Jumat, 11 September 2009

Woman!


Woman/`wuman/kb. (j.women) wanita, perempuan. [kamus inggris-indonesia, Echols, M. John. 1987]


Tidak akan pernah cukup waktu untuk membahas makhluk ciptaan Allah yang satu ini, Tidak juga Sigmund Freud sang pemikir itu. Setelah puluhan tahun melakukan riset tentang wanita, dia tetap saja tidak mengerti dan memahami wanita. Kesimpulan sang pemikir hanya bahwa wanita itu sulit dipahami karena wanita kadang tak tahu apa sebenarnya yang dia inginkan. Aku juga jelas tidak dalam posisi berhasil memahami wanita, karena tentu saja jika aku berhasil memahami wanita, mungkin keadaanku tidak akan sendiri seperti sekarang ini.


Dalam sejarah juga telah tertulis bahwa rasulullah bukannya tanpa kesulitan untuk memahami Aisyah, wanita yang menjadi istrinya. Diriwayatkan bahwa selain memiliki paras yang cantik, kecerdasan dan iman yang luar biasa Aisyah adalah seorang pencemburu berat, posesif bahkan cepat sekali meradang. Pernah suatu ketika ketika Nabi sedang shalat malam setelah mengunjungi istrinya (yang lain) dengan penuh selidik Aisyah kemudian mendekat dan meneliti helai rambut Rasul hanya untuk mengetahui apakah bekas-bekas mandi. Aisyah juga pernah membanting nampan berisi makanan di depan tamu Rasul hanya karena terbakar cemburu akibat makanan yang di buatkan oleh istri Rasul yang lain. Namun riwayat juga menjelaskan betapa sabarnya Nabi memperlakukan istrinya yang satu ini. Beliau begitu memahami kegejolak muda Sang istri, maklum saja jarak usia antar keduanya juga cukup jauh. Aisyah adalah istri Nabi satu-satunya yang dinikahi ketika masih perawan. Bersama Asiyah, Nabi merasakan kegejolak asmara, bahkan Nabi pernah makan dalam satu piring dan minum dari gelas bekas Aisyah. Nabi bahkan minum dengan posisi bibir yang sengaja dipaskan pada posisi bekas bibir Aisyah, Subhanallah bikin ngiri saja kisah ini :)

Ibu pun sosok istimewa di rumah, meskipun bukan sebagai kepala keluarga namun tidak ada urusan di rumah ini yang tidak melewati ACC Beliau. Jika Ibu sudah bilang okey, maka Bapak tidak mungkin berkata tidak, namun jika Bapak berkata okey belum tentu Ibu akan setuju!

Pada suatu kisah diriwayatkan sahabat nabi, Ali, memiliki perasaan suka terhadap Fatimah, putri Nabi Muhammad. Ali ini merupakan pemuda yang luar biasa, selalu setia berjihad bersama Rasulullah dan bahkan dia adalah orang yang berbaring di ranjang Nabi, ketika Nabi melakukan hijrah ke Madinah, ketika itu ribuan kaum Quraisy sedang mengepung rumah Nabi. Ali mempertaruhkan diri dengan berpura-pura menggantikan Nabi dan tidur di ranjangnya. Hanya saja keinginan memperistri Fatimah mendapatkan tantangan luar biasa. Di saat yang bersamaan muncul kabar bahwa Abu Bakar Ash-shidiq juga menaruh hati pada Fatimah. Jika dibandingkan dengan Abu Bakar tentu saja Ali bukan apa-apa. Abu Bakar adalah orang terdekat Rasullullah, dimanapun Rasul berada maka Abu Bakar selalu setia disisinya. Namun lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah.

Setelah Abu Bakar gagal muncullah kandidat lain yakni Umar bin Khatab,Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan. Umar juga bukan sosok yang biasa beliau adalah muslim pemberani. Meskipun masuk Islam belumlah lama namun sejarah mencatat begitu hebatnya kontribusi Umar terhadap kemajuan islam. Sampai sampai Nabi bersabda " Ketika aku akan masuk masjid maka aku bersama Umar, ketika aku akan keluar masjid maka aku akan bersama Umar". Jelas sekali keutamaan Umar di mata Rasullullah. Namun lamaran Umar pun ditolak Fatimah.


Utsman bin Affan adalah pejuang cinta berikutnya yang berkeinginan melamar Fatimah. Utsman adalah miliardernya umat muslim saat itu. Kekayaan yang dimilikinya luar biasa. Utsman jelas bukan tandingan bagi Ali yang miskin. Ali begitu miskin sehingga tidak memiliki pakaian yang layak. Utsman juga merupakan sahabat Nabi yang berperan penting dalam dakwah Islam, karena pengaruh Utsman banyak saudagar-saudagar Arab kemudian masuk Islam. Jika dilihat dengan kondisi ini tentu saja tidak mungkin Fatimah menolak pinangan Utsman. Namun ternyata Fatimah pun tidak menerima lamaran Utsman.

Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!

Kini tibalah giliran Ali memantapkan hati untuk maju dan meminang Fatimah. Ali meminang dengan keadaan seadanya (baju besi dan tepung). Bahkan untuk rumah saja, teman-temannya kemudian berame-rame menyumbangkan uangnya (namun kemudian ditolak oleh Nabi). Sekali lagi wanita memang misterius, justru dengan ke-papa-an Ali, Fatimah jatuh hati. Maka Ali dan Fatimah menikah dengan rumah yang harus di cicil pembayarannya oleh Ali.

Dalam diri wanita masa depan sebuah bangsa. Dari wanita shalih lahirlah qari, alim, cendekiawan, pemimpin, dan generasi pemuda harapan bangsa. Pada diri wanitalah nasib sebuah bangsa ditentukan, apakah menjadi bangsa yang unggul atau malah menjadi bangsa yang melarat. Itulah sebabnya posisi wanita oleh Islam dihormati 3 kali lebih tinggi daripada posisi seorang pria.

Tidak ada yang lebih indah selain wanita berjilbab. Jilbabnya seorang wanita merupakan piagam kemenangan. Kemenangan atas diri, kemenangan atas Islam dan kemenangan atas dunia.

Tuhan begitu berrahasia pada tiga hal yakni rejeki, jodoh dan usia. Pada ketiganya tidak akan ditemukan jawaban meskipun pada Mama Laurent sekalipun. Titik poin tulisanku adalah perihal jodoh. Jodohku bisa jadi masih dalam lingkar pertemananku, atau mungkin sama sekali orang baru dalam kehidupanku.


Maka malam ini selain meminta pekerjaan, aku juga meminta diberikan wanita yang baik. Wanita yang mampu membuat rumahku berbinar terang di bumi. Wanita yang membahagiakan suaminya dan wanita yang akan memberikan anak, anak yang akan menjadi sumber pahala tak terputus meski aku telah tiada.

Footnote :
1) Terinspirasi dari Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
2) Sedikit Hirata tentunya :)


0 Comments:

Posting Komentar

 
;