Selasa, 25 November 2008 0 Comments

Aang dan Filosofinya

My best friend, Aang (semuga dipanjangkan umur dan diberkahi hari-harinya,amien), pas suatu waktu di hari yang cerah mendadak bertamu ke rumahku. Sedikit Flashback ya, Aang ini adalah teman yang bener-bener macam Ustadz buatku. Dia tempat aku bertanya, tempat aku mengeluh dan tempat aku belajar banyak hal. SMA dulu aku sebangku ma Aang. Dia bener-bener seorang teman dalam suka dan duka. Ketika aku sedang berduka di putusin pacar, sohib satu ini menghiburku dengan bermain piano (He's really talented!) menyanyikan lagu -Muse; Unintended.
Wah rasanya pengen nangis sekenceng-kenceng nya waktu dia mainin tu lagu. Menyayat banget. Cuma di depan dia aku bisa menangis sepuasku even di tengah shalat Jum'at di Aula SMA. Lain lagi kalau aku lagi ceria, dapet pacar baru misalnya, meskipun otomatis aku lebih sering meluangkan waktu buat pacaran tapi toh Aang tetep temen di sgala occasion. Aku juga masih inget gimana strict nya dia ma perempuan. Dia kalo ngomong ma cewek gak pernah saling menatap mata, haram! Yang bikin aku makin kagum lagi bahkan ketika dia juga mengalami virus merah jambu itu, dia gak terus terbuai dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak halal alias konsisten ma prinsip yang dia pegang (ini kata yang menurut saya paling tepat deskripsikan dia). Malahan dia makin puitis, makin lucu pokoknya hehehehe...
Dan kunjungan dia ke rumah waktu itu bener-bener ngobatin rasa kangenku ma dia.

Diatas kertas putih di ruang tamu ku tiba-tiba saja di langsung menggambarkan sesuatu. Aku bingung ngeliat ada garis dua terus masih pake digaris lagi jadi macam pagar gitu, kurang lebih begini gambarnya...


Aku sih tetep aja gak ngeh sama apa yang dia gambar itu, dan nampaknya Aang ngelihat tampang bloon ku itu (heheh jadi malu!).
"Kamu tau gambar ini maksudnya apa?" tanya dia.
"Gak tau Ang, mang tu apa sih!?"jawab ku.

Kemudian dengan telaten ia mnjelaskan bahwa itu adalah miniatur kehidupan manusia. Tentu saja saya terheran-heran gambar sederhana kayak gitu aja koq bisa jadi miniatur kehiudpan manusia !! Aang mengatakan bahwa garis pertama yang ada di paling atas sendiri itu adalah representasi dari umur kita, sedangkan garis panjang yang paling bawah itu adalah representasi dari angan-angan kita. Aku kemudian bertanya kenapa garis angan-angan lebih panjang?
"Ya karena manusia ini terus memiliki angan-angan, angan-angan besok mau ngapain, lusa mau ngapain, taun depan mau kemana pokoknya angan-angan manusia itu tidak akan ada habisnya, namun umur manusia tidak akan pernah mampu merealisasikan semua angan-angan itu, We don't live forever kan?!" kata Aang.
Saya termanggut-manggut dan mulai memahami miniatur bikinan Aang itu. Lalu garis-garis kecil yang melintang itu apa? menurut penjelasan Aang itu adaah representasi dari problema atau masalah. Artinya kurang lebih begini, manusia dalam menjalani hidup dia akan menghadapi satu problem pindah ke problem berikutnya, dari awal dia masih bayi dia sudah punya problem bicara belum jelas, ketergantungan pada Ibunya begitu beranjak remaja dan dewasa makin kompleks lah masalah yang manusia hadapi.
"Berarti dalam hidup tidak ada namanya hidup tanpa masalah dunk?!" kataku.
"Seperti yang kamu liat setiap inci umur kita setiap detik kita selalu punya problema entah besar entah kecil, benarkan kata orang bahwa hidup itu adalah perjuangan. Perjuangan mengatasi problem-problem yang dihadapi dalam hidup" kata Aang.

Sejenak aku kemudian merenung, dengan bantuan miniatur sederhana ini aku melihat hidup secara lebih holistik (menyeluruh) bukan lagi melihat secara satu persatu lagi karena sudah termakan rutinitas. Perbedaan cara pandang ini menawarkan sensasi yang berbeda buat diriku. Lamunanku dibuyarkan Aang dengan pertanyaan yang cukup mengagetkanku!
"Lalu kamu kalo sudah mencapai titik ini, apa yang kamu lakukan ?" kata Aang.
Dia menunjuk titik dimana itu adalah batas dari umurku. Jujur saja aku tidak siap dengan pertanyaan sangat mendasar macam ini. Aku serasa belum di bekali ilmu untuk membicarakan masalah ini. Belum selesai "loading"nya otakku, Aang kembali bertanya,
"usia kita sekitar 23-24 tahun, artinya jika harapan hidup orang Indonesia hanya sekitar 60 tahunan. Maka sudah 1/3 jatah umur telah kita lalui, sekarang coba kamu liat kebelakang, tindakan apa yang menurut kamu sudah bisa membuat kamu meninggalkan dunia dengan tenang dan bahagia menyongsong alam akhirat ?" tandas Aang.

