Minggu, 19 Desember 2010

Bogor - Jakarta (suatu ketika didekat jendela bis antarkota)


"Tissue,permen,tolak angin-tolak angin-tolak angin", kata seorang asongan membuyarkan konsentrasiku. It's 8:30 dan aku membisu dalam bus trayek bogor-jakarta. Tidak terasa sudah satu tahun dua bulan aku merantau keluar dari zona nyaman kota Malang,dimana aku mengeram lebih dari 20 tahun lamanya. Semua aku lakukan, demi Tuhan, bukan atas nama ambisi pribadi. Semata-mata aku ingin memprovide yang terbaik bagi anak dan istriku kelak. Mungkin sementara hanya ini yang bisa aku lakukan, mempersiapkan kemapanan finansial. "Lalu bagaimana dengan aspek rohani? Apakah aku sudah siap menjadi imam bagi istriku kelak? Bukankah menjadi suami itu pertanggungan jawabnya dunia-akhirat?"

Bukannya diri ini tidak mempersiapkan kematangan secara rohani,kematangan secara agama, tapi memang terusterang saja untuk persiapan aspek rohani menyisakan Pe-er yang cukup banyak. Logikanya sebelum aku ngopyak-ngopyak istriku baca qur'an,seyogyanya aku sudah rutin baca qur'an terlebih dahulu. Sebelum aku membangunkan sholat malam istriku, semestinya sholat malam sudah ibarat sego-jangan bagiku. Dan aku sampai saat ini belum bisa melakukan semua itu, hanya karir saja yang aku sudah bikin pathnya, yang lain masih kabur! Kedonyan mungkin ini kata yang pas. Bukannya tidak berpikir kearah sana, tapi maksud aku biar aku persiapkan secara berurutan tidak sekaligus. Bukan mengabaikan, aspek itu sangat penting, aku sepakat mutlak, namun kapasitasku masih belum mampu untuk mempersiapkan keduanya secara bersamaan. I'm not seeking for excuses. Kalau karena hal ini kemudian aku dianggap belum siap, that's not fair. Aku jadi teringat diskusi ringanku dengan Dimas waktu itu di sisi lapangan sebelum pertandingan Indonesia vs Vietnam, dia berujar "bro, ketika aku memilih seseorang untuk menjadi istriku, yang aku timbang-timbang adalah apakah dia bisa aku rubah agar sesuai dengan apa yang aku inginkan? Kalaupun aku harus menerima dia dengan kondisinya, sampai sejauh mana aku mampu mentolerir kelemahan-kelemahan/kekurangan dia" "no bodys perfect my friend" sambungnya. Kita bicara potensi seseorang, kita bicara possibility, bukan kondisi saat ini, masa kini. Karena everybodys changing, isn't it?
Kemudian terlantunlah dari bibir para musisi lagu jalanan yang numpang cari nafkah di dalam bis. Lagu berjudul "apa salahku" yang entah bagaimana bisa menambah sendu suasana bis pagi ini.
#Apa salahku, kau buat begini/kau tarik ulur hatiku/hingga/sakit yang kurasa...#

Nb : penulis sedang rindu setengah mati


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



2 Comments:

Anonim mengatakan...

Indonesia tidak pernah berhadapan dengan Vietnam di AFF

Andik mengatakan...

My mistake,hehe, ternyata itu indonesia vs Laos, demikian sekaligus ralat. Terimakasih koreksinya

Posting Komentar

 
;