Senin, 30 Agustus 2010 1 Comments

Seperempat Abad (Sebuah Catatan Perjalanan) bagian ketiga


10 Agustus 2010 - Bandung Lautan Api
I feel fine and i feel good/ i feel like i never should/whenever i get this way/ i just dont know what to say/why can we be ourself like were yesterday ..[stabbing westward-bizzare love triangle]

Bandung hari kedua, cuaca cerah berawan, matahari masih malu-malu kucing dibalik awan putih bergulung-gulung, temperatur 22 Celcius, dan kondisi fisik saya 80%, tidak 100% karena tenggorokan buat nelan sakit.

Hari ini seleksi tahap kedua, psikotest. Dalam kurun 6 bulan ini, ini sudah psikotest ke 3 yang saya ikuti dan saya cukup confident bisa melaluinya meskipun belajar soal-soal psikotest terakhir sudah setahun yang lalu. Bukannya sombong kawan, tapi psikotest pada intinya adalah menguji kemampuan dasar secara normal seorang manusia. Dan kemampuan ini diperoleh manusia dari jaman belajar "mbrangkang" kemudian mengeja "a-ba-ta-sha" lalu tahap cinta monyet SMA dan ujungnya bandelnya mahasiswa. Dalam setiap tahapan itu kemampuan seorang manusia berkembang, kecuali dia orang hidup bagaikan katak dalam tempurung ya. Kegagalan di tahap psikotest menurutku lebih pada ketidaksiapan, kegugupan, dan kurang memahami (instruksi) soal tersebut. Kecuali IQ dia orang mendadak drop dibawah 90, aku rasa tidak sulit mengerjakan soal psikotest. Dan ibarat test toefl, beberapa kali pun dipelajari, tiap-tiap manusia memiliki peak masing-masing, dan peak tersebut meskipun mati-matian digenjot tidak akan banyak berubah.

Soal psikotest pun sejauh pengamatanku tidak banyak variasinya, dan aku pernah mengalami soal psikotest milik satu instansi ternyata jadi bahan test instansi lain. Gambar berseri, pengujian daya imajinasi, dan logika.
Sedikit tips buat kawan-kawan yang mungkin akan menghadapi psikotest adalah aturan no. 1 jika kalian kehabisan waktu maka segera lanjut kehalaman berikutnya, dan aturan no.2 jika kemudian kalian ada waktu lebih kembalilah pada halaman-halaman yang kalian tinggalkan tadi. Dan aturan 3 jika anda sangat panik dan kemudian banyak tertinggal maka jangan biarkan banyak nomer kosong tidak berisi. Sedikit disclaimer ya, cara ini tidak dibenarkan ketika psikotest, untuk itu lakukan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya


Pada setengah hari, namaku tercantum sebagai peserta yang lulus dan berhak mengikuti tahapan test B.Inggris dan Wawancara dengan konsultan. Test model marathon macam ini bener-bener butuh kombinasi fisik dan psikologis yang prima. Setelah dihujani soal-soal psikotest, masih harus melalui tahapan b.Inggris dan pada akhir hari harus tampil prima dan meyakinkan dihadapan pewawancara. What a Day!

Saat test B.Inggris berlangsung, aku sudah bikin plan sempurna! aku memilih duduk di dekat speaker agar lebih jelas ketika sesi listening dimulai. Maklum telinga jawa seperti aku agak susah mencerna obrolan turis-turis :) Tempat duduk itu dekat dengan seorang peserta test yang membawa pensil 2B lebih dan karet penghapus. Bukannya tidak modal kawan, tapi pensil 2B ku raib entah kemana sedangkan adiknya, si karet penghapus, masih terkulai di kamar kost-an di Jakarta (baca:ketinggalan).


