Rabu, 30 September 2009 0 Comments

Mamali (Mari Memaknai Kembali)


Sebagaimana menanam keburukan maka akan menuai keburukan, sedangkan jika kita menanam kebaikan pun akan sering berbuah kebaikan pula. Dan satu kebaikan kecil akan memberikan perubahan yang luar biasa besar [sang pemimpi, hal. 184]


Seberapa banyak dari kita yang telah mulai kehilangan makna dalam menjalani hidup di dunia ini? Alih-alih berbuat yang terbaik justru malah larut dalam rutinitas tanpa makna.

Betapa banyak dari kita mulai dengan ringan mengucap kata "Miss You" atau "Aku Sayang Kamu" kepada pasangan kita dalam kondisi sekedar membuat pasangan kita tidak jadi cemberut. Kata yang diucapkan begitu enteng, saking entengnya tidak sampai semenit sudah menguap bak tetesan alkhohol pada kulit manusia.

Atau betapa banyak Istri-istri jaman sinetron "Isabella" mulai lupa bagaimana menyambut suaminya pulang dari kerja. Ada yang dengan santainya berkata "Kopi-nya bikin sendiri deh , Pa!" sambil meneruskan menonton televisi. Pun demikian sang Suami, himpitan deadline kerjaan lebih penting ketimbang melihat perkembangan si kecil yang mulai belajar mengeja.

Apa jadinya Dunia ini jika kemudian Pak Tani sudah kehilangan makna bercocok tanam? Ketika yang dipikirkan hanya meraup keuntungan besar tanpa memikirkan kualitas dari bulir-bulir padi yang dihasilkan, tingkat penggunaan pestisida, maupun dalam pengolahan lahan pertanian itu sendiri.

Apa yang kemudian akan terjadi jika penarik gerobak sampah tidak lagi punya makna dalam menjalani tugas-tugas mengangkut sampahnya? Disela peluhnya yang bercucuran maka sambil menggerutu dia sekadar memindahkan sampah dari tong ke gerobak. Dia tidak berusaha memaknai bahwa tanpa kehadiran mereka Dunia sudah tertutup sampah saat ini.



Lalu apa jadinya ketika Guru-guru dan Dosen kemudian rame-rame melamar jadi pegawai perusahaan minyak atas dasar perbaikan kesejahteraan. Yang terjadi adalah kekosongan garda depan pembebas bangsa dari buta aksara, the lost generation bahkan mungkin sikap kebinatangan merajalela di segala penjuru bumi tanpa sentuhan pelajaran budi pekerti.

Saudara-saudaraku yang sedang berjubel dalam bis kota demi sesuap nasi di Ibu kota, kawan-kawan buruh yang menjadi roda perekonomian negara dan pemimpin-pemimpin bangsa yang sedang merumuskan strategi memakmurkan negeri. Mari kita rehat sejenak dari kesibukan yang kita lakukan saat ini dan bertafakur sejenak. Apakah tanda-tanda kehilangan makna sudah mulai menodai aktifitas anda sehari-hari?apakah yang anda kerjakan saat ini hanyalah semata demi gajian esok nanti? Apakah anda sering mengeluh dengan keadaan yang anda alami saat ini?


Mari kita rubah dunia ini dengan satu langkah kecil, kawan. Memaknai kembali segala aktifitas yang sekarang kita lakukan. Dengan kesadaran penuh tentang pentingnya peran-peran anda dalam menjaga kehidupan ini tetap balance, maka tidak perlu risau jika saat ini anda adalah seorang penjual sayur, berangkatlah dengan ikhlas setiap shubuh menjelang, memutari blok demi blok perumahan mejajakan sayur-mayurmu, karena disetipa rumah ada anak-anak yang membutuhkan gizi dari sayurmu itu. Bagi penjual gado-gado diseputaran kampus, ikhlaskan setiap cucuran keringat yang jatuh ke bumi setiap kali engkau menghaluskan bumbu kacang, karena mahasiswa-mahasiswa calon penerus bangsa membutuhkan nutrisi untuk berpikir mengerjakan tesis mereka tentang persoalan bangsa. Terakhir namun tak kalah penting, bagi para pelajar di seantero nusantara, dibahu-bahumu ini kemudi bangsa nantinya disandarkan, maju atau hancurnya bangsa ini terletak pada derap langkahmu menuntut ilmu 6 hari seminggu.

