Selepas masa SMA, ayah tidak pernah berpikir untuk berkuliah. Setiap hari Ayah memikul padi, kayu apa saja untuk membantu Mbah Sastro. Hidup dari keluarga petani yang sederhana, Ayah meretas mimpi merajut asa. Karena keadaan ekonomi yang lemah Ayah dan sebagian besar saudara-saudaranya memilih untuk berkerja serabutan pada Mbah Sastro. Pada tahun 1970-1990, Sastrodinomo adalah keluarga terpandang, memiliki usaha pande besi, usaha angkutan bis antar propinsi belum lagi tanahnya yang berhektar-hektar. Sebelum kemudian ditinggal wafat oleh sang pemilik (Mbah Sastro kakung) bisnis keluarga ini menggurita di desa Kajar 40 km selatan Yogyakarta. Pakde pernah cerita bahwa dimasa jayanya, Pande Besi pernah memenangkan tender pemerintah untuk membuat 10.000 pacul (cangkul), 5.000 sabit, belum lagi pesanan seperti gamelan. Saat ini trah bisnis Sastrodinomo sudah porak poranda, diwarnai perebutan harta benda diantara para ahli warisnya.
Ayahku tidak pernah banyak bicara. Ayah hanya bicara jika memang ada hal penting yang harus disampaikan. Setiap jam 4 pagi Ayah sudah bangun dan mengambil handuk untuk kemudian mandi. Entah mengapa Ayah begitu suka dengan mandi pagi. Mungkin karena di desa Ayah dulu, air adalah lebih berharga daripada uang. Demi mendapatkan air, warga desa harus menempuh perjalanan 30 km menuju mata air dan kemudian "menyunggi" air kembali ke rumah. Kabupaten asal Ayah sering sekali masuk teve lebih-lebih di masa-masa kemarau. Nama Kabupaten itu adalah Gunung Kidul.
Ayah tidak lebih pintar dari Ibuku. Ayah baru bisa membaca Al-Qur'an pada tahun 2004, yaitu saat Ayah akan pergi Haji dengan Ibu sedangkan Ibu sudah fasih membaca Al-Qur'an sejak Ibu masih remaja. Ibu memang dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang jauh lebih baik daripada Ayah. Namun setelah belasan tahun kemudian, aku tahu Ayah adalah pribadi yang ulet dan berketetapan hati. Meskipun kadang dalam me-lafadz masih terdengar kaku, namun Ayah cuma butuh kurang dari setahun untuk menguasai baca Qur'an, padahal usia Ayah sudah tidak lagi muda.
Saat Ayah memutuskan untuk pergi haji, Ayah tidak berangkat hanya berdua dengan Ibu saja. Ayah memboyong serta Mbah Sastro Putri (Budenya Ayah) dan Mbah Darso Putri (Ibunya Ibu). Mbah-mbah yang sebenarnya sudah berusia lanjut ini awalnya ragu dapat menginjakkan kaki di Tanah Haram, namun Ayah dengan segala upaya meyakinkan beliau-beliau untuk ikut serta Haji bersamanya. Ayah tahu menjadi Haji adalah penyempurna iman seorang muslim, Mbah sebenarnya telah terpanggil secara finansial, namun fisik yang menua diyakini dapat menjadi penghalang.
Mbah Darso kemudian bercerita pernah suatu ketika saat Haji, Mbah tidak mampu lagi membawa kopernya sendiri. Padahal koper Haji berisi 5 liter air zam-zam, belum lagi barang bawaan lain. Ayah dengan sepenuh hati membawakan empat koper sekaligus (Aku sampai sekrang masih tidak bisa membayangkan hal itu bisa terjadi). Ayah juga harus selalu menjaga Mbah-Mbah dan juga Ibu selama ibadah haji berlangsung. Subhanallah..
Ayah adalah model orang desa yang sukses di kota. Setiap kali lebaran, Ayah selalu berkunjung ke tanah kelahiran. Setiap tahun tidak pernah terlewatkan, alhasil belum pernah sekalipun seumur hidupku aku shalat ied di Malang.
Setiap kali Ayah sampai di desa Kajar, teman-teman lama menyalami sambil tersenyum kagum. Setiap kali Ayah sampai di desa Kajar, Ayah bagaikan pahlawan pulang dari medan perang! Maklum jaman Ayah masih muda dulu, kebanyakan remaja seusia Ayah hanya jadi kuli angkut, supir bus Wonosari-Yogya, peladang, ataupun pekerja serabutan.
Profesi Account officer mungkin tidak pernah eksis di benak para pemuda-pemuda Kajar semasa itu. Sebenarnya Ayah juga demikian, hanya nasib, kerja keras dan doa Orang Tua yang mendasari kesuksesannya.
Ayah saat ini yatim-piatu, namun Ayah telah mampu membanggakan Orang tuanya, Kakek- Nenek Pawirodinomo di surga. Ayah bermimpi dan Tuhan memeluk mimpi-mimpi Ayah sehingga terwujud saat ini. Aku sangat bangga pada Ayahku ini, sewaktu sahur aku sampaikan ucapan selamat ulang tahun padanya. Aku kecup lembut tangan dan gurat-gurat kasar di wajahnya. Selamat Ulang Tahun aku ucapkan pada Ayahku, Ayah Juara satu.
0 Comments:
Posting Komentar