Sesi listening berjalan sempurna sesuai plan, aku pun juga meminjam pensil 2B dan karet penghapus sesuai plan. Namun penomeran sial di buku soal mengacaukan kekhusukan ku dalam menjalani test ini. Can you imagine, nomer soal di buku tidak singkron dengan nomer di lembar jawaban? maksudku begini, test ini terbagi menjadi 4 sesi dan setiap sesi kurang lebih terdiri dari 25 soal. sehingga nomer di lembar jawaban adalah 1-100, sementara nomer soal setiap sesi 1-25. Apa akibatnya?
Akibatnya cukup fatal,kawan! Aku akan cukup kerepotan jika kemudian aku menemui nomer 78 di lembar jawabanku kosong belum terjawab. Aku harus membolak-balik lembar soal lalu mencari no.78 berarti ada di sesi mana. Dan sialnya lagi setelah aku sampai di nomer 90 pada lembar jawaban ternyata setelah aku hitung aku baru mengerjakan 89 soal, nah lo! ada selisih satu nomer! setelah aku lacak dalam keadaan panik dan kehabisan waktu, no.82 berisi jawaban no. 83 dan jawaban no.83 berisi jawaban no.84 begitu seterusnya. Akhirnya aku melakukan recheck menyeluruh karena kuatir kesalahan ini meluas tanpa aku sadari.

Akibat insiden ini, aku sama sekali tidak optimis lolos test B.Inggris kali ini. Soal-soalnya sungguh tidak sulit, hanya saja insiden itu mungkin saja malah membuat banyak jawabanku yang tidak pas. Aku hanya bisa pasrah, hanya kebesaranNya lah yang mampu meloloskanku ketahap berikutnya.


Sesi wawancara dengan konsultan dijadwalkan berlangsung pukul 16:00, saat ini pukul 15:30, sudah masuk waktu Ashar, maka aku berlari-lari kecil ke Masjid Al Jihad. Pewawancaraku wanita muda, berkrudung, berparas manis, berperawakan kecil. Beliau adalah konsultan dalam seleksi kali ini dan berasal dari Universitas Gajahmada. Dalam kesempatan pertama beliau menyodorkan hasil karyaku saat sesi psikotest, sebuah gambar pohon berdaun lebat, berbatang keras, yang nampak kokoh dengan efek gradasi cahaya pada sisi batangnya. Dengan terangterangan beliau menyatakan suka pada gambar pohon yang aku beri nama Akasia. Jujur saja kawan aku sendiri belum tahu bagaimana rupa akasia itu. Dan itu adalah gambar pohon pertama sejak kapan ya?! sejak lama sekalilah, pada test sebelumnya aku hanya diminta gambar orang.
...[bersambung lagi yeeee]
Senin, 23 Agustus 2010 0 Comments

Seperempat Abad (Sebuah Catatan Perjalanan) - bagian kedua


[sambungan dari bagian pertama]



9 Agustus 2010 - Pagi Bandung :)

Pagi masih berbalut sepi di Pasteur Bandung,jam menunjukkan pukul 6.30 WIB. Aku percepat langkahku menyusuri underpass jembatan layang Pasopati. Aku agak terburu-buru pagi itu, maklum saja aku belum pernah naik angkot sendiri di kota Bandung. Aku hanya diberitahu untuk naik angkot dari bawah jembatan layang pasopati untuk bisa sampai ke Unpad.
Sudah hampir 7 bulan lebih aku "pisah ranjang" dengan moda transportasi angkutan umum macam angkot begini, aku selama di Jakarta kemana-mana menunggangi suprafit aset kantor.
Jangankan Bandung, kalau di Jakarta ada yang menanyakan "Bang, kalau ke Grogol dari Blok M nomer berapa?" maka aku hanya bisa tersenyum kecut sambil berkata " Maaf Bang, ndak tau".

