karena everybodys changing, isn't it?
Kemudian terlantunlah dari bibir para musisi lagu jalanan yang numpang cari nafkah di dalam bis. Lagu berjudul "apa salahku" yang entah bagaimana bisa menambah sendu suasana bis pagi ini.
#Apa salahku, kau buat begini/kau tarik ulur hatiku/hingga/sakit yang kurasa...#

Nb : penulis sedang rindu setengah mati


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



Rabu, 17 November 2010 2 Comments

Bila Mana 24 Jam terasa kurang

Dan Jikalau hidupmu tampak susah untuk dijalani . manakala 24 jam sehari terasa masih kurang ... ingatlah akan toples mayones dan dua cangkir kopi.


Seorang professor berdiri di depan kelas filsafat dan mempunyai beberapa barang di depan mejanya.

Saat kelas dimulai, tanpa mengucapkan sepatah kata, dia mengambil sebuah toples kosong mayones yang besar dan mulai mengisi dengan bola-bola golf.

Kemudian dia berkata pada para muridnya, apakah toples itu sudah penuh. Mereka menyetujuinya.

Kemudian dia mengambil sekotak batu koral dan menuangkannya ke dalam toples. Dia mengguncang dengan ringan. Batu-batu koral masuk, mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf.

Kemudian dia bertanya pada para muridnya, apakah toples itu sudah penuh. Mereka setuju bahwa toples itu sudah penuh.

Selanjutnya profesor mengambil sekotak pasir dan menebarkan ke dalam toples ... Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sudah penuh ... Para murid dengan suara bulat berkata, "Yes" ...

Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan isinya ke dalam toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir. Para murid tertawa ....

"Sekarang," kata profesor ketika suara tawa mereda, "Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu. "

"Bola-bola golf adalah hal-hal yang penting - Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat"

"Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh."

"Batu-batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil."

"Pasir adalah hal-hal yang lainnya -- hal-hal yang sepele."

"Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples," lanjut profesor, "Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu-batu koral ataupun untuk bola-bola golf. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu."

"Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal yang sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian."

"Jadi ..."



"Beri perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu. "

"Bermainlah dengan anak-anakmu. "

"Luangkan waktu untuk check up kesehatan."

"Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam"

"Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah dan memperbaiki perabotan."

"Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola-bola golf -- Hal-hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasir-nya."

Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kopi mewakili apa?"

Profesor tersenyum

"Saya senang kamu bertanya."

"Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah begitu penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat..."


Bagikanlah dengan "bola-bola golf" yang lain

Seperti yang telah saya lakukan .... "kata Profesor.




Foot Note :
1. source : email forward-an, tidak bermaksud plagiat ya, hanya menyebarkan untuk jadi bahan renungan
2. Semuga kita bisa lebih menghargai hidup, kawan! salam, Andik :)
Kamis, 02 September 2010 0 Comments

Selamat Jalan Partner (A tribute to Bambang PY)

Dalam setiap perjumpaan pasti ada perpisahan


His name is Y.P Bambang P.Y, a solid guy who became, both, my partner and my best friend in PT. Perfetti Van Melle Indonesia. He taught me how to dealing with people, how to get sales, how to manage distributor team and he taught me "it is'nt easy to become a good sales".



We were responsible for the same distributor, might be the one and only on PVMI history, two supervisor in one distributor. Our target is breakdown in two, if i can achieve target but he can't, then both of us are underachieving. Thats why many colleagues, superior called us a "twin" or " a banded sales supervisor".


He decide to resigned from the current position effective on 30 August 2010. I wish him a good luck and all the best for his future endeavour.


So long my Friend :)





Senin, 30 Agustus 2010 1 Comments

Seperempat Abad (Sebuah Catatan Perjalanan) bagian ketiga


10 Agustus 2010 - Bandung Lautan Api
I feel fine and i feel good/ i feel like i never should/whenever i get this way/ i just dont know what to say/why can we be ourself like were yesterday ..[stabbing westward-bizzare love triangle]

Bandung hari kedua, cuaca cerah berawan, matahari masih malu-malu kucing dibalik awan putih bergulung-gulung, temperatur 22 Celcius, dan kondisi fisik saya 80%, tidak 100% karena tenggorokan buat nelan sakit.

Hari ini seleksi tahap kedua, psikotest. Dalam kurun 6 bulan ini, ini sudah psikotest ke 3 yang saya ikuti dan saya cukup confident bisa melaluinya meskipun belajar soal-soal psikotest terakhir sudah setahun yang lalu. Bukannya sombong kawan, tapi psikotest pada intinya adalah menguji kemampuan dasar secara normal seorang manusia. Dan kemampuan ini diperoleh manusia dari jaman belajar "mbrangkang" kemudian mengeja "a-ba-ta-sha" lalu tahap cinta monyet SMA dan ujungnya bandelnya mahasiswa. Dalam setiap tahapan itu kemampuan seorang manusia berkembang, kecuali dia orang hidup bagaikan katak dalam tempurung ya. Kegagalan di tahap psikotest menurutku lebih pada ketidaksiapan, kegugupan, dan kurang memahami (instruksi) soal tersebut. Kecuali IQ dia orang mendadak drop dibawah 90, aku rasa tidak sulit mengerjakan soal psikotest. Dan ibarat test toefl, beberapa kali pun dipelajari, tiap-tiap manusia memiliki peak masing-masing, dan peak tersebut meskipun mati-matian digenjot tidak akan banyak berubah.