Pertanyaan Aang ini makin membuat mesin-mesin di Otakku jadi ibarat mesin berkarat, serangkaian pertanyaan yang sederhana tapi jarang sekali dilontarkan orang kepadaku. Terus terang saja dalam hati aku menjawab "belum ada", iya belum ada satu dari tindakan ku di Dunia yang menurutku mampu menjawab pertanyaan Aang barusan! 1/3 usia aku habiskan dengan menjalani hidup as usual, paling hanya satu dua event yang memang berbeda. Tapi jujur saja ketika aku kemudian dengan keadaan seperti ini telah berada di batas usiaku! Wah ,,entah lah bagaimana perasaan ku saat itu.
Aang dengan filosofinya membuka cara berpikirku dan merubah cara pandangku terhadap hidup ini. Meskipun masih menyisakan banyak perenungan bagiku untuk mencari jawaban itu, namun paling tidak aku ucapkan terimakasih kepada sohibku ini. Youre the best Bro!
Sabtu, 22 November 2008 5 Comments

Desi Novitasari


Kalau kalian suka nonton Suami-suami takut Istri, pasti deh kalian gak akan ngelewatin pemeran cewek satu ini. Yap Pretty namanya. Pretty ini adlah "janda ikan asin" yang diberi peran jadi musuh bersama Istri-istri para suami takut Istri. Komedi lucu ini tayang di TransTv setiap senin-Jumat pukul 18:00 - 19:00.
Nah dibalik paras yang menggoda itu siapa sangka ternyata Desi alias Pretty itu bermuka dua!

Bermuka dua gimane maksud loe, Bro?! ya maksud saya begini kenyataan doi sebagai Pretty dan sebagai Desi ternyata tidak berbanding lurus. Si Pretty yang notabene menggoda dan sensual eh malah bukan pribadi asli si Desi. Usut punya usut si Desi ini gak punya darah keturunan mami-mami Belanda ataupun keturunan artis, malahan profesi dia sebelum ini adalah pialang saham!!huaahhh ...saya juga gak percaya koq.
Menurut info dari Cinema 21, Desi ini mengaku gak pernah terpikir untuk melakoni dunia ekting. Wanita kelahiran Jakarta 8 Desember 1984 (hah!'84 ? kirain kelahiran '80) saat itu tidak sengaja mengantarkan seorang temennya untuk kasting di Multivision. Ndilalah koq dia malah disuruh ikut kasting juga dan malah dapet peran Pretty itu (Jeli juga tu bag.kasting!) Yah inilah peribahasa datang tak diundang pulang tak diantar, hehehehe...gak nyambung!
Cewek yang akrab disapa Eci ini(eladalah koq namae weci :) tidak terlalu suka dengan image seksi kayak si Pretty itu dia lebih suka dengan image Smart. Dan nampaknya bakal terakhir kali dia berperan dengan image sexy ala Prett, dia sudah mendeklarasikan mencoba mencari peran lain kalau ada kesempatan. "Yah lebih selektiflah, Mas" begitu kata dia kepada saya.LHo?!kapan ketemu ne? heheheheh..
Pemeran Pretty memang cukup menghibur di Komedi Suami-suami takut Istri, tanpa Pretty maka komedi tersebut akan kehilangan separuh pemirsa lelakinya, hoho iya tah? ibarat makan sayur gak pake garam lah ..



Minggu, 16 November 2008 2 Comments

Apa itu Twitter ?


Menurut Wikipedia twitter adalah sosial networking gratis yang membuat kamu dapat mengupdate apa kegiatan kamu dalam satuan menit, jam, hari, bulan dst sekaligus kamu juga bisa mengetahui aktifitas apa saja yang dilakukan oleh teman atau orang lain yang memakai twitter juga.
Lebih kerennya lagi update yang kamu lakukan selain dapat melalui komputer (tentu saja harus konek internet), twitter juga bisa dipudate via Mobile device !keren kan..

Kalau kamu perhatikan di sisi kanan blog saya ada juga twitternya kan!nah seperti itulah kurang lebih keunikan widget satu ini. Twitter.com sebenarnya sudah berdiri sejak 2006 di san Francisco dan pada tahun 2008 bulan November sudah sekitar 5 juta orang mempunyai account twitter.
Yang lebih asyik lagi, buat kamu yang fans ma salah satu figur coba deh kamu cari twitternya. Biasanya formatnya begini [ twitter.com/username] contoh nya kayak punya saya [twitter.com/andikababulu], hemm kalo gak salah Obama juga maen twitter-twitteran..heheheheh
Twitter bener-bener unik dan widget ini masih banyak menyisakan ruang untuk improvisasi, kita tunggu saja ada update apa dari twitter.com. Kalo pun kamu bukan artis tentu nya kamu mau dunk punya follower alias orang yang mengikuti segala update mu via twitter,gmana ? asikkan !?
viva twitter..