Angkot di Bandung kurang lebih sama dengan di Malang, atau mungkin juga sama dengan di kota-kota lain. Hanya saja, ini mungkin hanya perasaan aku saja, angkot Bandung raja ngetem (berhenti, menunggu penumpang,tapi di tikungan jalan.red). Kalau sudah ngetem, Mang supir taunya hanya angkot dia penuh saja. Tidak peduli penumpangnya sudah terlambat masuk kantor, tidak peduli penumpangnya pada kegerahan, pun tidak peduli ada Ibu-ibu hamil mau "mbrojol". Dan aku bukannya tidak antisipatif, kawan! terhadap perlakuan tidak manusiawi Mang Supir. Alih-alih aku langsung buru-buru naik angkot yang lagi ngetem itu, aku justru memperlambat jalanku, dan terbesit aku tetep jalan saja melalui si angkot. Tapi ragu juga karena aku tidak yakin apa aku sudah berada di daerah trayek angkot menuju Unpad. Dilematis bukan? !
Di sela pikiranku yang masih "loading" menganalisa dan melakukan sintesa sebab akibat, Mang Supir malah berulah! dia sengaja memainkan pedal gas angkot sehingga jika dari sudut pandangku, si angkot sudah akan berangkat. Aku yang masih lugu, berteriak girang dalam hati dan menghamburkan diri naik ke angkot itu. Dan raut senang wajahku berubah beberapa detik kemudian setelah angkot bukannya jalan malah mundur ngetem lagi. Olala, aku tertipu! taktik maju-mundurnya angkot memperdayaiku.
Pagi itu aku memetik pelajaran moral no. 2 Kalau ada angkot ngetem dan melakukan trik maju-mundur, jangan terpedaya! tetap saja jalan terus ke depan, siapa tau ada angkot yang gak doyan ngetem melintas! trust me it works (70%) :)



Setelah sesi administrasi selesai, aku bergerak menuju masjid Al-Jihad Unpad, sudah masuk waktu shalat lohor. Kampus Unpad yang berlokasi di Dipati Ukur tidak terlalu luas dan hanya "dihuni" oleh fakultas ekonomi dan hukum saja (kalau tidak salah hehe). Jarak antara seleksi administrasi dengan pengumuman lolos seleksi administrasi sekitar 6 jam. Artinya pengumuman baru akan ditempel sekitar jam 18.00 WIB. Kami pun akhirnya memutuskan untuk wisata kuliner dan nonton film di BIP. Kami? seperti biasa aku selalu memiliki teman baru di mana saja aku mengikuti test. Ketika test di UI aku punya teman baru dari Fakultas Psikologi, yang ternyata aktivis ICW, ketika test di Sekolah Administrasi Pejompongan, aku pun mengakrabi kawan-kawan dari IPB, ITS maupun yang AJE (Anak Jakarte). Dari perkawanan inilah aku memiliki networking yang bertambah. Dan trust me (again), Man! it really fun dan bermanfaat.
Pelajaran moral no. 3 Ketika kita berada di lingkungan yang baru, salah satu tidakkan bijak yang dapat anda lakukan dengan efek jangka panjang adalah berkawan!

Sejauh ini aku cukup amazed dengan kawan-kawan baru yang aku temui selama merantau di Jakarta. Dulu sebelum aku menginjakkan kaki di kota ini, aku sudah membayangkan Jakarta adalah rimba belantara bagi pendatang seperti aku. Lebih-lebih berita di teve dan koran yang isinya dijambretlah, ditodonglah, diini lah diitu lah, yang semuanya membuat Jakarta terkesan angker. Namun Alhamdulillah, aku selalu mendapatkan kawan baru yang menyenangkan dan mendapat lingkungan yang very supportive, mungkin aku akan posting tersendiri masalah ini, kawan.

Selepas maghrib, Bandung diguyur hujan lebat, aku dan kawan-kawan peserta seleksi hanya bisa berteduh sembari berharap hujan akan segera berlalu. Hingga jam 19.00 WIB dalam kondisi yang sudah lelah dan ingin cepat pulang, pengumuman tak kunjung muncul. Aku cukup worry dengan keadaan seperti ini, secara fisik dan psikologis aku butuh kesegaran dan istirahat yang cukup untuk melanjutkan test esok hari (jika lolos). Namun kenyataannya aku masih stuck di Unpad, ditengah hujan yang cukup deras.

Alhamdulillah panitia kemudian menggotong sebuah papan pengumuman yang sudah tertempel nomor-nomor test yang lolos ke tahap berikutnya. Meskipun hujan tak kunjung reda kami berdesak-desakkan saling berebut ingin melihat apakah ada nomer kami tertera dipapan tersebut. Keadaan ini mengingatkanku pada desak-desakannya kita ketika melihat pengumuman UMPTN, yah kurang lebih seperti itu.
Dan Malam itu Allah mengabulkan doaku. Di tengah deras hujan yang mengalir dari kami berempat (kawan-kawan baru UNPAD) hanya aku yang lolos. Kami saling menguatkan dan berpisah sembari saling berucap doa kebaikan bagi satu sama lain.


