Sabtu, 21 Agustus 2010

Seperempat Abad (Sebuah Catatan Perjalanan) - bagian pertama

Beralaskan tikar gulung, saya memikirkan masa depan
Bermandikan lampu neon 75 watt, saya memikirkan masa depan


06 Agustus 2010 - Slipi, Jakarta

Tidak banyak yang tersisa, hanya 1 lembar uang lima puluh ribuan saja di dompetku. Untung saja sudah akan masuk bulan puasa, artinya proporsi pengeluaran bisa aku tekan seminimal mungkin. Lebih-lebih aku butuh lebih banyak proporsi uang untuk membiayai perjalananku ke Bandung tanggal 9-10 Agustus 2010. Ya, kawan, aku sedang merencanakan mengikuti test tahap awal sebuah Perbankan BUMN yang rencananya akan dihelat di Bandung. Jujur saja terbesit rasa gamang harus menempuh jarak ratusan kilometer, dan belum ada kepastian apakah aku mampu melalui test tahap pertama ini dengan mulus. Apalagi biaya yang harus aku keluarkan juga tidak sedikit. Benar-benar sebuah "perjudian".

Maka siang itu selepas jumat'an, aku berkeluh kesah sejadi-jadinya kepada Tuhanku. Tentang kesukaran, tentang pergulatan, tentang kehidupan yang makin lama makin tidak mudah.
Dalam doaku siang itu aku berkata " Laaqaulawalaquwwata illaabillah, tidak ada kuasa selain padaMu ya Rabb. Detik ini aku merendahkan diri dihadapMu, Duhai dzat yang Maha berkehendak, akan kemana aku ini akan Engkau arahkan? tempaan apalagi yang harus aku ikhlas belajar dari padanya? di kolong langitMu detik ini aku bersimpuh, di pintuMu aku mengetuk, pada kemurahanMu aku mengiba, aku tak dapat berpaling ya Rabb. Lapangkanlah jalan terjal di hadapanku, mudahkanlah segala urusanku, berikanlah aku kesempatan, meraih kehidupan yang lebih baik, demi Anak & Istriku kelak, Kabulkanlah ya Allah"..


08 Agustus 2010 - Tol Jakarta-Bandung
Awan hitam menyergap slipi seketika, bergulung-gulung dari timur menuju ke barat. Kelamnya memudarkan kilau matahari sore itu,gemuruhnya mengiringi keberangkatanku sore itu.
Shuttle service di kebun jeruk sudah mengkonfirmasi keberangkatanku pada pukul 19:30 WIB, sementara aku sedang asyik menyiapkan baju dan perlengkapan lain, printerku pun tak kalah sibuknya memuntahkan berlembar-lembar dokumen prasyarat test. Aku adalah termasuk bilangan orang yang cukup percaya dengan tagline "a well preparation is a good fondation of success". Aku gila persiapan, meskipun aku tidak bisa dibilang well-organised, namun im a good d*mn planner. Tabiat ini entah aku absorb dari siapa. Mungkin ibuku, ya, Ibu semestinya Master Planner.
Ini adalah foto yang menunjukkan persiapanku untuk menghadapi hari penting no 3 setelah urusan khitanan, yaitu hari sidang skripsi. Baju, jas almamater, celana hitam, dasi, semua sudah tergantung siap pakai tepat sehari sebelum ujian dimulai. Aku paling benci terburu-buru, situasi yang membuat seorang paling intelektual sekalipun akantend to forget something important.
Travelku membelah ruas jalan tol dalam kota, menyibak disela-sela kepadatan lalu lintas malam itu. Aku hanya bisa termangu saja menyaksikan kemacetan luar biasa yang seperti lumrah terjadi di Jakarta saban Jum'at. Rasa-rasanya semua orang tumpah ruwah di jalanan ingin secara berjamaah non antri non tenggang rasa non simpati saling berebut keluar Jakarta. Kalau sudah begini Jakarta-Bandung via Cipularang yang normalnya ditempuh 2 jam bisa molor hingga 3-4jam.
Perhatianku justru tertuju pada travelku ini. Rute Jakarta-Bandung sudah menjadi jalur sutra perekonomian Indonesia dewasa ini. Jalur ini bisa ditempuh dengan banyak macam moda transportasi. Kita kesampingkan dulu moda bus dan kereta, saya lebih tertarik mengamati moda shuttle service. Mungkin ada sebagian kita yang belum paham mengenai shuttle service, akan saya coba jelaskan dengan bebas ya, kurang lebih begini shuttle service adalah layanan jasa angkutan penumpang yang melayani perjalanan rute antar kota dengan inteval keberangkatan dari pool ke pool (mis: Jakarta-Bandung) Setiap jam (bahkan yang punya nama pakai simbol X, mengklaim keberangkatan setiap setengah jam sekali). Di daerah lain mungkin akan terlihat sama dengan travel, sekilas memang iya (sama-sama menggunakan jenis kendaraan L300 tapi ada juga yang pakai bus kecil), hanya saja shuttle service tidak menghantarkan kita sampai ketujuan kita (mis: rumah atau destinasi spesifik lain). Dia hanya dari pool ke pool. Hebatnya salah satu pelaku bisnis ini yang berafiliasi dengan white horse mengklaim jika penumpang hanya satu orang akan tetap berangkat. Saya tidak tahu persis siapa pemrakarsa shuttle service pertama untuk rute Jakarta-Bandung, tapi salah satu dari sekian nama yang cukup familiar ada inisial C dengan bisnis shuttle menggurita luar biasa.
Keadaan macet total di KM69 Tol Bekasi membuyarkan lamunanku mengenai shuttle service, kalau sudah begini memejamkan mata adalah opsi paling logis yang tersedia.

[...bersambung]

1 Comments:

mumun mengatakan...

potonya keren...siapa fotografernya tuh?

Posting Komentar

 
;