Sabtu, 15 November 2008 4 Comments

Pudarnya Pesona Cewek-Cewek lain


15 Nopember 2008
18:38

"Kadang aku merasa masih belum mampu membalas semua kebaikan,
Semua kasih sayang yang kamu berikan. Rasanya hati ini berdosa sudah berulang kali bersalah kepadamu.
Ketika anganku ingin mencari wanita sempurna untuk mengisi hariku, justru aku menafikan keberadaanmu. Kecantikan kadang membuat aku buta sehingga begitu mudahnya hati ini ditipu.
Kau dengan semua ktidak sempurnaanmu malah mampu memahami semua kelemahanku.
Kau mau terus berdiri mendukungku ketika yang lain meninggalkanku..
Kau memahami dan terus memberi arti
Adakah hal yang lebih berharga selain itu semua?
Apakah paras wajah dan kecantikan mampu menghapus semua beban hidupku?
Hanya Kau dan keajaiban kecilmu........."
Untuk teman-temanku, semua sebuah kisah yang kuharap mampu
Menjernihkan hati, menyegarkan pikiran dan membuat anda memiliki cara pandang baru terhadap
Orang yang kalian sayangi!
[Dedicated to: rzk_fadila]


Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal.” Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu” kata ibu.”Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu”, ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku. Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai.

Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, “cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah.

Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia. Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan hiburan group rebana. Lantunan shalawat Nabipun
terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai.
Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama
dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihanamulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang
kerja.Aku merasa hidupku adalah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia. Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab ” tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga”.

Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, “kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku” tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. “wallahu a’lam” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah?
Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini”. Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku.

Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku. Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi. Memang aku berangkat pagi karena ada janji
dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir. “Mas tidak apa-apa” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya,
lima menit lagi mendidih” lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. “Mas airnya sudah siap” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. “Mas aku buatkanwedang jahe”. Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak
bisa kutahan. Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. ” Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. “Mas jangan diam saja dong, akukan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas”. “Biasanya dikerokin” jawabku lirih. ” Kalau begitu kaos mas
dilepas ya, biar Hana kerokin” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yanghalus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok buburkacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. KulihatRaihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan
Cleopatra.

Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya.”Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu”kata Ratu Cleopatra. ” Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran,aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu”. Aku mempersiapkan segalanya. Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakanakududuk di kursi yang berhias berlian. Aku melangkah maju, belum sempat duduk,tiba-tiba ” Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya”kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. “Maafkanaku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya” lirih Hanasambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus
harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.

Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisanCleopatra.” Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua
keluarga akandatang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng,tidakenak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang” Suara lembutRaihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe. Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. “Maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. “Mbak! Eh maaf, maksudku… Dinda
Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. ” Ya Mas!”sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil “dinda”. ” Matanya sedikit berbinar. “Terima kasih dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan. Raihana menatapku dengan
wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. “Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?”. Hana begitu bahagia. Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap
sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikapdinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan
Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri didunia ini.

Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. “Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan ibundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal. Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia. Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana. Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga
kewibawaanku dimata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. “Sudah satu tahun putra sulungku
menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu” kata ibuku. “Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankahbegitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis. Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku
bertanya” Mana tanggung jawabmu!” Aku hanya diam dan mendesah sedih. “Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta” gumamku. Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan keenam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, “Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, nomor pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita”.

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya.Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saataku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku
benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku
terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.

Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan.Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. “Apakah kamu sudah menikah?” kata Pak Qalyubi. “Alhamdulillah, sudah” jawabku. ” Dengan orang mana?. “Orang Jawa”. “Pasti orang yang baik ya. Iyakan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?”. “Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran”. “Kausangat beruntung, tidak sepertiku”. “Kenapa dengan Bapak?” “Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang”. ” Bagaimana itu bisa terjadi?”. “Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil,orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predikat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia. Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantuk itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua. Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan Yasmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi Yasmin. Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali keMedan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. Kami langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali Yasmin tidak bisa. Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidupdengan tenangdan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisaberdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rendang, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia. Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncakpenderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapidia tidak mau.Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir. Saya menyesal meletakkan kecantikan diatassegalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah,yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedy yang menyakitkan. “Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir”. Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal. Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan.Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong. Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang”. Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya. Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku.Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila!Jangan-jangan istriku serong. Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selamaini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku. “Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Muyang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. YaRabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba” tulis Raihana. Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa” Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku. Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau Maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecualiEngkau, Maha Suci Engkau”. Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luarbiasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angin sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihana tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana. Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan airmataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap airmataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu-sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. ” Mana Raihana Bu?”. Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.” Raihana istrimu..istrimu dan anakmu yang dikandungnya”. Ada apa dengan dia”. “Dia telah tiada”. “Ibu berkata apa!”. ” Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia< berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia mintakau meridhionya”. Hatiku bergetar hebat. “Kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?”. “Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untukmenjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi maafkanlah kami”. Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya diatelah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira. Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua. Sumber :Buku: Pudarnya Pesona Cleopatra ( Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa) Karangan: Habiburrahman El Shirazy ( Penulis Novel best seller Ayat-ayat cinta)
 
;