[..bersambung lagi yaaa]

Footnote :
1. Gambar jembatan Pasopati dicuplik tanpa permisi dari sini

Sabtu, 21 Agustus 2010 1 Comments

Seperempat Abad (Sebuah Catatan Perjalanan) - bagian pertama

Beralaskan tikar gulung, saya memikirkan masa depan
Bermandikan lampu neon 75 watt, saya memikirkan masa depan


06 Agustus 2010 - Slipi, Jakarta

Tidak banyak yang tersisa, hanya 1 lembar uang lima puluh ribuan saja di dompetku. Untung saja sudah akan masuk bulan puasa, artinya proporsi pengeluaran bisa aku tekan seminimal mungkin. Lebih-lebih aku butuh lebih banyak proporsi uang untuk membiayai perjalananku ke Bandung tanggal 9-10 Agustus 2010. Ya, kawan, aku sedang merencanakan mengikuti test tahap awal sebuah Perbankan BUMN yang rencananya akan dihelat di Bandung. Jujur saja terbesit rasa gamang harus menempuh jarak ratusan kilometer, dan belum ada kepastian apakah aku mampu melalui test tahap pertama ini dengan mulus. Apalagi biaya yang harus aku keluarkan juga tidak sedikit. Benar-benar sebuah "perjudian".

Maka siang itu selepas jumat'an, aku berkeluh kesah sejadi-jadinya kepada Tuhanku. Tentang kesukaran, tentang pergulatan, tentang kehidupan yang makin lama makin tidak mudah.
Dalam doaku siang itu aku berkata " Laaqaulawalaquwwata illaabillah, tidak ada kuasa selain padaMu ya Rabb. Detik ini aku merendahkan diri dihadapMu, Duhai dzat yang Maha berkehendak, akan kemana aku ini akan Engkau arahkan? tempaan apalagi yang harus aku ikhlas belajar dari padanya? di kolong langitMu detik ini aku bersimpuh, di pintuMu aku mengetuk, pada kemurahanMu aku mengiba, aku tak dapat berpaling ya Rabb. Lapangkanlah jalan terjal di hadapanku, mudahkanlah segala urusanku, berikanlah aku kesempatan, meraih kehidupan yang lebih baik, demi Anak & Istriku kelak, Kabulkanlah ya Allah"..


