[sambungan dari bagian pertama]
9 Agustus 2010 - Pagi Bandung :)
Pagi masih berbalut sepi di Pasteur Bandung,jam menunjukkan pukul 6.30 WIB. Aku percepat langkahku menyusuri underpass jembatan layang Pasopati. Aku agak terburu-buru pagi itu, maklum saja aku belum pernah naik angkot sendiri di kota Bandung. Aku hanya diberitahu untuk naik angkot dari bawah jembatan layang pasopati untuk bisa sampai ke Unpad.
Sudah hampir 7 bulan lebih aku "pisah ranjang" dengan moda transportasi angkutan umum macam angkot begini, aku selama di Jakarta kemana-mana menunggangi suprafit aset kantor.
Jangankan Bandung, kalau di Jakarta ada yang menanyakan "Bang, kalau ke Grogol dari Blok M nomer berapa?" maka aku hanya bisa tersenyum kecut sambil berkata " Maaf Bang, ndak tau".
Angkot di Bandung kurang lebih sama dengan di Malang, atau mungkin juga sama dengan di kota-kota lain. Hanya saja, ini mungkin hanya perasaan aku saja, angkot Bandung raja ngetem (berhenti, menunggu penumpang,tapi di tikungan jalan.red). Kalau sudah ngetem, Mang supir taunya hanya angkot dia penuh saja. Tidak peduli penumpangnya sudah terlambat masuk kantor, tidak peduli penumpangnya pada kegerahan, pun tidak peduli ada Ibu-ibu hamil mau "mbrojol". Dan aku bukannya tidak antisipatif, kawan! terhadap perlakuan tidak manusiawi Mang Supir. Alih-alih aku langsung buru-buru naik angkot yang lagi ngetem itu, aku justru memperlambat jalanku, dan terbesit aku tetep jalan saja melalui si angkot. Tapi ragu juga karena aku tidak yakin apa aku sudah berada di daerah trayek angkot menuju Unpad. Dilematis bukan? !
Di sela pikiranku yang masih "loading" menganalisa dan melakukan sintesa sebab akibat, Mang Supir malah berulah! dia sengaja memainkan pedal gas angkot sehingga jika dari sudut pandangku, si angkot sudah akan berangkat. Aku yang masih lugu, berteriak girang dalam hati dan menghamburkan diri naik ke angkot itu. Dan raut senang wajahku berubah beberapa detik kemudian setelah angkot bukannya jalan malah mundur ngetem lagi. Olala, aku tertipu! taktik maju-mundurnya angkot memperdayaiku.
Pagi itu aku memetik pelajaran moral no. 2 Kalau ada angkot ngetem dan melakukan trik maju-mundur, jangan terpedaya! tetap saja jalan terus ke depan, siapa tau ada angkot yang gak doyan ngetem melintas! trust me it works (70%) :)
Setelah sesi administrasi selesai, aku bergerak menuju masjid Al-Jihad Unpad, sudah masuk waktu shalat lohor. Kampus Unpad yang berlokasi di Dipati Ukur tidak terlalu luas dan hanya "dihuni" oleh fakultas ekonomi dan hukum saja (kalau tidak salah hehe). Jarak antara seleksi administrasi dengan pengumuman lolos seleksi administrasi sekitar 6 jam. Artinya pengumuman baru akan ditempel sekitar jam 18.00 WIB. Kami pun akhirnya memutuskan untuk wisata kuliner dan nonton film di BIP. Kami? seperti biasa aku selalu memiliki teman baru di mana saja aku mengikuti test. Ketika test di UI aku punya teman baru dari Fakultas Psikologi, yang ternyata aktivis ICW, ketika test di Sekolah Administrasi Pejompongan, aku pun mengakrabi kawan-kawan dari IPB, ITS maupun yang AJE (Anak Jakarte). Dari perkawanan inilah aku memiliki networking yang bertambah. Dan trust me (again), Man! it really fun dan bermanfaat.
Pelajaran moral no. 3 Ketika kita berada di lingkungan yang baru, salah satu tidakkan bijak yang dapat anda lakukan dengan efek jangka panjang adalah berkawan!
Sejauh ini aku cukup amazed dengan kawan-kawan baru yang aku temui selama merantau di Jakarta. Dulu sebelum aku menginjakkan kaki di kota ini, aku sudah membayangkan Jakarta adalah rimba belantara bagi pendatang seperti aku. Lebih-lebih berita di teve dan koran yang isinya dijambretlah, ditodonglah, diini lah diitu lah, yang semuanya membuat Jakarta terkesan angker. Namun Alhamdulillah, aku selalu mendapatkan kawan baru yang menyenangkan dan mendapat lingkungan yang very supportive, mungkin aku akan posting tersendiri masalah ini, kawan.
Selepas maghrib, Bandung diguyur hujan lebat, aku dan kawan-kawan peserta seleksi hanya bisa berteduh sembari berharap hujan akan segera berlalu. Hingga jam 19.00 WIB dalam kondisi yang sudah lelah dan ingin cepat pulang, pengumuman tak kunjung muncul. Aku cukup worry dengan keadaan seperti ini, secara fisik dan psikologis aku butuh kesegaran dan istirahat yang cukup untuk melanjutkan test esok hari (jika lolos). Namun kenyataannya aku masih stuck di Unpad, ditengah hujan yang cukup deras.
Alhamdulillah panitia kemudian menggotong sebuah papan pengumuman yang sudah tertempel nomor-nomor test yang lolos ke tahap berikutnya. Meskipun hujan tak kunjung reda kami berdesak-desakkan saling berebut ingin melihat apakah ada nomer kami tertera dipapan tersebut. Keadaan ini mengingatkanku pada desak-desakannya kita ketika melihat pengumuman UMPTN, yah kurang lebih seperti itu.
Dan Malam itu Allah mengabulkan doaku. Di tengah deras hujan yang mengalir dari kami berempat (kawan-kawan baru UNPAD) hanya aku yang lolos. Kami saling menguatkan dan berpisah sembari saling berucap doa kebaikan bagi satu sama lain.
[..bersambung lagi yaaa]
Footnote :
1. Gambar jembatan Pasopati dicuplik tanpa permisi dari sini
0 Comments:
Posting Komentar