Soal psikotest pun sejauh pengamatanku tidak banyak variasinya, dan aku pernah mengalami soal psikotest milik satu instansi ternyata jadi bahan test instansi lain. Gambar berseri, pengujian daya imajinasi, dan logika.
Sedikit tips buat kawan-kawan yang mungkin akan menghadapi psikotest adalah aturan no. 1 jika kalian kehabisan waktu maka segera lanjut kehalaman berikutnya, dan aturan no.2 jika kemudian kalian ada waktu lebih kembalilah pada halaman-halaman yang kalian tinggalkan tadi. Dan aturan 3 jika anda sangat panik dan kemudian banyak tertinggal maka jangan biarkan banyak nomer kosong tidak berisi. Sedikit disclaimer ya, cara ini tidak dibenarkan ketika psikotest, untuk itu lakukan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya


Pada setengah hari, namaku tercantum sebagai peserta yang lulus dan berhak mengikuti tahapan test B.Inggris dan Wawancara dengan konsultan. Test model marathon macam ini bener-bener butuh kombinasi fisik dan psikologis yang prima. Setelah dihujani soal-soal psikotest, masih harus melalui tahapan b.Inggris dan pada akhir hari harus tampil prima dan meyakinkan dihadapan pewawancara. What a Day!

Saat test B.Inggris berlangsung, aku sudah bikin plan sempurna! aku memilih duduk di dekat speaker agar lebih jelas ketika sesi listening dimulai. Maklum telinga jawa seperti aku agak susah mencerna obrolan turis-turis :) Tempat duduk itu dekat dengan seorang peserta test yang membawa pensil 2B lebih dan karet penghapus. Bukannya tidak modal kawan, tapi pensil 2B ku raib entah kemana sedangkan adiknya, si karet penghapus, masih terkulai di kamar kost-an di Jakarta (baca:ketinggalan).


Sesi listening berjalan sempurna sesuai plan, aku pun juga meminjam pensil 2B dan karet penghapus sesuai plan. Namun penomeran sial di buku soal mengacaukan kekhusukan ku dalam menjalani test ini. Can you imagine, nomer soal di buku tidak singkron dengan nomer di lembar jawaban? maksudku begini, test ini terbagi menjadi 4 sesi dan setiap sesi kurang lebih terdiri dari 25 soal. sehingga nomer di lembar jawaban adalah 1-100, sementara nomer soal setiap sesi 1-25. Apa akibatnya?
Akibatnya cukup fatal,kawan! Aku akan cukup kerepotan jika kemudian aku menemui nomer 78 di lembar jawabanku kosong belum terjawab. Aku harus membolak-balik lembar soal lalu mencari no.78 berarti ada di sesi mana. Dan sialnya lagi setelah aku sampai di nomer 90 pada lembar jawaban ternyata setelah aku hitung aku baru mengerjakan 89 soal, nah lo! ada selisih satu nomer! setelah aku lacak dalam keadaan panik dan kehabisan waktu, no.82 berisi jawaban no. 83 dan jawaban no.83 berisi jawaban no.84 begitu seterusnya. Akhirnya aku melakukan recheck menyeluruh karena kuatir kesalahan ini meluas tanpa aku sadari.

Akibat insiden ini, aku sama sekali tidak optimis lolos test B.Inggris kali ini. Soal-soalnya sungguh tidak sulit, hanya saja insiden itu mungkin saja malah membuat banyak jawabanku yang tidak pas. Aku hanya bisa pasrah, hanya kebesaranNya lah yang mampu meloloskanku ketahap berikutnya.


Sesi wawancara dengan konsultan dijadwalkan berlangsung pukul 16:00, saat ini pukul 15:30, sudah masuk waktu Ashar, maka aku berlari-lari kecil ke Masjid Al Jihad. Pewawancaraku wanita muda, berkrudung, berparas manis, berperawakan kecil. Beliau adalah konsultan dalam seleksi kali ini dan berasal dari Universitas Gajahmada. Dalam kesempatan pertama beliau menyodorkan hasil karyaku saat sesi psikotest, sebuah gambar pohon berdaun lebat, berbatang keras, yang nampak kokoh dengan efek gradasi cahaya pada sisi batangnya. Dengan terangterangan beliau menyatakan suka pada gambar pohon yang aku beri nama Akasia. Jujur saja kawan aku sendiri belum tahu bagaimana rupa akasia itu. Dan itu adalah gambar pohon pertama sejak kapan ya?! sejak lama sekalilah, pada test sebelumnya aku hanya diminta gambar orang.
...[bersambung lagi yeeee]
Senin, 23 Agustus 2010 0 Comments

Seperempat Abad (Sebuah Catatan Perjalanan) - bagian kedua


[sambungan dari bagian pertama]



9 Agustus 2010 - Pagi Bandung :)

Pagi masih berbalut sepi di Pasteur Bandung,jam menunjukkan pukul 6.30 WIB. Aku percepat langkahku menyusuri underpass jembatan layang Pasopati. Aku agak terburu-buru pagi itu, maklum saja aku belum pernah naik angkot sendiri di kota Bandung. Aku hanya diberitahu untuk naik angkot dari bawah jembatan layang pasopati untuk bisa sampai ke Unpad.
Sudah hampir 7 bulan lebih aku "pisah ranjang" dengan moda transportasi angkutan umum macam angkot begini, aku selama di Jakarta kemana-mana menunggangi suprafit aset kantor.
Jangankan Bandung, kalau di Jakarta ada yang menanyakan "Bang, kalau ke Grogol dari Blok M nomer berapa?" maka aku hanya bisa tersenyum kecut sambil berkata " Maaf Bang, ndak tau".