08 Agustus 2010 - Tol Jakarta-Bandung
Awan hitam menyergap slipi seketika, bergulung-gulung dari timur menuju ke barat. Kelamnya memudarkan kilau matahari sore itu,gemuruhnya mengiringi keberangkatanku sore itu.
Shuttle service di kebun jeruk sudah mengkonfirmasi keberangkatanku pada pukul 19:30 WIB, sementara aku sedang asyik menyiapkan baju dan perlengkapan lain, printerku pun tak kalah sibuknya memuntahkan berlembar-lembar dokumen prasyarat test. Aku adalah termasuk bilangan orang yang cukup percaya dengan tagline "a well preparation is a good fondation of success". Aku gila persiapan, meskipun aku tidak bisa dibilang well-organised, namun im a good d*mn planner. Tabiat ini entah aku absorb dari siapa. Mungkin ibuku, ya, Ibu semestinya Master Planner.
Ini adalah foto yang menunjukkan persiapanku untuk menghadapi hari penting no 3 setelah urusan khitanan, yaitu hari sidang skripsi. Baju, jas almamater, celana hitam, dasi, semua sudah tergantung siap pakai tepat sehari sebelum ujian dimulai. Aku paling benci terburu-buru, situasi yang membuat seorang paling intelektual sekalipun akantend to forget something important.
Travelku membelah ruas jalan tol dalam kota, menyibak disela-sela kepadatan lalu lintas malam itu. Aku hanya bisa termangu saja menyaksikan kemacetan luar biasa yang seperti lumrah terjadi di Jakarta saban Jum'at. Rasa-rasanya semua orang tumpah ruwah di jalanan ingin secara berjamaah non antri non tenggang rasa non simpati saling berebut keluar Jakarta. Kalau sudah begini Jakarta-Bandung via Cipularang yang normalnya ditempuh 2 jam bisa molor hingga 3-4jam.
Perhatianku justru tertuju pada travelku ini. Rute Jakarta-Bandung sudah menjadi jalur sutra perekonomian Indonesia dewasa ini. Jalur ini bisa ditempuh dengan banyak macam moda transportasi. Kita kesampingkan dulu moda bus dan kereta, saya lebih tertarik mengamati moda shuttle service. Mungkin ada sebagian kita yang belum paham mengenai shuttle service, akan saya coba jelaskan dengan bebas ya, kurang lebih begini shuttle service adalah layanan jasa angkutan penumpang yang melayani perjalanan rute antar kota dengan inteval keberangkatan dari pool ke pool (mis: Jakarta-Bandung) Setiap jam (bahkan yang punya nama pakai simbol X, mengklaim keberangkatan setiap setengah jam sekali). Di daerah lain mungkin akan terlihat sama dengan travel, sekilas memang iya (sama-sama menggunakan jenis kendaraan L300 tapi ada juga yang pakai bus kecil), hanya saja shuttle service tidak menghantarkan kita sampai ketujuan kita (mis: rumah atau destinasi spesifik lain). Dia hanya dari pool ke pool. Hebatnya salah satu pelaku bisnis ini yang berafiliasi dengan white horse mengklaim jika penumpang hanya satu orang akan tetap berangkat. Saya tidak tahu persis siapa pemrakarsa shuttle service pertama untuk rute Jakarta-Bandung, tapi salah satu dari sekian nama yang cukup familiar ada inisial C dengan bisnis shuttle menggurita luar biasa.
Keadaan macet total di KM69 Tol Bekasi membuyarkan lamunanku mengenai shuttle service, kalau sudah begini memejamkan mata adalah opsi paling logis yang tersedia.

[...bersambung]
Jumat, 06 Agustus 2010 0 Comments

Titik Balik

Indahkanlah diri dan pribadimu, sebagai hadiah yang membahagiakan kekasih, keluarga, dan orang lain.

Tetapi jika mereka tak menghargai niat dan kebaikanmu,
bersabarlah.

Sesungguhnya setiap jiwa hanya bertanggung-jawab atas dirinya sendiri.

Peliharalah keterhubungan hatimu dengan Tuhan, bahkan di dalam pengabaian dan perendahan oleh orang lain.

Engkau jiwa yang khusus bagi Tuhan.
Bersabarlah.
Mario Teguh


Matahari menyeruak dari celah tirai tua yang menutupi celah dinding belakang kost. Mengeringkan tetes embun dan hujan kemarin sore. Sebagian sinarnya menyelusup masuk ke dalam kamarku di Slipi. Di timur langit biru terbuai, pertanda hari ini akan cerah luar biasa.
Berduyun-duyun pekerja berarak dari sudut-sudut kota Jakarta ibarat lebah mereka datang berkelompok, berpindah berkelompok, pulang berkelompok, ramai-ramai dan serentak, akibatnya saling tidak mau mengalah, berebut ingin segera sampai, akhirnya malah tumpah ruah, di jalan.

Aku lincah. Menjadi bagian dari "lebah-lebah" pekerja itu. Berayun disela-sela truk tronton. Berkelit dari Busway. Meskipun begitu sejatinya jantungku berdegup ekstra kencang. Salah perhitungan sedikit saja, nyawaku taruhannya.
Pasar Minggu, Pasar Kebayoran Lama, Pasar Pagi, Pasar Klender, Pasar Palmerah, Pasar Cengkareng, Terminal Bandara, Stasiun Kota, Stasiun Gambir, Terminal Pulo Gadung, Bandar Asongan Grogol, Asongan Kramat Jati. Dari Ujung Barat Citra Garden hingga ujung timur Pasar Kranji. Dari ujung utara Terminal Tanjung Priok hingga paling selatan Pasar Lenteng Agung. Itu adalah daerah-daerah yang selama 8 bulan ini aku akrabi secara intens. Selama 8 bulan itu aku jalani semua ini dengan penghayatan penuh seluruh ala Andrea Bocelli dan Sarah Brightman dalam lagunya "time to say goodbye".

