Senin, 13 Juli 2009

I'd Rather write to you than talk with



Menulis membantuku dalam berlatih mengingat, menganalisa, maupun menarik kesimpulan dari kehidupan sehari-hari yang terfragmentasi secara berpola, hanya saja kepingannya kadang terlalu banyak dan berserakan sehingga pola yang terbentuk menjadi samar. Dengan menulis, aku mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah aku jalani dan jika beruntung maka aku akan dapat melihat semacam benang merah antara satu kejadian dengan kejadian yang lainnya.

Menulis membuat pikiran kita bisa melintasi ruang waktu, kita bisa tiba-tiba berada kembali di masa-masa anak-anak, dan dalam hitungan detik pikiran kita melakukan runut maju menelaah mimpi-mimpi di masa yang bahkan sampai saat ini belum eksis sementara fisik kita tetap di masa sekarang. Kemampuan melakukan evaluasi dan perenungan diri alias merefleksi khas makhluk terbaik ciptaan Allah. Semua kehebatan alam pikiran manusia ini tidak dimiliki oleh makhluk lain ciptaan-Nya, mekanisme seperti ini diulas Stephen R. Covey dalam bukunya yang best seller yaitu 7 habits of highly effective people.

Tiga bulan terakhir adalah masa-masa menulis paling indah yang pernahku rasakan selama hampir seperempat abad eksis di muka bumi. Skripsilah yang membuatku intensif menulis. Aku bisa menulis sambil tiduran, menulis sambil menyilangkan kaki dimeja, menulis sambil membaca, menulis sambil mendengarkan musik, menulis sambil mengudap bahkan menulis sambil melihat orang lalu-lalang di jalan. Semakin beragam gaya dalam menulis maka inspirasi maupun tulisan yang dihasilkan makin beragam pula. Kalau aku mau menulis serius maka posisi tempat duduk aku setel tinggi dan duduk merapat ke meja cara ini membuatku merasa fokus pada tulisan yang akanku buat, biasanya cara semacam ini untuk menulis penelitian atau membuat jurnal. Kalau mau menulis blog, biasanya aku colokin dulu headphone dan scrap semua playlist di winamp, ganti dengan lagu-lagu dengan tempo sedang, macam King of convenience atau Barry Manilow.



Ada saat di mana inspirasi mengalir begitu sempurna, setiap frasa dan kata bisa berkaitan dan semacam menari-nari membimbing gerakan tangan menekan keyboard, keadaan seperti ini very rare dan kalau udah under this circumstances saran saya push aja terus jangan disela bikin kopi atau kesibukan lain. Ini adalah peak performance! Hehe..
Namun yang mungkin sering terjadi adalah keadaan stuck, mau nulis apa, alias tidak tahu bagaimana harus memulai. Keadaan seperti ini jelas akan menyulitkan kita dalam menulis. Prinsipnya adalah otak itu seperti mesin mobil, jadi butuh di starter dulu jangan langsung jalan. Panasi dulu mesin otak anda dengan membaca buku favorit anda, membaca tulisan orang lain yang menginspirasi, kemudian start menulis. Inspirasi bukan ditunggu tapi diraih.
Ada semacam perasaan lega, puas dan segar ketika berhasil menyelesaikan sebuah tulisan. Perasaan ini ibarat candu bagiku agar setiap kondisi memungkinkan maka sebisa mungkin aku menulis. Sungguh mengasyikkan jika tulisan kita diapresiasi oleh orang lain, namun bagiku semua itu adalah bonus sampingan, yang penting tulisan kita bisa memberi warna syukur-syukur menginspirasi itu saja sudah cukup :)
Selamat menulis..



0 Comments:

Posting Komentar

 
;