Angkot di Bandung kurang lebih sama dengan di Malang, atau mungkin juga sama dengan di kota-kota lain. Hanya saja, ini mungkin hanya perasaan aku saja, angkot Bandung raja ngetem (berhenti, menunggu penumpang,tapi di tikungan jalan.red). Kalau sudah ngetem, Mang supir taunya hanya angkot dia penuh saja. Tidak peduli penumpangnya sudah terlambat masuk kantor, tidak peduli penumpangnya pada kegerahan, pun tidak peduli ada Ibu-ibu hamil mau "mbrojol". Dan aku bukannya tidak antisipatif, kawan! terhadap perlakuan tidak manusiawi Mang Supir. Alih-alih aku langsung buru-buru naik angkot yang lagi ngetem itu, aku justru memperlambat jalanku, dan terbesit aku tetep jalan saja melalui si angkot. Tapi ragu juga karena aku tidak yakin apa aku sudah berada di daerah trayek angkot menuju Unpad. Dilematis bukan? !
Di sela pikiranku yang masih "loading" menganalisa dan melakukan sintesa sebab akibat, Mang Supir malah berulah! dia sengaja memainkan pedal gas angkot sehingga jika dari sudut pandangku, si angkot sudah akan berangkat. Aku yang masih lugu, berteriak girang dalam hati dan menghamburkan diri naik ke angkot itu. Dan raut senang wajahku berubah beberapa detik kemudian setelah angkot bukannya jalan malah mundur ngetem lagi. Olala, aku tertipu! taktik maju-mundurnya angkot memperdayaiku.
Pagi itu aku memetik pelajaran moral no. 2 Kalau ada angkot ngetem dan melakukan trik maju-mundur, jangan terpedaya! tetap saja jalan terus ke depan, siapa tau ada angkot yang gak doyan ngetem melintas! trust me it works (70%) :)



Setelah sesi administrasi selesai, aku bergerak menuju masjid Al-Jihad Unpad, sudah masuk waktu shalat lohor. Kampus Unpad yang berlokasi di Dipati Ukur tidak terlalu luas dan hanya "dihuni" oleh fakultas ekonomi dan hukum saja (kalau tidak salah hehe). Jarak antara seleksi administrasi dengan pengumuman lolos seleksi administrasi sekitar 6 jam. Artinya pengumuman baru akan ditempel sekitar jam 18.00 WIB. Kami pun akhirnya memutuskan untuk wisata kuliner dan nonton film di BIP. Kami? seperti biasa aku selalu memiliki teman baru di mana saja aku mengikuti test. Ketika test di UI aku punya teman baru dari Fakultas Psikologi, yang ternyata aktivis ICW, ketika test di Sekolah Administrasi Pejompongan, aku pun mengakrabi kawan-kawan dari IPB, ITS maupun yang AJE (Anak Jakarte). Dari perkawanan inilah aku memiliki networking yang bertambah. Dan trust me (again), Man! it really fun dan bermanfaat.
Pelajaran moral no. 3 Ketika kita berada di lingkungan yang baru, salah satu tidakkan bijak yang dapat anda lakukan dengan efek jangka panjang adalah berkawan!

Sejauh ini aku cukup amazed dengan kawan-kawan baru yang aku temui selama merantau di Jakarta. Dulu sebelum aku menginjakkan kaki di kota ini, aku sudah membayangkan Jakarta adalah rimba belantara bagi pendatang seperti aku. Lebih-lebih berita di teve dan koran yang isinya dijambretlah, ditodonglah, diini lah diitu lah, yang semuanya membuat Jakarta terkesan angker. Namun Alhamdulillah, aku selalu mendapatkan kawan baru yang menyenangkan dan mendapat lingkungan yang very supportive, mungkin aku akan posting tersendiri masalah ini, kawan.

Selepas maghrib, Bandung diguyur hujan lebat, aku dan kawan-kawan peserta seleksi hanya bisa berteduh sembari berharap hujan akan segera berlalu. Hingga jam 19.00 WIB dalam kondisi yang sudah lelah dan ingin cepat pulang, pengumuman tak kunjung muncul. Aku cukup worry dengan keadaan seperti ini, secara fisik dan psikologis aku butuh kesegaran dan istirahat yang cukup untuk melanjutkan test esok hari (jika lolos). Namun kenyataannya aku masih stuck di Unpad, ditengah hujan yang cukup deras.

Alhamdulillah panitia kemudian menggotong sebuah papan pengumuman yang sudah tertempel nomor-nomor test yang lolos ke tahap berikutnya. Meskipun hujan tak kunjung reda kami berdesak-desakkan saling berebut ingin melihat apakah ada nomer kami tertera dipapan tersebut. Keadaan ini mengingatkanku pada desak-desakannya kita ketika melihat pengumuman UMPTN, yah kurang lebih seperti itu.
Dan Malam itu Allah mengabulkan doaku. Di tengah deras hujan yang mengalir dari kami berempat (kawan-kawan baru UNPAD) hanya aku yang lolos. Kami saling menguatkan dan berpisah sembari saling berucap doa kebaikan bagi satu sama lain.


[..bersambung lagi yaaa]

Footnote :
1. Gambar jembatan Pasopati dicuplik tanpa permisi dari sini

Sabtu, 21 Agustus 2010 1 Comments

Seperempat Abad (Sebuah Catatan Perjalanan) - bagian pertama

Beralaskan tikar gulung, saya memikirkan masa depan
Bermandikan lampu neon 75 watt, saya memikirkan masa depan


06 Agustus 2010 - Slipi, Jakarta

Tidak banyak yang tersisa, hanya 1 lembar uang lima puluh ribuan saja di dompetku. Untung saja sudah akan masuk bulan puasa, artinya proporsi pengeluaran bisa aku tekan seminimal mungkin. Lebih-lebih aku butuh lebih banyak proporsi uang untuk membiayai perjalananku ke Bandung tanggal 9-10 Agustus 2010. Ya, kawan, aku sedang merencanakan mengikuti test tahap awal sebuah Perbankan BUMN yang rencananya akan dihelat di Bandung. Jujur saja terbesit rasa gamang harus menempuh jarak ratusan kilometer, dan belum ada kepastian apakah aku mampu melalui test tahap pertama ini dengan mulus. Apalagi biaya yang harus aku keluarkan juga tidak sedikit. Benar-benar sebuah "perjudian".