Tidak satu tetes pun keringat jatuh ke bumi tanpa sepengetahuan-Mu, tidak satu ujung daun pun jatuh ke bumi tanpa kehendak-Mu. Maka hebatkanlah kami dalam mengejar ridho-Mu. Ilhamkan lah keikhlasan yang luhur dalam setiap detak jantung kami. Dan jika kami tidak Engkau beri peran besar di bumi ini maka cukup Engkau lipat gandakan peran-peran kecil di setiap langkah kami. Amin


Footnote :
[original post in http://andikababulu.blogspot.com/2009/09/mamali-mari-memaknai-kembali.html]
[terinspirasi oleh Cahaya yang Baik]

Selasa, 29 September 2009 0 Comments

UKIR (Untuk Kita Renungkan)


Suara tarkhim dari speaker masjid Al-Ghozali Tlogomas mengumandang membahana membelah suasana subuh. Menandai sekitar 10 menit lagi akan masuk waktu sholat subuh.

Sholatuwassalamualaih..lailahi nabi mujahidddiiiin..Ya Rosullaaahh…Sholatuwassalamualaih..Ya shiratul huda..Ya qoiroqoitillaaaah..( Syaik Mahmud Al-Husari) Tarkhim.mp3>>free download


Langit Tlogomas begitu cerah, secerah dini hari di Madinah Al-Munawwarah waktu itu. Para sahabat berkumpul di masjidmu. Angin sahara membekukan setiap jamaah yang hadir, gigi mereka bergemeretak dan kaki berguncang.

Tiba-tiba pintu hujrah terbuka dan Rasulullah pun datang. Sahabat-sahabat kemudian memandang engkau ya Rasul, "Assalamu'alaika ayyuhan nabi warahmatullahi wabarraktuh" terdengar suara sahabat memberikan salam secara bertaut-tautan. Kau pun tersenyum ya Rasul, Sahara pun mendadak berubah menjadi hangat. Kau pun bersabda "adakah air pada kalian?"

Seketika para sahabat sibuk memeriksa kantong-kantong mereka. "Berikan padaku wadah yang basah" sabda Mu. Sketika ratusan sahabat berebut mendekat dan masing-masing ingin mempersembahkan wadahnya kepada Nabiyullah. Nabi kemudian memilih satu wadah kosong, kemudian Subhanallah, dari sela-sela jarimu yang mulia mengalir air. Sahabat pun berdesak-desakan ingin berwudhu dari pancuran air suci Mu. Air tersebut begitu sejuk, begitu harum, begitu lezat. Abdullah bin Mas'ud pun mereguk dengan sepuas-puasnya.

Qad Qamatishalah..Qad Qamatishalah..para sahabatpun kemudian shalat bersama di belakang Nabi. Ayat-ayat suci terlantun begitu indah. Dada-dada pun berdesir mendengar lafadz-lafadz suci dariMu ya Nabi.
Seusai shalat dengan senyuman, Nabi bertanya "Siapakah makhluk yang paling menakjubkan imannya?"
Sahabat pun serempak menjawab "Malaikat ya Rasullulah"
Nabi menjawab " Bagaimana mereka tidak beriman sementara mereka berada di samping Tuhan mereka"
Sahabat lanjut menjawab "kalau begitu Nabi ya Rasul"
Nabi menjawab "bagaimana mereka tidak beriman sementara wahyu turun melalui mereka"
"kalau begitu kami ya Rasul, para sahabat Mu" jawab Sahabat kembali.
"Bagaimana kalian tak beriman padaku padahal aku berada di tengah-tengah kalian? Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman? Mereka menyaksikan apa yang mereka
saksikan." jawab Rasullullah.


Sahabat berkata " Aku tahu, ya Rasulallah, kami telah saksikan mukjizatmu. Kulihat wajahmu yang bersinar, kulihat air telah mengalir dari sela jemarimu, bagaimana mungkin kami tak beriman kepadamu. Lalu siapa sebenarnya yang paling menakjubkan imannya?"






Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. sahabat termangu. Ah, gerangan siapa mereka itu? Siapa yang kaupuji itu, ya Rasulallah? Sahabat menahan napas, mencurahkan segenap perhatiannya. Dan bibirmu yang mulia mulai bergerak, "Orang yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang datang sesudahku. Yang beriman kepadaku, padahal mereka tak pernah melihat dan berjumpa denganku. Yang paling menakjubkan imannya adalah orang yang datang setelah aku tiada. Yang membenarkan aku padahal mereka tak pernah melihatku. Mereka adalah saudara-saudaraku."

