Kamis, 07 Mei 2009

The Diary: Sebuah Kejujuran


Abis nonton komedian blak-blakan di metro TV aku jadi tertarik untuk melakukan hal yang serupa

My Life Begun @ 23

This the truth baru bener-bener merasakan hidup, deklarasi visi dan misi yang jelas, dan tentunya meletakkan tangga dan mulai meniti di dinding yang tepat (filosofi Stephen R. Covey) ketika memasuki usia 23.
Sedari kecil aku mencari definisi dari apa yang aku alami sendiri. Cinta pertamaku, putus cintaku, first salary, magang kerja dan lain-lainyang aku menyimpulkan dan menarik kesimpulan semua aku jalani tanpa ada sufficient guidance. Aku lebih suka menyelami kecemasanku, menata dan merasa setiap hempasan dalam jalan yang aku lalui, dan mengambil jalan yang mungkin kebanyakan tidak diambil atau dilalui orang lain. Aku merasa punya keyakinan kuat kepada jalan yang aku tempuh meskipun sering juga keyakinan itu kadang kuat kadang melemah.
Baru pada umur 22 akhir pertama kali berusaha terstruktur dan membuat resolusi 2008, "what a waste" mungkin itu yang akan muncul dari benak orang lain. But thats the truth, hidup yang aku jalani begitu spontan, begitu acak, tidak terpola dengan baik. Sekarang aku sedang bergelut untuk merubah kesemrawutan ini, aku tidak ingin kehilangan dan menyesal di akhir nanti. Lebih baik terlambat menyadari daripada tidak sama sekali.

The Filosofi

Aku percaya bahwa kita tidak boleh menilai, menghakimi seseorang melalui possesion yang dia miliki, jabatan yang dimiliki ataupun gaji per bulannya. Aku rasa yang paling penting bukan siapa tapi apa yang dikerjakan. Rumah mewah, mobil sport, status terlalu dangkal untuk menilai seseorang. Tapi lebih kepada apa yang dia kerjakan dalam hidupnya, sejauh mana kepedulian terhadap lingkungan dan orang lain. Bagaimana dia melakukan pelayanan (service) yang terbaik untuk orang lain dari apa yang bisa dia lakukan. Apa yang dia pikirkan untuk memberikan kontribusi pada orang lain..selalu orang lain bukan diri sendiri. Karena Pengusaha Sandal menjadi kaya akibat menyediakan pelayanan (service) sandal bermutu yang melindungi kaki kepada khalayak. Filosofi ini yang kadang mungkin membuat orang (bahkan orang yang terdekat) tidak bisa memahami kita.

Singkat kata bagaimana bisa hidup dengan selalu mengedepankan kepentingan orang lain? hidup seperti itu ibarat lilin yang menyediakan api sebagai penerangan sekaligus membinasakan diri.

Akan sangat sedikit yang dapat memahami, akan sangat sedikit yang bisa mengerti tapi ya bagaimana lagi inilah filosofi dan prinsip yang akan memberikan keteguhan dalam menjalani kehidupan.

Mencoba Mencari Hikmah dalam Segala Sesuatu

Sudah ketentuan bahwa hidup itu kadang susah kadang senang. Maka menurutku tinggal bagaimana kita memposisikan diri kita dengan sebaik-baiknya bukan dengan melawan keadaan tapi beradaptasi dengan segala keadaan yang ada. Lelah juga berproses menuju kelulusan yang cukup sulit dan berliku, selalu saja muncul penghalang dan masalah demi masalah hari demi hari.
2009 adalah tahun yang penuh cobaan dan pendewasaan diri. Tahun inilah kesiapan mental kesiapan dalam menjalani kehidupan riil dan kematanganku diuji. Istilahnya be or not to be..

Ketika hingga 6 tahun belum lulus juga banyak sekali sindiran miring, cercaan, omelan dan lain sebagainya, tentu saja apabila didengarkan semua yang ada justru keadaan makin parah. Aku akui telah membuat beberapa kesalahan fatal dalam perkuliahan sehingga kuliah bisa jadi begini lama. Tapi bukankah dengan melakukan kesalahan itu kita jadi tahu mana yang benar. Pada detik ini aku bersyukur melakukan kesalahan itu di bangku perkuliahaan bukan di kehidupan riil bermasyarakat. Hidup tidak berakhir disini, masih selalu terbuka kesempatan untuk memperbaiki diri. Banyak pelajaran berharga dan kiranya ada satu yang betul-betul bisa aku ingat sampai akhir hayat.
Bila saat ini keadaaan sedang sulit, anda hanya mendapatkan peran kecil, minor, bahkan mungkin remeh, jangan berputus asa. Perankan peran anda dengan baik. Perankan dengan sedemikian rupa agar anda siap untuk naik kelas. Sesungguhnya orang miskin yang tidak bisa memerankan kemiskinan dengan baik, bersabar dalam kekurangan maka hanya akan menjerumuskan dia ke dalam kemiskinan untuk waktu yang lebih lama lagi (Mario Teguh)

Dan sejak saat itu aku tidak peduli dengan opini orang lain, yang tahu hidup kita adalah kita dan Allah. Kita adalah nahkoda dari perahu-perahu kehidupan kita asal kita selalu di jalan yang benar tidak perlu risau atau minder.

Always Lonely

Kata-kata ini begitu pas menggambarkan kesunyian yang aku simpan rapi dalam hati. Selalu bergulat dengan pemikiran-pemikiran kadang membuat aku makin introvert. Oya aku baru sadar kalau ternyata aku introvert..aku kira aku cukup terbuka ternyata tidak. Mungkin banyak juga yang merasa aku ini gak ramah, ya sebenarnya gak gitu-gitu amat. Basicly sih ramah tapi hanya pada orang-orang dalam lingkaran pertemanan. Aku bikin eksperimen kecil-kecilan di warung, iseng-iseng aja pesn es teler dan maka krupuk, di warung ada dua cewek yang lagi asik ngobrol. Dan secara tanpa sadar aku duduk sibuk dengan makananku sibuk dengan gagasan-gagasan yang melayang-layang. aku tidak mempedulikan dan tidak tahu kalau ternyata dua cewek tadi menegur yah basa-basi lah sambil nunggu masakan. Gilanya lagi tidak sepatah kata yang muncul selain senyum seperlunya. Duh gawat banget personality ku ini, padahal punya cita-cita jadi marketer, how come?!
Mungkin deskripsi yang pas adalah aku punya duniaku sendiri dengan imajinasi tersendiri yang mungkin gak akan bisa dimasuki oleh orang lain begitu saja. Pantes aja hubungan cinta runyam.

At last..

Sudah lama menginginkan menuangkan semua dalam bentuk tulisan seperti sekarang ini. Mungkin 5 atau 10 tahun lagi aku bisa melihat kebelakang dan tersenyum dengan semua jaan dan pilihan yang aku ambil.
Kalaupun kegagalan yang aku temui semoga hanya kegagalan di Dunia, bukan di akhirat. .amien

0 Comments:

Posting Komentar

 
;