Maka siang itu selepas jumat'an, aku berkeluh kesah sejadi-jadinya kepada Tuhanku. Tentang kesukaran, tentang pergulatan, tentang kehidupan yang makin lama makin tidak mudah.
Dalam doaku siang itu aku berkata " Laaqaulawalaquwwata illaabillah, tidak ada kuasa selain padaMu ya Rabb. Detik ini aku merendahkan diri dihadapMu, Duhai dzat yang Maha berkehendak, akan kemana aku ini akan Engkau arahkan? tempaan apalagi yang harus aku ikhlas belajar dari padanya? di kolong langitMu detik ini aku bersimpuh, di pintuMu aku mengetuk, pada kemurahanMu aku mengiba, aku tak dapat berpaling ya Rabb. Lapangkanlah jalan terjal di hadapanku, mudahkanlah segala urusanku, berikanlah aku kesempatan, meraih kehidupan yang lebih baik, demi Anak & Istriku kelak, Kabulkanlah ya Allah"..


08 Agustus 2010 - Tol Jakarta-Bandung
Awan hitam menyergap slipi seketika, bergulung-gulung dari timur menuju ke barat. Kelamnya memudarkan kilau matahari sore itu,gemuruhnya mengiringi keberangkatanku sore itu.
Shuttle service di kebun jeruk sudah mengkonfirmasi keberangkatanku pada pukul 19:30 WIB, sementara aku sedang asyik menyiapkan baju dan perlengkapan lain, printerku pun tak kalah sibuknya memuntahkan berlembar-lembar dokumen prasyarat test. Aku adalah termasuk bilangan orang yang cukup percaya dengan tagline "a well preparation is a good fondation of success". Aku gila persiapan, meskipun aku tidak bisa dibilang well-organised, namun im a good d*mn planner. Tabiat ini entah aku absorb dari siapa. Mungkin ibuku, ya, Ibu semestinya Master Planner.
Ini adalah foto yang menunjukkan persiapanku untuk menghadapi hari penting no 3 setelah urusan khitanan, yaitu hari sidang skripsi. Baju, jas almamater, celana hitam, dasi, semua sudah tergantung siap pakai tepat sehari sebelum ujian dimulai. Aku paling benci terburu-buru, situasi yang membuat seorang paling intelektual sekalipun akantend to forget something important.
Travelku membelah ruas jalan tol dalam kota, menyibak disela-sela kepadatan lalu lintas malam itu. Aku hanya bisa termangu saja menyaksikan kemacetan luar biasa yang seperti lumrah terjadi di Jakarta saban Jum'at. Rasa-rasanya semua orang tumpah ruwah di jalanan ingin secara berjamaah non antri non tenggang rasa non simpati saling berebut keluar Jakarta. Kalau sudah begini Jakarta-Bandung via Cipularang yang normalnya ditempuh 2 jam bisa molor hingga 3-4jam.
Perhatianku justru tertuju pada travelku ini. Rute Jakarta-Bandung sudah menjadi jalur sutra perekonomian Indonesia dewasa ini. Jalur ini bisa ditempuh dengan banyak macam moda transportasi. Kita kesampingkan dulu moda bus dan kereta, saya lebih tertarik mengamati moda shuttle service. Mungkin ada sebagian kita yang belum paham mengenai shuttle service, akan saya coba jelaskan dengan bebas ya, kurang lebih begini shuttle service adalah layanan jasa angkutan penumpang yang melayani perjalanan rute antar kota dengan inteval keberangkatan dari pool ke pool (mis: Jakarta-Bandung) Setiap jam (bahkan yang punya nama pakai simbol X, mengklaim keberangkatan setiap setengah jam sekali). Di daerah lain mungkin akan terlihat sama dengan travel, sekilas memang iya (sama-sama menggunakan jenis kendaraan L300 tapi ada juga yang pakai bus kecil), hanya saja shuttle service tidak menghantarkan kita sampai ketujuan kita (mis: rumah atau destinasi spesifik lain). Dia hanya dari pool ke pool. Hebatnya salah satu pelaku bisnis ini yang berafiliasi dengan white horse mengklaim jika penumpang hanya satu orang akan tetap berangkat. Saya tidak tahu persis siapa pemrakarsa shuttle service pertama untuk rute Jakarta-Bandung, tapi salah satu dari sekian nama yang cukup familiar ada inisial C dengan bisnis shuttle menggurita luar biasa.
Keadaan macet total di KM69 Tol Bekasi membuyarkan lamunanku mengenai shuttle service, kalau sudah begini memejamkan mata adalah opsi paling logis yang tersedia.

[...bersambung]
Jumat, 06 Agustus 2010 0 Comments

Titik Balik

Indahkanlah diri dan pribadimu, sebagai hadiah yang membahagiakan kekasih, keluarga, dan orang lain.

Tetapi jika mereka tak menghargai niat dan kebaikanmu,
bersabarlah.

Sesungguhnya setiap jiwa hanya bertanggung-jawab atas dirinya sendiri.

Peliharalah keterhubungan hatimu dengan Tuhan, bahkan di dalam pengabaian dan perendahan oleh orang lain.

Engkau jiwa yang khusus bagi Tuhan.
Bersabarlah.
Mario Teguh


Matahari menyeruak dari celah tirai tua yang menutupi celah dinding belakang kost. Mengeringkan tetes embun dan hujan kemarin sore. Sebagian sinarnya menyelusup masuk ke dalam kamarku di Slipi. Di timur langit biru terbuai, pertanda hari ini akan cerah luar biasa.
Berduyun-duyun pekerja berarak dari sudut-sudut kota Jakarta ibarat lebah mereka datang berkelompok, berpindah berkelompok, pulang berkelompok, ramai-ramai dan serentak, akibatnya saling tidak mau mengalah, berebut ingin segera sampai, akhirnya malah tumpah ruah, di jalan.

