Really inspiring article..(andik,2009)
Originally Written By :
Herry Tjahyono (Corporate Culture Therapist& President The XO Way), Jakarta
Published in Kompas 14 Februari 2009

Pada hari yang ditentukan, sang tukang bekerja dan selesai, lalu menerima upahnya. Dua minggu kemudian, sang tukang kembali menelpon dan menanyakan kepada Sang Bos, apakah keadaan pipa masih rewel atau tidak. Tak lupa lagi-lagi si Tukang berterimakasih karena sang Bos mau memakai jasanya. Sebagai catatan Tukang tersebut tidak tau bahwa si Bos adalah bos perusahaan Mercedez.
Dan akhirnya si Bos benar-benar terkesan dengan sang Tukang dan kemudian merekrutnya. Tukang tersebut bernama Christopher L Jr dan kini menjabat sebagai GM CUSTOMER SATISFACTION & PUBLIC RELATION MERCEDEZ BENZ.
Dalam sebuah wawancara, Christopher menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya bukan sekedar after sales service, namun lebih dari itu. Dia memandang bahwa tugas utama yang diembannya bukan saja membetulkan pipa namun juga keselamatan dan kenyamanan pemakai jasanya. Christoper melihat lebih Jauh dari tugasnya.
Kisah berikutnya datang dari James Gwee, seorang tua bernama Mr. Lim bekerja "hanya" sebagai door checker (memeriksa engsel pintu kamar hotel) di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Puluhan tahun dia menjalani profesi tersebut namun dia tetap konsisten, bersungguh-sungguh, tekun dan sebaik-baiknya.
Ketika ditanya apa dia tidak bosan dengan pekerjaannya yang begitu-begitu saja, dia mengatakan, yang bertanya adalah orang yang tidak mengerti tugasnya. Bagi Mr Lim, tugas utamanya bukan lah memeriksa engsel pintu., namun memastikan keselamatan para tamu hotel.

Hikmah
Kedua manusia diatas adalah tipe manusia-manusia yang bukan manusia biasa (good people) namun mereka adalah great people! meski jabatan mereka untuk suatu saat itu "rendah dan biasa saja". Mereka memiliki sikap mental yang lebih tinggi daripada jabatan mereka.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga, bahwa Pertama untuk menjadi manusia besar tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan teknis seseorang mengerjakan tugasnya. Kemampuan teknis (hard competence) boleh saja sama, tetapi sikap mental (soft competence) yang lebih menentukan seseorang menjadi orang yang besar atau tidak. Kedua, untuk mendapatkan soft competence tersebut maka kita harus melihat jauh kedepan dalam mengerjakan suatu hal (pekerjaan kita). Bukan hanya achievement saja, namun kita harus melakukan lebih. Kalau hanya mengerjakan sesuai job description saja, maka ini adalah tipikal manusia biasa.