Selasa, 29 September 2009

UKIR (Untuk Kita Renungkan)


Suara tarkhim dari speaker masjid Al-Ghozali Tlogomas mengumandang membahana membelah suasana subuh. Menandai sekitar 10 menit lagi akan masuk waktu sholat subuh.

Sholatuwassalamualaih..lailahi nabi mujahidddiiiin..Ya Rosullaaahh…Sholatuwassalamualaih..Ya shiratul huda..Ya qoiroqoitillaaaah..( Syaik Mahmud Al-Husari) Tarkhim.mp3>>free download


Langit Tlogomas begitu cerah, secerah dini hari di Madinah Al-Munawwarah waktu itu. Para sahabat berkumpul di masjidmu. Angin sahara membekukan setiap jamaah yang hadir, gigi mereka bergemeretak dan kaki berguncang.

Tiba-tiba pintu hujrah terbuka dan Rasulullah pun datang. Sahabat-sahabat kemudian memandang engkau ya Rasul, "Assalamu'alaika ayyuhan nabi warahmatullahi wabarraktuh" terdengar suara sahabat memberikan salam secara bertaut-tautan. Kau pun tersenyum ya Rasul, Sahara pun mendadak berubah menjadi hangat. Kau pun bersabda "adakah air pada kalian?"

Seketika para sahabat sibuk memeriksa kantong-kantong mereka. "Berikan padaku wadah yang basah" sabda Mu. Sketika ratusan sahabat berebut mendekat dan masing-masing ingin mempersembahkan wadahnya kepada Nabiyullah. Nabi kemudian memilih satu wadah kosong, kemudian Subhanallah, dari sela-sela jarimu yang mulia mengalir air. Sahabat pun berdesak-desakan ingin berwudhu dari pancuran air suci Mu. Air tersebut begitu sejuk, begitu harum, begitu lezat. Abdullah bin Mas'ud pun mereguk dengan sepuas-puasnya.

Qad Qamatishalah..Qad Qamatishalah..para sahabatpun kemudian shalat bersama di belakang Nabi. Ayat-ayat suci terlantun begitu indah. Dada-dada pun berdesir mendengar lafadz-lafadz suci dariMu ya Nabi.
Seusai shalat dengan senyuman, Nabi bertanya "Siapakah makhluk yang paling menakjubkan imannya?"
Sahabat pun serempak menjawab "Malaikat ya Rasullulah"
Nabi menjawab " Bagaimana mereka tidak beriman sementara mereka berada di samping Tuhan mereka"
Sahabat lanjut menjawab "kalau begitu Nabi ya Rasul"
Nabi menjawab "bagaimana mereka tidak beriman sementara wahyu turun melalui mereka"
"kalau begitu kami ya Rasul, para sahabat Mu" jawab Sahabat kembali.
"Bagaimana kalian tak beriman padaku padahal aku berada di tengah-tengah kalian? Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman? Mereka menyaksikan apa yang mereka
saksikan." jawab Rasullullah.


Sahabat berkata " Aku tahu, ya Rasulallah, kami telah saksikan mukjizatmu. Kulihat wajahmu yang bersinar, kulihat air telah mengalir dari sela jemarimu, bagaimana mungkin kami tak beriman kepadamu. Lalu siapa sebenarnya yang paling menakjubkan imannya?"






Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. sahabat termangu. Ah, gerangan siapa mereka itu? Siapa yang kaupuji itu, ya Rasulallah? Sahabat menahan napas, mencurahkan segenap perhatiannya. Dan bibirmu yang mulia mulai bergerak, "Orang yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang datang sesudahku. Yang beriman kepadaku, padahal mereka tak pernah melihat dan berjumpa denganku. Yang paling menakjubkan imannya adalah orang yang datang setelah aku tiada. Yang membenarkan aku padahal mereka tak pernah melihatku. Mereka adalah saudara-saudaraku."

Sahabat terkejut " Ya Rasul, bukankah kami saudaramu juga?"

Nabi menjawab, "Benar, kalian adalah para sahabatku. Adapun saudaraku adalah mereka yang hidup setelah aku. Yang beriman kepadaku padahal mereka tak pernah melihatku. Merekalah yang beriman kepada yang gaib, yang menunaikan salat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka...(QS. Al-Baqarah; 3)"

Kau diam sejenak ya Rasulallah. Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. Kemudian kau berkata, "Alangkah rindunya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku. Alangkah beruntungnya bila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku."
Suaramu parau dan butiran air mata tergenang di sudut matamu. Kau ingin berjumpa dengan mereka, ya Rasulallah. Kau rindukan mereka, ya Nabiyallah. Kau dambakan mereka, ya Habiballah....

Sahabat pun iri kepada kita umat Nabi Muhammad. Mereka iri pada umat yang menatap wajah Nabi saja belum pernah, berjamaah dengan Nabi pun tak kan pernah. Pada Umat ini diberilah ganjaran yang lebih tinggi karena mereka beriman tanpa pernah melihat mukjizat Rasulullah, tidak pernah kering bershalawat walau tanpa pernah duduk berdampingan dengan Rasulullah.

Umat yang hidup dijaman Miyabi, Umat yang hidup hanya untuk makan sehari-hari
Umat yang dibuai harta, digelayuti dunia

Semuga kita tidak patah arang, tetap istiqamah di jaman yang serba susah..amin




Dimodifikasi dari tulisan KH. Jalaluddin Rakhmat dengan judul "Subuh yang Indah bersamamu, Ya Rasul"

0 Comments:

Posting Komentar

 
;