Aku lincah. Menjadi bagian dari "lebah-lebah" pekerja itu. Berayun disela-sela truk tronton. Berkelit dari Busway. Meskipun begitu sejatinya jantungku berdegup ekstra kencang. Salah perhitungan sedikit saja, nyawaku taruhannya.
Pasar Minggu, Pasar Kebayoran Lama, Pasar Pagi, Pasar Klender, Pasar Palmerah, Pasar Cengkareng, Terminal Bandara, Stasiun Kota, Stasiun Gambir, Terminal Pulo Gadung, Bandar Asongan Grogol, Asongan Kramat Jati. Dari Ujung Barat Citra Garden hingga ujung timur Pasar Kranji. Dari ujung utara Terminal Tanjung Priok hingga paling selatan Pasar Lenteng Agung. Itu adalah daerah-daerah yang selama 8 bulan ini aku akrabi secara intens. Selama 8 bulan itu aku jalani semua ini dengan penghayatan penuh seluruh ala Andrea Bocelli dan Sarah Brightman dalam lagunya "time to say goodbye".

Aku selalu lincah tapi suatu hari aku berhenti. Sebuah cerita dari seorang kawan membuyarkan semuanya. Seketika aku berdoa "Ya Allah,aku mohon Engkau membukakan semuanya..semuanya ya Allah..aku ingin kejelasan". Sungguh Tuhan Maha Mendengar doa-doa kita. Tiba-tiba secara perlahan tapi pasti aku menemukan jawaban itu sendiri. Kenyataan tentang atasan yang tidak jujur, tidak amanah, rekan yang berkhianat, dan kebobrokan-kebobrokan lain. Aku tercekat. Duniaku limbung.

Beberapa hari terakhir aku tidak lagi lincah. Berhari-hari aku memikirkannya. Sungguh berat menjadi orang dewasa itu. Tidak lagi menggantungkan diri namun harus jadi mandiri. Saat inilah baru aku dapatkan kenyataan hidup no.1 : Sejak kau menginjak usia dua puluhan tahun, hidup tidak lagi mudah. Dan di sini, disebuah sisi kota Jakarta, aku terpengkur, terperangkap, menerawang...

Idealisme kerjaku berantakan,mimpi-mimpi serasa porak-poranda, aku memang bukan orang yang betul-betul bersih dari dosa, namun ketidakadilan dan kecurangan yang ada begitu nyata, tak terelakkan dan begitu telak menikam hati kecilku.
Aku sendiri dan kawanku yang menyaksikan, kecurangan di gudang, kecurangan di kantor, kepicikan, manipulasi dan mafia-mafia kecil dalam bisnis ini. Aku takut menjadi bagian dari mereka. Namun aku masih terus berada dalam lingkaran ini, mendengar pandangan mereka, melihat perilaku mereka, dan lambat laun menarik satu per satu seperti mereka.
Sekarang setiap kali team meeting dan membuai kami dengan "puisi-puisi indah", aku hanya menunduk, menghitung hari yang tersisa untuk hanya sekedar melakukan yang standar. Terkadang aku hanya merebahkan diri di serambi masjid dikala bedug dan menghabiskan waktu hingga petang menjelang. Masa mudaku yang berapi-api serasa padam. Kurva hidup yang terus menurun ke bawah menyeretku menjadi pribadi yang
stagnan.

Orang muda harus jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, patah hati sepatah-patahnya, tertawa marah sedih rajin dan malas segila-gilanya,

tetapi,
...
dia harus segera bangkit, mendewasa, berdiri gagah, dengan bekas-bekas luka yang indah di wajah dan dada,

dan dengan anggun dan berwibawa,
dia berkata

Dengan kewenangan yang diberikan oleh Tuhan kepadaku,
dengarlah

AKULAH PENENTU KEBESARAN HIDUPKU SENDIRI.

Mario Teguh


Aku menunduk dalam ketika adzan jumat hari ini, sudut mataku basah menekuri lantunan suara sang muadzin. Betapa kecil eksistensiku di dunia ini. Betapa manusia maha tidak tahu segala hal. Betapa manusia hanya pelaku dan Tuhanlah yang menentukan jalannya sebuah cerita. Betapa mungkin sesungguhnya manusia tidaklah berkehendak, namun semuanya adalah kehendak-Nya. Betapa misteriusnya cara Allah membuka pikiranku, menyambung noktah-noktah kehidupanku, menuntunku mengumpulkan kepingan mozaik kehidupanku. Aku menjadi geram sekali. Pipiku telah basah. Anganku melayang kepada Ayah no.1 di dunia, Ibu yang penyayang, Adikku. Aku lalu melihat secercah sinar harapan diujung sana. Aku harus berlari menghampirinya. Pantang aku kemudian berpaling dari ikhtiar dan bersabar menjalani setiap episode-Nya. Aku harus berlari semakin kencang menangkap segala peluang. Bayangan keluarga kecilku ...anak dan istriku kelak..dalam syahdu jumat siangku kulantunkan doa titik balik kehidupanku. Bismillah ya Alloh
Kamis, 08 Juli 2010 0 Comments

Meliora Cogito (i strive for the best)

Sejak pertama kali aku melihatnya waktu itu aku telah jatuh hati padanya. Cinta pada pandangan pertama. Rasa-rasanya sudah lama kebahagiaan jatuh cinta lagiku terperangkap dalam sebuah peti yang terkunci mati. Seperti banyak orang katakan cinta itu datangnya tiba-tiba, tak diduga dan tak ternyana. Kedatangannya bagaikan copet mengambil dompet dari saku belakang penumpang kereta api.
Aku rasa umur dia masih 20an tahun sama sepertiku,sobat. Aku tahu itu dari gaya berpakaian yang dikenakan malam itu di Semanggi. kulitnya tidak lebih hitam dari aku, kacamata yang dia kenakan menegaskan dia banyak menghabiskan waktu dengan membaca dan dari kerudung yang dia kenakan aku tahu dia seorang muslim.
Demi Tuhan tidak ada tegur sapa maupun kata yang terlontar saat kami berjumpa. walaupun jarak kami hanya tidak lebih dari 3hasta namun kami hanya berdiam diri. Sepertinya diapun tidak menyadari aku mengamati gerak geriknya sedari tadi. Sayangnya aku bukan Cassanova, kawan, tidak ada malam itu aku membuatnya terkesan. hanya sekedar berkenalan langsung pun aku segan.
Malam turun di Slipi seperti hanya untukku. Pertemuan dengan dirinya laksana mencekam diriku dalam kegundahan, agak sulit bagiku untuk sekedar terlelap. Rasa penasaran menyiksaku detik demi detik. tak habis-habisnya aku mengutuki diriku, kalau saja aku tadi memberanikan diri untuk berkenalan langsung dengannya. Pelajaran moral no.1 jangan pernah sia-siakan peluang didepan mata atau menyesal kemudian.