Aku selalu lincah tapi suatu hari aku berhenti. Sebuah cerita dari seorang kawan membuyarkan semuanya. Seketika aku berdoa "Ya Allah,aku mohon Engkau membukakan semuanya..semuanya ya Allah..aku ingin kejelasan". Sungguh Tuhan Maha Mendengar doa-doa kita. Tiba-tiba secara perlahan tapi pasti aku menemukan jawaban itu sendiri. Kenyataan tentang atasan yang tidak jujur, tidak amanah, rekan yang berkhianat, dan kebobrokan-kebobrokan lain. Aku tercekat. Duniaku limbung.

Beberapa hari terakhir aku tidak lagi lincah. Berhari-hari aku memikirkannya. Sungguh berat menjadi orang dewasa itu. Tidak lagi menggantungkan diri namun harus jadi mandiri. Saat inilah baru aku dapatkan kenyataan hidup no.1 : Sejak kau menginjak usia dua puluhan tahun, hidup tidak lagi mudah. Dan di sini, disebuah sisi kota Jakarta, aku terpengkur, terperangkap, menerawang...

Idealisme kerjaku berantakan,mimpi-mimpi serasa porak-poranda, aku memang bukan orang yang betul-betul bersih dari dosa, namun ketidakadilan dan kecurangan yang ada begitu nyata, tak terelakkan dan begitu telak menikam hati kecilku.
Aku sendiri dan kawanku yang menyaksikan, kecurangan di gudang, kecurangan di kantor, kepicikan, manipulasi dan mafia-mafia kecil dalam bisnis ini. Aku takut menjadi bagian dari mereka. Namun aku masih terus berada dalam lingkaran ini, mendengar pandangan mereka, melihat perilaku mereka, dan lambat laun menarik satu per satu seperti mereka.
Sekarang setiap kali team meeting dan membuai kami dengan "puisi-puisi indah", aku hanya menunduk, menghitung hari yang tersisa untuk hanya sekedar melakukan yang standar. Terkadang aku hanya merebahkan diri di serambi masjid dikala bedug dan menghabiskan waktu hingga petang menjelang. Masa mudaku yang berapi-api serasa padam. Kurva hidup yang terus menurun ke bawah menyeretku menjadi pribadi yang
stagnan.

Orang muda harus jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, patah hati sepatah-patahnya, tertawa marah sedih rajin dan malas segila-gilanya,

tetapi,
...
dia harus segera bangkit, mendewasa, berdiri gagah, dengan bekas-bekas luka yang indah di wajah dan dada,

dan dengan anggun dan berwibawa,
dia berkata

Dengan kewenangan yang diberikan oleh Tuhan kepadaku,
dengarlah

AKULAH PENENTU KEBESARAN HIDUPKU SENDIRI.

Mario Teguh


Aku menunduk dalam ketika adzan jumat hari ini, sudut mataku basah menekuri lantunan suara sang muadzin. Betapa kecil eksistensiku di dunia ini. Betapa manusia maha tidak tahu segala hal. Betapa manusia hanya pelaku dan Tuhanlah yang menentukan jalannya sebuah cerita. Betapa mungkin sesungguhnya manusia tidaklah berkehendak, namun semuanya adalah kehendak-Nya. Betapa misteriusnya cara Allah membuka pikiranku, menyambung noktah-noktah kehidupanku, menuntunku mengumpulkan kepingan mozaik kehidupanku. Aku menjadi geram sekali. Pipiku telah basah. Anganku melayang kepada Ayah no.1 di dunia, Ibu yang penyayang, Adikku. Aku lalu melihat secercah sinar harapan diujung sana. Aku harus berlari menghampirinya. Pantang aku kemudian berpaling dari ikhtiar dan bersabar menjalani setiap episode-Nya. Aku harus berlari semakin kencang menangkap segala peluang. Bayangan keluarga kecilku ...anak dan istriku kelak..dalam syahdu jumat siangku kulantunkan doa titik balik kehidupanku. Bismillah ya Alloh
 
;