Jumat, 21 Agustus 2009

Amul Huzni



Sudah 7 bulan ini semua aku serahkan demi titel Sarjana Teknologi Pertanian disematkan dibelakang namaku. 7 bulan aku menyerahkan diriku demi skripsi. Sepanjang waktu itu pula diam-diam aku mencoba mencari pekerjaan dengan satu tujuan, memperbaiki semua sehingga kembali sedia kala. Aku merahasiakan ini semua karena belum tentu daya dan upaya ini bisa berhasil, bukankah terlalu beresiko melalui jembatan jika pondasi saja masih belum kering. Siapa tahu ini akan menjadi kejutan yang manis tak berperi?!

10 Januari 2009,
Dia adalah wanita yang pendiam, dan aku belajar bahwa wanita pendiam sesungguhnya memiliki rasa kasih sayang yang jauh lebih besar daripada wanita yang cerewet. Daun-daun berguguran ketika kami bertemu siang itu, tak banyak kata yang terungkap tapi aku tahu dia sedang memanggul beban yang berat. Wajahnya tak lagi berbinar. Aku tahu situasi kami sedang tidak bagus, aku tahu dia juga dalam posisi yang serba salah. Mungkin dia sudah muak dengan ketidakpastian dan cobaan yang datang seperti tak pernah putus. Maka aku tidak akan pernah menyalahkan dia. Aku selalu berjanji untuk mewujudkan semua impian yang pernah kita miliki, tapi hari itu bibirnya bergetar, mukanya pucat, aku sadar ada beban berat jika kami terus bersama. Air mata menepi di pelupuk matanya. Aku tiada lagi sanggup menahan diri jika dia kemudian menangis. Mungkin dia meratapi betapa berlikunya jalan yang harus kami lalui jika kami terus bersama. Aku tidak ingin melihat dia tidak bahagia, dan sampai detik ini aku mungkin menjadi beban bagi dirinya. Aku tidak sampai hati melihat dia hidup begitu terbebani. Hatinya yang lunak dan putih, mungkin akan terus terluka jika aku memaksakan untuk teru bersama. Aku dekatkan diriku padanya. Aku mengiyakan apa yang menjadi permintaannya. Aku tersedu sedan tanpa air mata. Anganku menembus cakrawala membawaku kembali pada sore itu...

Un Sol Em Noite (matahari dikala malam)
Aku masih terbayang-bayang perkataan Ibu waktu itu, "Jangan bersedih, apa tidak ada anak SMA3 di jurusanmu?". Ternyata langit menyimpan perkataan Ibu dan menjadikannya mozaik dalam kehidupanku. Sore itu penerimaan mahasiswa baru dijurusan, berderet-deret mahasiswa baru melakukan pendaftaran ulang dan harus melakukan interview dengan para seniornya. Aku lelah dan sama sekali tidak menarik apa yang terjadi saat itu di himpunan. Seketika itu juga aku berniat untuk secepatnya meninggalkan tempat. Ketika aku hendak keluar dari pintu Himpunan, sesosok wanita yang familiar mendadak muncul dihadapanku.
Juwita Malam Siapa Gerangan puan
Juwita Malam dari bulankah puan..

Dia tersenyum. Aku tahu aku juga mengenalnya. Diam-diam setelah dia pergi, aku kembali masuk ke Himpunan. Posisiku sebagai Ketua Pelaksana OPJ membuatku dengan mudah dapat mengakses semua data-data Maba 2004. Setelah melihat foto dan data diri, aku langsung mengetahui nama dan alamatnya. Rizki Fadila.Mataku berbinar, aku yakin aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

Di Dasar Jurang
Kamu adalah teristimewa
Kamu telah memberi banyak kekuatan untukku selama ini
Tapi tidak berarti kita harus bersama
Tidak perlu ada yang harus disesali, aku harap kamu juga demikian
Tidak ada cara yang mudah untuk mengatakan ini semua. Tapi aku yakin kamu mengerti.
Di satu titik perasaan itu mengkristal dan biarkan aku menyimpannya.
selamanya.
Ijinkan aku kembali berjalan di setapak kecilku.