Selasa, 25 Mei 2010 1 Comments

Selamat Jalan Eyang Ainun


" Ainun terlahir untukku dan Aku terlahir untuknya" kata BJ. Habibie


Footnote:
1. Terharu dengan kisah dua sejoli ini, semuga dipersatukan kembali di surga
2. Semuga Eyang Ainun diterima di sisi Allah SWT
3. This is why i hold Lemon that night.. just cant lose her
Kamis, 22 April 2010 0 Comments

Ibuku Sayang



Ibuku adalah center of universe di keluargaku,pemegang hak mutlak veto, menteri keuangan, legislatif, head of budgeting, psikiater kawakan, tabib gigi, feodalis, demokrasi terpimpin dan lebih keren lagi Ibuku adalah seorang taurus. Ada cerita menarik seputar per-tabib-an, ketika aku masih SD, jika Ibu mendapati ada salah satu gigi bungsuku yang sudah goyang,maka Ibu akan mengambil seutas benang dan disimpulkan mengelilingi gigi itu. Kalau sudah begitu,aku hanya akan dapat mengerang menahan sakit dan berharap proses pencabutan ini berjalan laksana dompet yang hilang dicopet,cepat dan seketika. Ibu lihai dalam mencabut gigi dengan menggunakan benang,bahkan jika dokter gigi butuh beberapa suntikan bius maka Ibuku cukup dengan kalimat basmalah. Tarik kanan tarik kiri, gigi dengan akar paling kuat sekalipun akan tumbang di tangan Ibuku. Hebatnya lagi,jika gigi sudah tercerabut, meskipun aku ngilu bukan buatan, tapi aku bangga bisa melempar gigi bungsu bagian bawah ke atap genteng rumahku. Ritual ini aku telan mentah-mentah saja dari nenek moyang jawa,katanya supaya gigi penggantinya bisa tumbuh kuat.
Ibu adalah salah satu pilar pemerintahan dikeluargaku,Ibuku cukup bertangan besi,Ibu begitu saklek dalam menjalankan apa yang menurut Ibuku benar. dan jika kami,anak-anaknya,membangkang,maka Ibuku akan menceramahiku panjang kali lebar. Cara ini,meskipun sekeras jaman kremlin di Rusia, namun terbukti efektif untuk mendidik kami, anak jaman gaban, untuk displin dan patuh.
Ibu pandai memasak dan seorang pekerja keras. Ibu mampu menyeimbangkan antara karir dan keluarga, meskipun berangkat pagi, Ibu tak lupa menyiapkan sarapan sejak subuh. dan ketika petang menjelang, jika Ibu sudah pulang dari kantor, setelah shalat azhar maka Ibu akan mempersiapkan hidangan makan malam. Dan itu belum termasuk jika ada hajatan di rumah, maka jauh-jauh hari Ibu akan mencicil memasak, Ibu sangat suka memasak sendiri makanan daripada jajan. Ibuku ini sepertinya tidak punya urat capek, jika tidak memasak maka Ibu akan membersihkan rumah,berkebun, atau mencuci pakaian. Justru yang aku heran,Ibu akan terlihat lemas dan tidak bersemangat jika tidak sIbuk dengan kegiatan di rumah, namun jika sudah malam menjelang dan Ibu kelelahan beraktivitas seharian, maka bergantian Ibu panggil anaknya satu persatu, pijit.

Pada suatu siang di bulan Maret 2010 saat aku masih sibuk membanting tulang di Ibukota,begitu sibuknya sampai sampai rasanya aku sudah lupa telah hampir 6bulan aku belum pernah pulang ke Malang. Ditengah jadwal yang padat dan stress yang mulai menerkam, handphone ku berdering. Sebuah pesan singkat dari Ibuku membuyarkan konsentrasiku. isinya sederhana dan tidak terlalu panjang, "Dik,Mama doain kamu sukses slalu. Mama kangen kamu pulang". Serentak badanku disergap rasa rindu dan haru yang menggelegak. Dengan mata berkaca-kaca aku pun keluar dari kantor dan mencari tempat yang tenang. "aku pun rindu padamu Bu,bersabarlah, takkan lama lagi anakmu akan pulang" bisikku dalam hati.
Ibuku sayang yang selalu rajin tahajud dan puasa demi anak-anaknya, yang selalu penuh kasih sayang. Ibu yang tak pernah lupa berdoa untuk anaknya dirantau, tak mampuku membalas semuanya Bu...

Footnote :
1) Foto almarhum soeharto dicuplik tanpa permisi dari sini
2. Semenjak memutuskan berkrudung medio tahun 2003-an, ibu sudah tak lagi menganut gaya kremlin maupun gaya mussolini, tapi gaya orde baru :)
3). Bulan depan Ibu Ulang Tahun dan aku ada kado spesial buat beliau, ahh kangen nian ambo ni :)

Kamis, 08 April 2010 2 Comments

SALESMAN




definisi kata ini menurut thefreedictionary.com adalah
“ A man who is employed to sell merchandise in store or in designated territory”
Definisi yang sempit..tapi ya sudah lah mari tidak kita ributkan :)
Menjadi tenaga penjualan atau yg akrab di telinga masyarakat sebagai salesman jelas bukan profesi idaman para calon mertua yang notabene pada mengidamkan punya menantu pegawai pajak. Sehingga aku mengutuk keras aksi Gayus Tambunan yang pake nilap pajak 25 Miliar, coba 1 juta atau dua juta aja, kan gak rame urusannya, serakah sih!