Sahabat terkejut " Ya Rasul, bukankah kami saudaramu juga?"

Nabi menjawab, "Benar, kalian adalah para sahabatku. Adapun saudaraku adalah mereka yang hidup setelah aku. Yang beriman kepadaku padahal mereka tak pernah melihatku. Merekalah yang beriman kepada yang gaib, yang menunaikan salat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka...(QS. Al-Baqarah; 3)"

Kau diam sejenak ya Rasulallah. Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. Kemudian kau berkata, "Alangkah rindunya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku. Alangkah beruntungnya bila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku."
Suaramu parau dan butiran air mata tergenang di sudut matamu. Kau ingin berjumpa dengan mereka, ya Rasulallah. Kau rindukan mereka, ya Nabiyallah. Kau dambakan mereka, ya Habiballah....

Sahabat pun iri kepada kita umat Nabi Muhammad. Mereka iri pada umat yang menatap wajah Nabi saja belum pernah, berjamaah dengan Nabi pun tak kan pernah. Pada Umat ini diberilah ganjaran yang lebih tinggi karena mereka beriman tanpa pernah melihat mukjizat Rasulullah, tidak pernah kering bershalawat walau tanpa pernah duduk berdampingan dengan Rasulullah.

Umat yang hidup dijaman Miyabi, Umat yang hidup hanya untuk makan sehari-hari
Umat yang dibuai harta, digelayuti dunia

Semuga kita tidak patah arang, tetap istiqamah di jaman yang serba susah..amin




Dimodifikasi dari tulisan KH. Jalaluddin Rakhmat dengan judul "Subuh yang Indah bersamamu, Ya Rasul"

Jumat, 11 September 2009 0 Comments

Woman!


Woman/`wuman/kb. (j.women) wanita, perempuan. [kamus inggris-indonesia, Echols, M. John. 1987]


Tidak akan pernah cukup waktu untuk membahas makhluk ciptaan Allah yang satu ini, Tidak juga Sigmund Freud sang pemikir itu. Setelah puluhan tahun melakukan riset tentang wanita, dia tetap saja tidak mengerti dan memahami wanita. Kesimpulan sang pemikir hanya bahwa wanita itu sulit dipahami karena wanita kadang tak tahu apa sebenarnya yang dia inginkan. Aku juga jelas tidak dalam posisi berhasil memahami wanita, karena tentu saja jika aku berhasil memahami wanita, mungkin keadaanku tidak akan sendiri seperti sekarang ini.


Dalam sejarah juga telah tertulis bahwa rasulullah bukannya tanpa kesulitan untuk memahami Aisyah, wanita yang menjadi istrinya. Diriwayatkan bahwa selain memiliki paras yang cantik, kecerdasan dan iman yang luar biasa Aisyah adalah seorang pencemburu berat, posesif bahkan cepat sekali meradang. Pernah suatu ketika ketika Nabi sedang shalat malam setelah mengunjungi istrinya (yang lain) dengan penuh selidik Aisyah kemudian mendekat dan meneliti helai rambut Rasul hanya untuk mengetahui apakah bekas-bekas mandi. Aisyah juga pernah membanting nampan berisi makanan di depan tamu Rasul hanya karena terbakar cemburu akibat makanan yang di buatkan oleh istri Rasul yang lain. Namun riwayat juga menjelaskan betapa sabarnya Nabi memperlakukan istrinya yang satu ini. Beliau begitu memahami kegejolak muda Sang istri, maklum saja jarak usia antar keduanya juga cukup jauh. Aisyah adalah istri Nabi satu-satunya yang dinikahi ketika masih perawan. Bersama Asiyah, Nabi merasakan kegejolak asmara, bahkan Nabi pernah makan dalam satu piring dan minum dari gelas bekas Aisyah. Nabi bahkan minum dengan posisi bibir yang sengaja dipaskan pada posisi bekas bibir Aisyah, Subhanallah bikin ngiri saja kisah ini :)

Ibu pun sosok istimewa di rumah, meskipun bukan sebagai kepala keluarga namun tidak ada urusan di rumah ini yang tidak melewati ACC Beliau. Jika Ibu sudah bilang okey, maka Bapak tidak mungkin berkata tidak, namun jika Bapak berkata okey belum tentu Ibu akan setuju!

