Kamis, 08 Juli 2010

Meliora Cogito (i strive for the best)

Sejak pertama kali aku melihatnya waktu itu aku telah jatuh hati padanya. Cinta pada pandangan pertama. Rasa-rasanya sudah lama kebahagiaan jatuh cinta lagiku terperangkap dalam sebuah peti yang terkunci mati. Seperti banyak orang katakan cinta itu datangnya tiba-tiba, tak diduga dan tak ternyana. Kedatangannya bagaikan copet mengambil dompet dari saku belakang penumpang kereta api.
Aku rasa umur dia masih 20an tahun sama sepertiku,sobat. Aku tahu itu dari gaya berpakaian yang dikenakan malam itu di Semanggi. kulitnya tidak lebih hitam dari aku, kacamata yang dia kenakan menegaskan dia banyak menghabiskan waktu dengan membaca dan dari kerudung yang dia kenakan aku tahu dia seorang muslim.
Demi Tuhan tidak ada tegur sapa maupun kata yang terlontar saat kami berjumpa. walaupun jarak kami hanya tidak lebih dari 3hasta namun kami hanya berdiam diri. Sepertinya diapun tidak menyadari aku mengamati gerak geriknya sedari tadi. Sayangnya aku bukan Cassanova, kawan, tidak ada malam itu aku membuatnya terkesan. hanya sekedar berkenalan langsung pun aku segan.
Malam turun di Slipi seperti hanya untukku. Pertemuan dengan dirinya laksana mencekam diriku dalam kegundahan, agak sulit bagiku untuk sekedar terlelap. Rasa penasaran menyiksaku detik demi detik. tak habis-habisnya aku mengutuki diriku, kalau saja aku tadi memberanikan diri untuk berkenalan langsung dengannya. Pelajaran moral no.1 jangan pernah sia-siakan peluang didepan mata atau menyesal kemudian.


0 Comments:

Posting Komentar

 
;