Ingin Punya Sapi

Kalau dirunut hingga buyutku di gunungkidul sana,hampir semuanya lulusan akademi dagang. bapaknya bapak dari embahku adalah petani merangkap pedagang sembako,bapaknya embahku adalah penjual kue kacang (dibuat dari campuran gula merah dibentuk bulat ditaburi kacang sangrai),embahku adalah penjual alat-alat besi (ibunya Obama pernah mewawancara Mbahku ini untuk tesisnya), anaknya mbah sales mobil, mantunya mbah jadi sales tumbuhan dan ayahku adalah sales kredit. jadi secara de facto, sales adalah profesi yg cukup mendarah daging di keluarga besarku. Namun ketika melihat Ronaldo beraksi aku ingin menjadi pemain bola, tapi usia sudah kepala dua, melihat Baim, aku ingin menjadi artis sinetron kejar tayang, kencing saja Baim belum lurus sudah beli mobil, melihat Ona Sutra, aku ingin menjadi penyanyi, namun jenis suaraku terlalu polos, tidak ada cengkoknya kata orang, dan ketika aku melihat Pak Tani di sawah depan rumah, muncul cita-cita sederhana tapi penuh makna, aku ingin punya sapi.

Masa Muda, Masa Berganti-Ganti Profesi

Di usia 21 tahun, aku masih belum tahu ingin jadi apa. Sudah beberapa profesi selama menjalani masa kuliah aku lakoni hanya demi mendapatkan gambaran pekerjaan yang aku inginkan. Karir profesionalku di mulai di counter McD Sarinah Malang tahun 2004. Terinspirasi para bule-bule yang suka ambil magang atau part-time di amrik sono, aku melamar sebagai part-timer McD. Setelah melalui beberapa kali wawancara dan seleksi, dari 30-an orang aku termasuk 3 orang yang direkrut. Tugasku sebagai anak baru cukup sederhana memastikan bahwa semua sisi counter McD bersih dan selalu rapi. Dengan memakai baju putih lengan panjang dan celana kain hitam, aku mengepel pelataran pintu masuk, mengelap kaca counter, membersihkan meja, melakukan apa saja asal selalu terlihat sibuk. Satu yang aku suka dari karir pertamaku ini, yakni ketika makan siang tiba. Tentu saja tak lain dan tak bukan adalah lezatnya sajian gratis menu McD dan boleh ditambah es krim pula. Setelah dua minggu aku mengabdi pada “Ronald”, setelah sempat naik kelas ke area penggorengan, aku pun menyerah karena kuliahku berantakan. Aku kemudian merintis bisnis bersama beberapa teman satu angkatan untuk memulai profesi baru sebagai penjual teh botol dan bunga pada saat wisuda Brawijaya berlangsung. Profesi yang satu ini bisa dibilang masih berkorelasi erat dengan pekerjaanku saat ini. Dengan bermodal suara yang lantang, dan sikap pantang kendur, aku dan kawan-kawan menyeruak ditengah hiruk pikuk Sarjanawan dan Sarjanawati, Keluargawan dan keluargawati. “Bu, bunganya Bu, masih segar” “ Mas, bunganya Mas untuk Mbaknya”. Aku lupa kenapa ya profesi yang cukup menjanjikan ini akhirnya bubar jalan. Setelah menjadi sales kembang dan teh botol, pada suatu siang seorang dosen Teknik Brawijaya memberikan info bahwa Brawijaya membutuhkan mahasiswa-mahasiswa setengah nganggur setengah sibuk (semester akhir tapi belum lulus) untuk direkrut tim pemantau ujian independen. To be honest sodara-sodara, ini adalah quantum leap bagi perjalanan karir aku, dari sekedar kuli cuci dan pel Paman Sam, beranjak jadi sales kembang dan saat ini direkrut menjadi juru pantau ujian, wahhh! Karir yang menanjak bukan?

Juru Pantauku Sayang, Juru Pantauku dari Malang

Matahari masih belum sepenuhnya bangun dari tidurnya, Malang masih gelap gulita, dan aku sudah sejak jam 4 pagi terjaga. Bagaimana tidak?! Ini adalah hari pertama dari tiga hariku menjadi juru pantau ujian independen. Sebuah jabatan yang prestisius! Mengenakan hem dan celana kain bersepatu hitam mengkilat dan berkalungkan kartu identitas pemantau ujian, aku berangkat menuju Pakisaji, sebuah kecamatan sekitar 30km dari rumahku. Disebuah Madrasah aku memantau jalannya ujian nasional disana. Ada sebuah rutinitas yang membuat aku bangga menjadi juru pantau, setiap pagi anak-anak madrasah dikumpulkan oleh kepala sekolahnya dan kemudian satu persatu mereka mengular untuk antri mencium tangan Bapak-Ibu guru dan tentu saja Bapak Juru Pantau Ujian Independen..hehe..Setelah selesai melakukan pemantauan dan menyaksikan kotak naskah soal dan jawaban dibawa oleh polisi dan kepala sekolah untu dikumpulkan, aku dan segenap juru pantau mengerjakan form evaluasi hasil pemantauan independen,untuk kemudian dilaporkan kepada ketua tim independen. Untuk 3 hari yang melelahkan, dan sekitar lebih dari 200 km akumulasi jarak yang ditempuh dengan motor bolak-balik, kami, juru pantau independen, antri untuk mengambil upah di rektorat Brawijaya. Bayaranku tiga ratus lima puluh ribu rupiah.