Pada suatu kisah diriwayatkan sahabat nabi, Ali, memiliki perasaan suka terhadap Fatimah, putri Nabi Muhammad. Ali ini merupakan pemuda yang luar biasa, selalu setia berjihad bersama Rasulullah dan bahkan dia adalah orang yang berbaring di ranjang Nabi, ketika Nabi melakukan hijrah ke Madinah, ketika itu ribuan kaum Quraisy sedang mengepung rumah Nabi. Ali mempertaruhkan diri dengan berpura-pura menggantikan Nabi dan tidur di ranjangnya. Hanya saja keinginan memperistri Fatimah mendapatkan tantangan luar biasa. Di saat yang bersamaan muncul kabar bahwa Abu Bakar Ash-shidiq juga menaruh hati pada Fatimah. Jika dibandingkan dengan Abu Bakar tentu saja Ali bukan apa-apa. Abu Bakar adalah orang terdekat Rasullullah, dimanapun Rasul berada maka Abu Bakar selalu setia disisinya. Namun lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah.

Setelah Abu Bakar gagal muncullah kandidat lain yakni Umar bin Khatab,Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan. Umar juga bukan sosok yang biasa beliau adalah muslim pemberani. Meskipun masuk Islam belumlah lama namun sejarah mencatat begitu hebatnya kontribusi Umar terhadap kemajuan islam. Sampai sampai Nabi bersabda " Ketika aku akan masuk masjid maka aku bersama Umar, ketika aku akan keluar masjid maka aku akan bersama Umar". Jelas sekali keutamaan Umar di mata Rasullullah. Namun lamaran Umar pun ditolak Fatimah.


Utsman bin Affan adalah pejuang cinta berikutnya yang berkeinginan melamar Fatimah. Utsman adalah miliardernya umat muslim saat itu. Kekayaan yang dimilikinya luar biasa. Utsman jelas bukan tandingan bagi Ali yang miskin. Ali begitu miskin sehingga tidak memiliki pakaian yang layak. Utsman juga merupakan sahabat Nabi yang berperan penting dalam dakwah Islam, karena pengaruh Utsman banyak saudagar-saudagar Arab kemudian masuk Islam. Jika dilihat dengan kondisi ini tentu saja tidak mungkin Fatimah menolak pinangan Utsman. Namun ternyata Fatimah pun tidak menerima lamaran Utsman.

Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!

Kini tibalah giliran Ali memantapkan hati untuk maju dan meminang Fatimah. Ali meminang dengan keadaan seadanya (baju besi dan tepung). Bahkan untuk rumah saja, teman-temannya kemudian berame-rame menyumbangkan uangnya (namun kemudian ditolak oleh Nabi). Sekali lagi wanita memang misterius, justru dengan ke-papa-an Ali, Fatimah jatuh hati. Maka Ali dan Fatimah menikah dengan rumah yang harus di cicil pembayarannya oleh Ali.

Dalam diri wanita masa depan sebuah bangsa. Dari wanita shalih lahirlah qari, alim, cendekiawan, pemimpin, dan generasi pemuda harapan bangsa. Pada diri wanitalah nasib sebuah bangsa ditentukan, apakah menjadi bangsa yang unggul atau malah menjadi bangsa yang melarat. Itulah sebabnya posisi wanita oleh Islam dihormati 3 kali lebih tinggi daripada posisi seorang pria.

Tidak ada yang lebih indah selain wanita berjilbab. Jilbabnya seorang wanita merupakan piagam kemenangan. Kemenangan atas diri, kemenangan atas Islam dan kemenangan atas dunia.

Tuhan begitu berrahasia pada tiga hal yakni rejeki, jodoh dan usia. Pada ketiganya tidak akan ditemukan jawaban meskipun pada Mama Laurent sekalipun. Titik poin tulisanku adalah perihal jodoh. Jodohku bisa jadi masih dalam lingkar pertemananku, atau mungkin sama sekali orang baru dalam kehidupanku.


Maka malam ini selain meminta pekerjaan, aku juga meminta diberikan wanita yang baik. Wanita yang mampu membuat rumahku berbinar terang di bumi. Wanita yang membahagiakan suaminya dan wanita yang akan memberikan anak, anak yang akan menjadi sumber pahala tak terputus meski aku telah tiada.

Footnote :
1) Terinspirasi dari Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
2) Sedikit Hirata tentunya :)


 
;