Tuhan Tahu Aku Hanya Ingin Melihatnya Bahagia
Maka malam itu aku menelponnya, mungkin malam itu pula kami resmi berpisah. Malam 20 Agustus 2009, mata kami berkaca-kaca, aku yakin dia juga merasakan kepedihan mendalam seperti juga yang aku rasakan. Ingin rasanya aku memeluknya dan mendekapnya erat. Aku bangga dengan empat tahun kebersamaan dengannya. Perpisahan ini tidak ada apa-apanya. Aku sangat kehilangan karena kita selalu bersama. Dengan terbata dia berkata " Semuga kamu menemukan kebahagiaanmu Mas", aku hanya bisa diam, aku mengerti maksudnya. Hatiku menjadi dingin, pipi kami menjadi basah, betapa aku akan sangat kehilangannya. Malam itu bintang membawa pergi bulan pergi, keduanya tak kuasa menjadi saksi bisu kesediahan yang tumpah ketika kami berpisah. Semua ada disitu: kenanganku, cintaku, hatiku, kebahagiaanku, cita-citaku, jati diriku, tangisku, pacarku, adikku, kekasihku, garis nasibku dan semua perasaan sayangku.
Maka Jangan pernah kau samakan lada dengan pala
Berbeda rupa, tak padan rasa
Rela Kanda menginjak Bara
Demi cinta suci Adinda


Selamat Ulang Tahun ke 24, kabul kajate!
Selamat Ulang Tahun Mas Andik, 24 Tahun telah berlalu begitu banyak tentunya yang telah kamu alami. Begitu banyak pelajaran yang sudah kamu petik. Ini semua tentu sulit namun bukankah kesulitan adalah bagian dari tatanan hidup maha sempurna milik Sang pencipta? Lihat bagaimana Nabi Muhammad menjadi makin bertakwa setelah tahun kesedihan yang dia alami? Sosok Khadijah merupakan nikmat Allah yang paling agung bagi Rasulullah. Selama seperempat abad hidup bersamanya, dia senantiasa menghibur disaat beliau cemas, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalahnya, ikut serta bersama beliau dalam rintangan yang menghadang jihad dan selalu membela beliau baik dengan jiwa maupun hartanya. Tidak kah penderitaan mu ini hanya seujung kuku saja? renungkanlah..

3 Comments:

Andik mengatakan...

Footnote :
1. Penulis sudah pasrah bongkok'an ama pemilik langit.
2. Penulis sangat bingung dengan takdir, apakah dikejar ataukah diterima dengan lapang dada?

Sani mengatakan...

Ojok terus2an ngene ndik. lek ancen dalane wes gak mungkin mencapai tujuan, golek sing nyar ae, sik uwakeeeh dan aq percoyo awakmu iku tipe cowok dambaan wanita, perhatian, tegas, berwibawa, baik hati, dan seorang imam yang baik (aq gak menyebut kata tampan). Dan diluar sana msh banyak wanita yang bisa kau cari mana yang cocok dg dirimu, secara wanita : pria = 4:1
Kembalilah pada andik yang dulu, penuh semangat dan jantan, bukan andik yang cengeng..
Bangkit ndik!
Soal cewek2, lebih baik tanya cico, mgkn areke pny stok berlebih gawe dikenalno nang awakmu....

Andik mengatakan...

Mas..mas sampean lek komentar pancen paling iso :D haha! aku gak cengeng koq mas, bukankah seorang pemberani sekalipun pernah merasakan rasa takut. Aku cuma menikmati aja kepedihan yang sedang aku alami. insyaAllah tidak ada yang berubah. Kalau masalah pengganti terusteran masih bukan prioritas buat ku. Setiap saat situasi berubah. Aku konsen mempersiapkan diriku. Sehingga jika nanti momentum datang aku tidak lagi lies in the bottom of the sea. Terimakasih 15 tahun lebih kita bersahabat, tak kuduga kamu sudah semakin bijaksana my Bro :) pancen pantes diwenehi umur selawe,wkwkwwkkk

Posting Komentar

 
;