Menjadi Sales, Terjebak atau sebuah pilihan


ketika euphoria sebagai juru pantau usai seiring dengan berakhirnya ujian nasional tingkat SMP di Malang, aku kembali menjadi mahasiswa biasa. Biasa di perpus, biasa di kantin dan biasanya sih ngegame di rumah. Bosan dengan status mahasiswa biasa, aku melamar menjadi pegawai magang di PT. Nestle Indonesia Kejayan Pasuruan. Setelah beberapa kali riwa-riwi Malang-Pasuruan dan interview, aku akhirnya resmi magang di departemen Quality Assurance selama 6 bulan. Bekerja di perusahaan multinasional benar-benar memberikan pengalaman berharga. Di sana aku belajar kerjasama dan kerja paksa juga. Namun ternyata bekerja didalam pabrik dan doing the same old routine adalah bukan gue banget :D

Sembari memasukkan lamaran dan menunggu panggilan test, aku bergabung dengan tim review PNPM Mandiri kelurahan Tlogomas Malang, tugasnya adalah melakukan review kelembagaan, review progam dan sedikit audit masalah keuangan. Selama bertugas aku mulai memikirkan kembali masa depanku, sebuah pertanyaan besar menghadang, mau jadi apa gerangan? Kekhawatiranku yang paling besar adalah aku sebenarnya tidak terlalu kompeten dengan bidang-bidang Teknologi Industri Pertanian, malahan skripsiku membicarakan mengenai System Pakar Evaluasi Kelayakan Kredit Usaha Kecil. Bisa dibilang muatan TIP-nya sangat sedikit. Jadi rada minder juga kalau memang harus bersaing dan adu pengetahuan tentang TIP-TIP-an. Makanya profesi andalan jebolan TIP yakni di bagian quality assurance, production plan, dan semacamnya aku coret dari list pekerjaan idaman. Aku menginginkan pekerjaan yang membawaku menemui banyak orang, mengunjungi banyak wilayah, dan belajar bagaimana bersosialisasi dengan orang lain. Aku juga menginginkan pekerjaan yang tidak memperdulikan basis jurusan ketika kuliah, aku ingin pekerjaan yang tidak menyaratkan IPK 3.5.

Setelah berguru pada mbah google, aku membaca sebuah artikel mengenai dunia sales. Tagline yang paling menarik dari artikel ini adalah “ ini adalah pekerjaan yang tidak ada dusta didalamnya, performa anda akan dengan gamblang dilihat oleh Bos, rekan maupun competitor anda. Anda juga tidak perlu merengek meminta kenaikan gaji pada Bos, karena ada skema insentif yang besarnya bisa beberapa kali gaji”. Tagline provokatif ini makin dibikin bombastis dengan statemen kawan aku di Nestle “coba kamu lihat, orang sales itu adalah calon pemimpin perusahaan, karena dia dituntut mengetahui banyak hal dalam perusahaannya” pernyataan ini makin menarik dengan tambahan dari Dimas “dunia sales terbuka bagi semua jurusan, kau tau bosku di IBM, dia orang sejarah!”

Sampai saat ini aku tetap sepakat dengan cara pandang Steve Jobbs “life is like connecting the dots”, masalah terjebak atau sebuah pilihan, mungkin tidak perlu terlalu dipermasalahkan. Sepuluh tahun dari sekarang, ketika aku melihat kebelakang terhadap semua perjalanan yang telah aku lalui,aku yakin kesuksesan dibangun dari saat itu. Semua merupakan proses panjang dan berliku, hanya tinggal mampukah kita memaknai dan mengambil hikmah dari setiap pilihan dan jalan yang kita tempuh.



Footnote :
1). Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, setelah 6 bulan puasa menulis, pada malam ini satu lagi tulisan bisa penulis hadirkan ke tengah-tengah hadirin pembaca blog setia. Semuga bermanfaat (emang ada ya?!ke-pe-de-an :p )

2). Penulis masih merupakan sales amatir karbitan dengan catatan penjualan tertinggi masih diangka 280 juta dalam sekali transaksi.

3). Ditulis sambil mendengarkan lagu “Selir Hati –Ahmad Dhani”

4). Pada saat menjadi kuli pel dan cuci McD, penulis pernah dipergoki tetangganya, dan lumayan nano-nano rasanya, malu tapi bangga, miris tapi Pede.

5). Mensuggest anda semua untuk “jangan khawatir dengan menjadi apa sekarang, tapi mau jadi apa nanti” dan “percayalah Tuhan itu tahu tapi menunggu, menunggu kita untuk dengan segenap upaya dan daya mewujudkan impian kita”

6). Mbah Sastro, adalah pemilik Pande Besi di Desa Kajar GunungKidul dan pernah beberapa kali diwawancara oleh stasiun TV terkait Ibunya Obama yang pernah melakukan penelitian disana. Baca disini

7). Posting Asli di sini



Senin, 25 Januari 2010 0 Comments

My Heart is Beating or Bleeding ?


Facedown in Thamrin Street last night, with one and zeros. A Man's Dream is about to collapse just now. I couldn't have a better word to explain my feeling somehow. I was supposed to be happy, a breakthrough, a headlight, but i didn't. I was left there pretty confused.

Sitting in the end of sideways while waiting for 640's bus, it was a perfect hideaways. I'm sitting there with a bunch of question.


"Did i never told you ? that my heart beat faster when i'm with you, i feel happy when i'm with you ?" But i found words failed to describe how much i forever gratefull for your welcoming gratitude. Those were the best night i ever had.


I might came out with a wrong conclusion, a miss perception, well i'm just out to find the other part of me.

i've tried my best and i'm just unsucceed
i don't get what i want nor what i need
it may go to waste ?!
but if i never tried i never know
to be honest it's really worth trying..


For those night, i'll be forever gratefull, if this all ended tomorrow, i might be (still) forever gratefull




 
;