Minggu, 19 Juli 2009

We've only just begun

Tahun 2009 bener-bener tahun penentuan, semua mimpi semua khayalan dan masa depan dimulai saat ini. Begitu pentingnya hari dan bulan di tahun 2009, aku sampai harus men-capturenya dalam day-to-day agenda, set achievement setiap bulan dan bikin weekly review. Semua ini agar aku tidak sampai terlewatkan, semua agar aku bener-bener bisa graduate semester ini.
Selain berupaya untuk segera keluar dari Brawijaya, aku juga mulai menata karirku ke depan. Seorang teman di Jakarta, Dina, yang sudah lebih dulu mengecap pahit-manis menjadi jobseeker membuka wawasanku ketika kami chatting lewat yahoo. Percakapan yang merubah mindset dan memberikan oase buatku yang saat ini ibarat sedang mengarungi gurun pasir tak berujung.
Dina mengatakan bahwa mencari pekerjaan saat ini memang tak mudah. Ilustrasi yang dia berikan kurang lebih begini, saat ini jumlah produk sarjana S1 begitu melimpah, sehingga database perusahaan juga penuh dijejali para pencari kerja. Begitu berjubelnya antrian para pencari kerja membuat perusahaan dalam posisi tidak mudah melakukan perekrutan. Perusahaan jelas ingin mencari SDM yang cocok dengan apa yang dibutuhkannya. Dina menggunakan kata-kata "cocok" alih-alih kata "terbaik", Dina beragumen bahwa yang dibutuhkan perusahaan tidak melulu paling pintar, atau dengan IPK terbaik di angkatannya tapi lebih kepada kebutuhan SDM pada posisi yang lowong. Perusahaan telah memiliki deskripsi yang jelas terhadap kandidat seperti rjiwa apa yang dibutuhkan. Bisa saja mereka tidak membutuhkan orang pintar tapi orang yang dapat menajdi leader, atau juga yang dibutuhkan orang yang loyal pada perusahaan. Menurut Dina selain doa dan usaha faktor yang dipaparkan diatas ini sebenarnya juga mempengaruhi apakah seseorang cepat kerja atau lama menganggur.
Baru-baru ini sebagai langkah awal dalam mencari kerja, aku mengikuti seminar tentang job preparation di suatu sudut gedung Politeknik Negeri Malang. Pembicara dalam seminar kali ini adalah Bapak Poedyo Oetomo (23 tahun mengabdi pada Chevron ) dan Mbak Dian Arumsari (marketing Holtitex), kedua pembicara ini menguak sisi lain dalam proses rekrutmen kerja yang menurutku cukup informatif dan encourage kita untuk memasuki dunia kerja.

Pak Poedyo memperkenalkan diri sebagai salah seorang karyawan Chevron yang beruntung, bagaimana tidak beliau awalnya hanya seorang instruktur Bahasa Inggris ketika pertama kali masuk Chevron. Beliau bukan dari sisi engineering namun pernah menjabat sebagai Public Relation Manager. Pengalaman beliau dirumuskan dalam 6 tips bagi para pencari kerja agar lebih sukses dalam mencari kerja, yaitu :

1. Saat ini perusahaan sangat membutuhkan tenaga dengan keahlian khusus, pengetahuan tentang quality management dll akan menjadi pembeda antara diterima atau ditolak kerja.

2. Penguasaan Bhs. Inggris maupun bahasa asing lain mutlak perlu

3. Perusahaan multinasional sangat concern terhadap kesehatan, lingkungan dan keselamatan. Bekali diri sehingga bisa menjadi nilai plus ketika interview.

4. Public speaking a.k.a kemampuan berbicara di depan publik, kemampuan mempertahankan argumentasi dan pendirian, debat lebih diutamakan in English.

5. Memahami perbedaan (diversity) jika ingin bergabung perusahaan multinasional

6. Tahu apa yang anda "jual".

Sebelum beliau meninggalkan ruang seminar, aku melemparkan pertanyaan dengan tujuan berusaha menguak lebih jauh apa yang sebenarnya menyebabkan beliau bisa melakukan "quantum leap" dalam karirnya (yang aku rasa pasti ada sesuatu penyebab kesuksesan beliau).

Kalau berbicara tentang karir, saya mungkin adalah orang yang beruntung, start sebagai instruktur bahasa Inggris namun akhirnya punya jabatan cukup strategis di perusahaan. Saya enjoy melakukan apapun tanggung jawab yang diberikan perusahaan, tapi saya juga masih terus aktif dalam kegiatan-kegiatan perusahaan diluar jam kantor. Saya dihafal kawan-kawan karena sikap saya yang mau menerima tanggung jawab diluar pekerjaan rutin yang saya lakukan. Saya mengerjakan sesuatu yang mungkin orang lain hindari karena menuntut waktu dan konsentrasi diluar tugas utama. Tapi saya memang senang melakukannya. Sedikit pengorbanan kemudian terbayar ketika Head Manager memanggil saya untuk mengisi posisi lowong di bagian Manager PR.
Saat itu saya terus terang tidak memiliki pengalaman maupun skill, namun Head Manager begitu yakin, salah satu pertimbangan beliau adalah banyak kawan-kawan merekomendasikan saya dan saya juga tidak buruk dalam melakukan pekerjaan inti saya.Intinya adalah aktiflah dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun organisasi. Berikan pengorbanan sehingga orang-orang akan respect dan menyebut-nyebut nama anda, sehingga peluang makin terbuka. Mungkin ini yang Mas (merujuk pada pertanyaanku) maksud "lucky break" yang saya alami.

Kata-kata ini benar-benar menancap betul dalam memoriku. So we've only just begun :)

0 Comments:

Posting Komentar

 
;